Minggu, 28 Juni 2015
Kajian al-Hikam 26-27
Hikmah ke 26:
إحالتك الأعمالَ على وجود الفراغ مِن رُعوناتِ النفس
Menunda amal perbuatan (kebaikan) karena menantikan kesempatan yang lebih baik adalah termasuk tanda kurang akal (kebodohan) yang mempengaruhi jiwa.
Kebodohan tersebut bisa disebabkan oleh beberapa jalan:
1. Karena ia mengutamakan duniawi, padahal Allah berfirman;
بل تؤثرون الحياة الدنيا والآخرة خير وابقى
Tetapi kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan kekal selamanya.
2. Penundaan amal itu kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui apakah ia akan mendapatkan kesempatan itu, atau kemungkinan ia dilanda oleh ajal (mati) yang telah menantikan masanya.
3. Kemungkinan 'azam, niat dan hasrat itu menjadi lemah dan berubah.
Kata pujangga:
لا تؤجّل الى الغد ما يمكنك أن تعمله اليومَ
Jangan menunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari ini.
الوقت ثمين فلا تضيّعه إلا فى نفيس
Waktu sangat berharga, maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu yang berharga.
Hikmah ke 27:
لا تطلب منه ان يُخرجك من حالة لِيستعمِلك فيما سواها فلو أرادك لاستعمَلك من غير إخراج
Jangan anda meminta kepada Allah supaya dipindah dari suatu hal kepada yang lain, sebab sekiranya Allah menghendakinya tentu Dia telah memindahmu, tanpa merobah keadaanmu yang lama.
Dalam hikayat: Ada seorang yang salih biasa bekerja dan beribadah, lalu ia berkata; Andai aku bisa mendapatkan untuk tiap hari dua potong roti, niscaya aku tidak susah bekerja dan melulu beribadah. Tiba-tiba ia tertuduh dan karenanya ia harus masuk penjara, dan tiap hari ia menerima dua potong roti, kemudian setelah beberapa lama ia menderita dalam penjara, ia berpikir; Bagaimana sampai terjadi demikian? Tiba-tiba ia teringat dalam perasaannya: Engkau minta dua potong roti, dan tidak minta selamat, maka kami (Allah) memberi permintaanmu.
Setelah itu ia minta ampun dan membaca istighfar, maka ketika itu pula pintu penjara terbuka dan dilepaskan dari penjara.
Sebab Allah menjadikan manusia dengan segala hajat kebutuhannya, sehingga tidak usah manusia kuatir atau ragu dan jemu terhadap sesuatu pemberian Allah, meskipun bentuk penderitaan balai pada lahirnya, sebab hakikatnya nikmat besar bagi siapa yang mengetahui hakikatnya, sebab tidak ada sesuatu yang tidak terbit dari rahmat karunia dan hikmat Allah Ta'ala.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar