Sabtu, 08 November 2014

NASHIBAH WANITA PERKASA

Hari itu Nasibah tengah berada di dapur. Suaminya, Said tengah beristirahat di kamar tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nasibah menebak, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di sekitar Gunung Uhud.

Dengan bergegas, Nasibah meninggalkan apa yang tengah dikerjakannya dan masuk ke kamar. Suaminya yang tengah tertidur dengan halus dan lembut dibangunkannya. “Suamiku tersayang,” Nasibah berkata, “aku mendengar suara aneh menuju Uhud. Barang kali orang-orang kafir telah menyerang.”

Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Ia menyesal mengapa bukan ia yang mendengar suara itu. Malah istrinya. Segera saja ia bangkit dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu ia menyiapkan kuda, Nasibah menghampiri. Ia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.

“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang….”

Said memandang wajah istrinya. Setelah mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah ada keraguan baginya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu makin mengobarkan keberanian Said saja.

Di rumah, Nasibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang pengendara kuda yang nampaknya sangat gugup.

“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid…”

Nasibah tertunduk sebentar, “Inna lillah…..” gumamnya, “Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat itu, Nasibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, “Amar, kaulihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah syahid. Aku sedih karena tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.

“Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terbasmi.”

Mata amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku was-was seandainya Ibu tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membela agama Allah.”

Putra Nasibah yang berbadan kurus itu pun segera menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak tampak ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di depan Rasulullah, ia memperkenalkan diri. “Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayah yang telah gugur.”

Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung sampai sore. Pagi-pagi seorang utusan pasukan islam berangkat dari perkemahan mereka meunuju ke rumah Nasibah. Setibanya di sana, perempuan yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan kiranya?” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “apakah anakku gugur?”

Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”

“Inna lillah….” Nasibah bergumam kecil. Ia menangis.

“Kau berduka, ya Ummu Amar?”

Nasibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatan? Saad masih kanak-kanak.”

Mendegar itu, Saad yang tengah berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putra seorang ayah yang gagah berani.”

Nasibah terperanjat. Ia memandangi putranya. “Kau tidak takut, nak?”

Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nasibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan itu.

Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan banyak nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu akbar!”

Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nasibah. Mendengar berita kematian itu, Nasibah meremang bulu kuduknya. “Hai utusan,” ujarnya, “Kausaksikan sendiri aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”

Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau perempuan, ya Ibu….”

Nasibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku karena aku perempuan? Apakah perempuan tidak ingin juga masuk surga melalui jihad?”

Nasibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas saja menghadap Rasulullah dengan kuda yang ada. Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nasibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum. “Nasibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan mengangkat senjata. Untuk sementra engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nasibah pun segera menenteng tas obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur. Dirawatnya mereka yang luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terciprat darah di rambutnya. Ia menegok. Kepala seorang tentara Islam menggelinding terbabat senjata orang kafir.

Timbul kemarahan Nasibah menyaksikan kekejaman ini. Apalagi waktu dilihatnya Nabi terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh, Nasibah tidak bisa menahan diri lagi. Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang rubuh itu. Dinaiki kudanya. Lantas bagai singa betina, ia mengamuk. Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir mengendap dari belakang, dan membabat putus lengan kirinya. Ia terjatuh terinjak-injak kuda.

Peperangan terus saja berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga Nasibah teronggok sendirian. Tiba-tiba Ibnu Mas’ud mengendari kudanya, mengawasi kalau-kalau ada korban yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat seonggok tubuh bergerak-gerak dengan payah, segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Istri Said-kah engkau?”

Nasibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, “bagaimana dengan Rasulullah? Selamatkah beliau?”

“Beliau tidak kurang suatu apapun…”

“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan? Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”

“Engkau masih luka parah, Nasibah….”

“Engkau mau menghalangi aku membela Rasulullah?”

Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nasibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikannya. Namun, karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus. Rubuhlah perempuan itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.

Tiba-tiba langit berubah hitam mendung. Padahal tadinya cerah terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak. Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan? Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nasibah, wanita yang perkasa.

Selasa, 04 November 2014

Nadzom alam mahsyar (syair pesantren)

Salah satu ciri khas pendidikan Pesantren yg menarik, ialah pesan2 moral disampaikan dg pendekatan kultural budaya yg mudah dimengerti dan terpatri kuat dalam memori ingatan para santri, antara lain dengan disampaikan dalam bentuk nadom ( syair nasihat yg dilagukan dg syahdu) .

Alhamdulillah saya sempat pula diajarkan sebuah syair pesantren, yang sering dilagukan para santri, khususnya pesantren di daerah jawa barat. Syair atau nadom istilah pesatrennya, ini diajarkan pada saya, oleh pak Ustad Rohili, seorang ustadz lulusan pesantren dari Garut di Jawa Barat, yg sering berkeliling ke mesjid mesjid untuk berdakhwah. Nadom ini bercerita tentang alam mahsyar di akhirat kelak, tentang bagaimana keadaan manusia kelak disana, jadi pengingat untuk kita semua bersiap menghadapinya dan tidak jadi orang yg menyesal kelak, seperti diceritakan pada syair ini. Syair nya dalam bahasa sunda, dengan pola pantun yg berulang dan berirama, biasa dinyanyikan bersama dengan alur nada yg sederhana namun syahdu dan berulang tiap empat baris, seperti yg biasa didengar di asrama2 pondok pesantren di daerah Jawa Barat. Di bagian bawah, saya sertakan juga, terjemahan nya dalam bahasa Indonesia, walau alur irama pantun nya akan sedikit berubah. semoga bermanfaat.

Eling eling dulur kabeh
ibadah ulah talobeh
beurang peuting ulah weleh
bisina kaburu paeh

Sabab urang bakal mati
nyawa dipundut ku Gusti
mana kudu ati ati
kana ibadah sing ngarti

karasana keur sakarat
nyerina ka liwat liwat
kana ibadah ulah diliwat
embung milampahkeun sholat

Kaduhung ka liwat langkung
henteu nyembah ka Nu Agung
Sakarat nyeri na kalangkung
urang teh teu menang embung

urang bakal dilungsur
dilungsur ku sifat Ghofur
malaikat nu ngalungsur
aduh abdi palalaur

Masya Allah matak gelar
di akhirat kabeh gelar
tina pakuburan ngencar
karumpul di alam mahsyar

ari ngaran mahsyar eta
palataran anu rata
panas na waktu harita
panon poe tujuh hasta

teu aya iyuh iyuhan
pikeun urang tempat nyu uh
salawasna geu pakewuh
ngupingkeun naraka ngaguruh

awak urang dirangsadan
henteu boga papakean
gawe ngan ider ideran
neangan nu nulungan

tidinya tuluy digiring
sina nyorang cukang ramping
sekeut alabatan pedang
lembut alabatan rambut

dihandap seuneu ngagolak
lega na mang implik amplak
saheab ge awak asak
se eur anu ting koceak

kapir jeung pasek ngaromong
bener nabi teh teu bohong
geuning ayeuna katembong
ngan urang anu bedegong

bareto mah teu percaya
sugan teh ngan ukur beja
ayeuna mah teu sulaya
pahala siksaan aya

aduh indung aduh bapak
kutan teuh kieu rasana
jadi jalma anu doraka
kudu asub ka naraka

elingkeun ieu pitutur
ka sakabeh dulur dulur
elingkeun siksaan kubur
urang teh ulah takabur

Terjamahan bahasa indonesia

Ingatlah, saudaraku sekalian,
Ibadah janganlah sembrono
Siang malam jangan lalai
Jangan sampai keburu mati

Sebab kita bakal mati
Nyawa diambil oleh Allah
Sehingga harus hati hati
Untuk ibadah harus mengerti

semuanya baru terasa saat sakaratul maut
sakitnya tak terhinggakan
ibadah jangan terlupakan
jangan sampai meninggalkan solat

Menyesal baru kemudian
Tidak beribadah pada Yang Maha Agung
Saat meninggal sangat menyakitkan
Hal yg tak bisa dihindari manusia

kita akan diturunkan
diturunkan dengan sifat pemaaf
malaikat yg menurunkan
aku sangat khawatir

Masya Allah, akan digelar juga
Di akhirat semuanya keluar
Dari masing2 kuburan akan menyebar
Berkumpul di alam mahsyar

padang mahsyar
adalah hamparan luas yg rata
sangat panas cuacanya
serasa matahari begitu dekat

tak ada tempat berlindung
tempat untuk berteduh
suasana sangat penuh keributan
terdengar suara gemuruh dari neraka

tubuh manusia tanpa pakaian
berjalan kian kemari, mencari pertolongan
dari tempat tersebut terus digiring

melalui jembatan yg sempit
lebih tajam daripada pedang
lebih halus daripada rambut
di bawah tampak api menyala besar

sangat luas dan dalam sekali
kalau tubuh mausia jatuh kesana,
akan habis terbakar sekejab
orang kafir dan fasik berkata kata

ternyata benar kata nabi tak bohong
baru sekarang tampak
kenapa kita dulu selalu melanggar
dulu di dunia tak percaya

kiranya hanya kabar saja
sekarang baru tampak nyata,
ada pahala dan siksaan
aduh ayah, aduh ibu,

ternyata seperti ini rasanya,
jadi orang yg berdosa
dimasukkan ke neraka

ingatlah nasihat ini
pada semua saudara
ingatlah siksa kubur
janganlah kita takabur

http://hdmessa.wordpress.com/2011/03/21/mengingat-akhirat-syair-nadzom-pesantren/

Sabtu, 01 November 2014

Bidayatul Hidayah karya Imam al-Ghozali (3)



القسم الأول في الطاعات
اعلم أن أوامر الله تعالى فرائض ونوافل؛ فالفرض رأس المال، وهو أصل التجارة وبه تحصل النجاة، والنفل هو الربح وبه الفوز بالدرجات،

A. Bagian Pertama: Amal-amal Ketaatan

Ketahuilah bahwa perintah Allah ada yang wajib dan ada yang sunah. Yang wajib merupakan harta po­kok. Dia adalah modal perdagangan yang dengannya na bisa selamat. Sementara yang sunah merupakan laba yang dengannya kita bisa meraih derajat mulia.

قال صلى الله عليه وسلم: (يقول الله تبارك وتعالى: (ما تقرب إلي المتقربون بمثل أداء ما افترضت عليهم، ولا يزال العبد يتقرب إلى بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ولسانه الذي ينطق به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها).

Nabi saw. bersabda, "Allah Swt. berfirman, 'Tidaklah orang­-orang mendekatkan diri pada-Ku dengan melaksanakan apa yang Kuwajibkan pada mereka, dan tidaklah se­orang hamba mendekatkan diri padaku dengan amal­-amal sunah, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku su­dah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya yang mendengar, matanya yang melihat, lidahnya yang ber­bicara, tangannya yang memegang, dan kakinya yang berjalan."

ولن تصل أيها الطالب إلى القيام بأوامر الله تعالى إلا بمراقبة قلبك وجوارحك في لحظاتك وأنفاسك، حين تصبح إلى حين تمسى. فاعلم أن الله تعالى مطلع على ضميرك، ومشرف على ظاهرك وباطنك، ومحيط بجميع لحظاتك، وخطراتك، وخطواتك، وسائر سكناتك وحركاتك؛ وأنك في مخالطتك وخلواتك متردد بين يديه؛ فلا يسكن في الملك والملكوت ساكن، ولا يتحرك متحرك، إلا وجبار السموات والأرض مطلع عليه،

Engkau tidak akan dapat menegakkan perintah Allah, kecuali dengan senantiasa mengawasi hati dan anggota badanmu pada setiap waktu dan pada setiap tarikan nafasmu, dari pagi hingga sore.
Ketahuilah bahwa Allah Swt. menangkap isi hatimu, mengawasi lahir dan batin­mu, mengetahui semua lintasan pikiranmu, langkah-lang­kahmu, serta diam dan gerakmu. Saat bergaul dan me­nyendiri, engkau sedang berada di hadapan-Nya. Tidak ada yang diam, dan tak ada yang bergerak, melainkan semuanya diketahui oleh Penguasa langit, Allah Swt.

يعلم خائنة الأعين وما تخفي الصدور، ويعلم السر وأخفى؛ فتأدب أيها المسكين ظاهرا وباطنا بين يدي الله تعالى تأدب العبد الذليل المذنب في حضرة الملك الجبار القهار، واجتهد ألا يراك مولاك حيث نهاك، ولا يفقدك حيث أمرك.

"Dia mengetahui khianatnya mata dan apa yang disembunyi­kan hati" (Q.S. Ghafir: 19),
"Dia Maha Mengetahui yang rahasia dan tersembunyi" (Q.S. Thaha: 7).
Oleh karena itu, hendaklah engkau beradab di hadapan Allah Swt. de­ngan adab seorang hamba yang hina dan berdosa di hadapan-Nya. Berusahalah agar Allah tidak melihatmu sedang melakukan sesuatu yang dilarang dan tidak me­laksanakan apa-apa yang diperintah.

ولن تقدر على ذلك إلا بأن توزع أوقاتك، وترتب أورادك من صباحك إلى مسائك، فاصغ إلى ما يلقى إليك من أوامر الله تعالى عليك من حين تستيقظ من منامك إلى وقت رجوعك إلى مضجعك.

Hal itu hanya bisa terwujud jika engkau bisa membagi waktu dan meng­atur wirid-wiridmu dari pagi hingga petang. Jagalah perintah Allah Swt. yang diwajibkan kepadamu, sejak dari bangun tidur hingga engkau kembali ke pemba­ringan.



Piss Ktb

Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam al-Ghozali (2)


واعلم أن الناس في طلب العلم على ثلاثة أحوال: رجل طلب العلم ليتخذه زاده إلى المعاد، ولم يقصد به إلا وجه الله والدار الآخرة؛ فهذا من الفائزين.
ورجل طلبه ليستعين به على حياته العاجلة، وينال به العز والجاه والمال، وهو عالم بذلك، مستشعر في قلب ركاكه حاله وخسة مقصده، فهذا من المخاطرين. فإن عاجله أجله قبل التوبة خيف عليه من سوء الخاتمة، وبقي أمره في خطر المشيئة؛ وإن وفق للتوبة قبل حلول الأجل، وأضاف إلى العلم العمل، وتدارك ما فرط منه من الخلل- التحق بالفائزين، فإن التائب من الذنب كمن لا ذنب له.

Ketahuilah bahwa dalam menuntut ilmu, manusia terbagi atas tiga jenis:
(1) Seseorang yang menuntut ilmu guna dijadikan bekal untuk akhirat dimana ia ha­nya ingin mengharap rida Allah dan negeri akhirat. Ini termasuk kelompok yang beruntung;
(2) Seseorang yang menuntut ilmu guna dimanfaatkan dalam kehidupan­nya di dunia sehingga ia bisa memperoleh kemuliaan, kedudukan, dan harta. Ia tahu dan sadar bahwa keada­annya lemah dan niatnya hina. Orang ini termasuk ke dalam kelompok yang berisiko. Jika ajalnya tiba sebelum sempat bertobat, yang dikhawatirkan adalah peng­habisan yang buruk (su' ul-khatimah) dan keadaannya menjadi berbahaya. Tapi jika ia sempat bertobat sebe­lum ajal tiba, lalu berilmu dan beramal serta menutupi kekurangan yang ada, maka ia termasuk orang yang beruntung pula. Sebab, orang yang bertobat dari dosa­nya seperti orang yang tak berdosa;

ورجل ثالث استحوذ عليه الشيطان؛ فاتخذ علمه ذريعة إلى التكاثر بالمال، والتفاخر بالجاه، والتعزز بكثرة الأتباع، يدخل بعلمه كل مدخل رجاء أن يقضى من الدنيا وطره،ن وهو مع ذلك يضمر في نفسه أنه عند الله بمكانة، لاتسامه بسمة العلماء، وترسمه برسومهم في الزى والمنطق، مع تكالبه على الدنيا ظاهرا وباطنا.. فهذا من الهالكين، ومن الحمقى المغرورين؛ إذ الرجاء منقطع عن توبته لظنه أنه من المحسنين، وهو غافل عن قوله تعالى (يَأيُها الَّذين آمنوا لِمَ تَقولونَ مالا تَفعَلون). وهو ممن قال فيهم رسول الله: (أنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال) فقيل: وما هو يارسول الله?، فقال: (علماء السوء)

(3) Seseorang yang terperdaya oleh setan. Ia pergunakan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta, serta untuk berbang­ga dengan kedudukannya dan menyombongkan diri de­ngan besarnya jumlah pengikut. Ilmunya menjadi turn­puan untuk meraih sasaran duniawi. Bersamaan dengan itu, ia masih mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah karena ciri-ciri, pakaian, dan ke­pandaian berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia begitu tamak kepada dunia lahir dan batin.
Orang dari kelompok ketiga di atas termasuk golongan yang binasa, dungu, dan tertipu. Ia tak bisa diharap­kan bertobat karena ia tetap beranggapan dirinya ter­masuk orang baik. Ia lalai dari firman Allah Swt. yang berbunyi, "Wahai orang-orang yang beriman. Mengapa ka­lian mengatakan apa-apa yang tak kalian lakukan?!"
(Q.S. ash-Shaff: 2). Ia termasuk mereka yang disebutkan Rasul saw., "Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ke­timbang Dajjal." Beliau kemudian ditanya, "Apa itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ulama su' (bu­ruk)."

وهذا لأن الدجال غايته الإضلال، ومثل هذا العالم وإن صرف الناس عن الدنيا بلسانه ومقاله فهو دافع لهم إليها بأعماله وأحواله، ولسان الحال أفصح من لسان المقال، وطباع الناس إلى المساعدى في الأعمال أميل منها إلى المتابعة في الأقوال؛ فما أفسده هذا المغرور بأعماله أكثر مما أصلحه بأقواله، إذ لا يستجرىء الجاهل على الرغبة في الدنيا إلا باستجراء العلماء، فقد صار علمه سببا لجرأة عباد الله على معاصيه، ونفسه الجاهلة مذلة مع ذلك تمنيه وترجيه، وتدعوه إلى أن يمن على الله بعلمه، وتخيل إليه نفسه أنه خير من كثير من عباد الله.

hal ini diSebabkan Dajal memang bertujuan menyesatkan, se­dangkan ulama ini, walaupun lidah dan ucapannya me­malingkan manusia dari dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya mengajak manusia ke sana.
Padahal, realita lebih berbekas dibandingkan ucapan. Tabiat manusia lebih terpengaruh oleh apa yang dilihat ketimbang meng­ikuti apa yang diucap. Kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatannya lebih banyak daripada perbaikan yang di­sebabkan oleh ucapannya. Karena, biasanya orang bo­doh mencintai dunia setelah melihat si alim cinta pada dunia. Ilmu pengetahuan yang dimilikinya, menjadi fak­tor yang menyebabkan para hamba Allah berani ber­maksiat pada-Nya. Nafsunya yang bodoh tertipu, tapi masih memberi angan-angan dan harapan padanya. Bahka, ia mengajaknya untuk mempersembahkan sesuatu untuk Allah dengan ilmunya. Nafsu tersebut membuat­nya beranggapan bahwa ia lebih baik dibandingkan hamba Allah yang lain.

فكن أيها الطالب من الفريق الأول، واحذر أن تكون من الفريق الثاني، فكم من مسوف عاجله الأجل قبل التوبة فخسر، وإياك ثم إياك أن تكون من الفريق الثالث، فتهلك هلاكا لا يرجى معه فلاحك، ولا ينتظر صلاحك.

Maka dari itu, jadilah engkau ter­masuk golongan yang pertama. Waspadalah agar tidak menjadi golongan kedua karena betapa banyak orang yang menunda-nunda, ternyata ajalnya tiba sebelum ber­taubat sehingga akhirnya rugi dan kecewa. Lebih dari itu, waspadalah! Jangan sampai engkau menjadi golong­an ketiga karena engkau betul-betul akan binasa, tak mungkin selamat dan bahagia.

فإن قلت: فما بداية الهداية لأجرب بها نفسي، فاعلم أن بدايتها ظاهرة التقوى، ونهايتها باطنة التقوى؛ فلا عاقبة إلا بالتقوى، ولا هداية إلا للمتقين.
والتقوى، عبارة عن امتثال أوامر الله تعالى، واجتناب نواهيه، فهما قسمان، وهأنا أشير عليك بجمل مختصرة من ظاهر علم التقوى في القسمين جميعا، وألحق قسما ثالثا ليصير هذا الكتاب جامعا مغنيا والله المستعان.

Apabila engkau bertanya, "Apa permulaan dari hida­yah tersebut sehingga aku bisa menguji diriku dengan­nya?" Maka ketahuilah bahwa hidayah bermula dari ketakwaan lahiriah dan berakhir dengan ketakwaan ba­tiniah. Tak ada balasan kecuali dengan takwa dan tak ada hidayah kecuali bagi orang-orang bertakwa. Takwa adalah ungkapan yang mengandung makna melaksana­kan perintah Allah Swt. dan menghindarkan larangan-­larangan-Nya. Masing-masing ada dua bagian. Di sini aku akan menunjukkan kepadamu secara ringkas aspek lahiriah dari takwa dalam dua bagian tersebut secara bersamaan. Aku masukkan bagian ketiga agar tulisan menjadi lengkap dan cukup.

wallohul musta'an.


Piss Ktb














Bidayatul Hidayah karya Imam al-Ghozali (1)



الحمدلله حق حمده، والصلاة والسلام على خير خلقه، محمد رسوله وعبده، وعلى آله وصحبه من بعده.
أما بعد: فاعلم أيها الحريص المقبل على اقتباس العلم، المظهر من نفسه صدق الرغبة، وفرط التعطش إليه.. أنك إن كنت تقصد بالعلم المنافسة، والمباهاة، والتقدم على الأقران، واستمالة وجوه الناس إليك، وجمع حطام الدنيا؛ فأنت ساع في هدم دينك، وإهلاك نفسك، وبيع آخرتك بدنياك؛ فصفقتك خاسرة، وتجارتك بائرة، ومعلمك معين لك على عصيانك، وشريك لك في خسرانك، وهو كبائع سيف لقاطع طريق، كما قال صلى الله عليه وسلم: (من أعان على معصية ولو بشطر كلمة كان شريكا فيها).

Al imam, syaikh hujjatul islam algozzali berkata,
Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam atas makh­luk-Nya termulia, Muhammad, Rasul dan hamba-Nya, serta atas keluarga dan sahabat beliau.
Ketahuilah wahai manusia yang ingin mendapat curahan ilmu, yang betul-betul berharap dan sangat haus kepadanya, bahwa jika engkau menuntut ilmu guna bersaing, berbangga, mengalahkan teman sejawat, meraih simpati orang, dan mengharap dunia, maka sesungguhnya engkau sedang berusaha menghancurkan agamamu, membinasakan dirimu, dan menjual akhirat dengan dunia. Dengan demikian, engkau mengalami kegagalan, perdaganganmu merugi, dan gurumu telah membantumu dalam berbuat maksiat serta menjadi sekutumu dalam kerugian tersebut. Gurumu itu seperti orang yang menjual pedang bagi perompak jalanan, sebagaimana Rasul saw. bersabda, "Siapa yang membantu terwujudnya perbuatan maksiat walaupun hanya dengan sepenggal kata, ia sudah menjadi sekutu baginya dalam per­buatan tersebut."

وإن كانت نيتك وقصدك، بينك وبين الله تعالى، من طلب العلم: الهداية دون مجرد الرواية؛ فأبشر؛ فإن الملائكة تبسط لك أجنحتها إذا مشيت، وحيتان البحر تستغفر لك إذا سعيت. ولكن ينبغي لك أن تعلم، قبل كل شيء، أن الهداية التي هي ثمرة العلم لها بداية ونهاية، وظاهر وباطن، ولا وصول إلى نهايتها إلا بعد إحكام بدايتها، ولا عثور على باطنها إلا بعد الوقوف على ظاهرها.

Jika niat dan maksudmu dalam menuntut ilmu un­tuk mendapat hidayah, bukan sekadar mengetahui riwa­yat, maka bergembiralah. Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya untukmu saat engkau ber­jalan dan ikan-ikan paus di laut memintakan ampunan bagimu manakala engkau berusaha. Tapi, engkau harus tahu sebelumnya bahwa hidayah merupakan buah dari ilmu pengetahuan. Hidayah memiliki permulaan dan akhir serta aspek lahir dan batin. Untuk mencapai titik akhir tersebut, permulaannya harus tersusun rapi. Be­gitu pula, untuk menyingkap aspek batinnya, harus di­ketahui terlebih dahulu aspek lahirnya.

وهأنا مشير عليك ببداية الهداية؛ لتجرب بها نفسك، وتمتحن بها قلبك، فإن صادفت قلبك إليها مائلا، ونفسك بها مطاوعة، ولها قابلة؛ فدونك التطلع إلى النهايات والتغلغل في بحار العلوم.
وإن صادفت قلبك عند مواجهتك إياها بها مسوفا، وبالعمل بمقتضاها مماطلا؛ فاعلم أن نفسك المائلة إلى طلب العلم هي النفس الأمارة بالسوء، وقد انتهضت مطيعة للشيطان اللعين ليدليك بحبل غروره؛ فيستدرجك بمكيدته إلى غمرة الهلاك،

Oleh karena itu, di sini akan aku tunjukkan padamu permulaan dari sebuah hidayah agar engkau bisa men­coba dirimu dan menguji hatimu. Apabila engkau men­dapati hatimu condong pada hidayah tersebut lalu di­rimu berusaha untuk menggapainya, maka setelah itu engkau bisa melihat perjalanan akhir darinya yang me­laju dalam lautan ilmu. Sebaliknya, jika engkau men­dapati hatimu berat dan lengah dalam mengamalkan apa yang menjadi konsekuensinya, ketahuilah bahwa jiwa yang mendorongmu untuk menuntut ilmu tersebut adalah jiwa al-ammaarah bi as-su' (yang memerintahkan pada keburukan). Jiwa tersebut bangkit karena taat ke­pada setan terkutuk untuk dijerat dengan tali tipuannya. Ia terus memberikan tipudayanya kepadamu sampai engkau betul-betul binasa.

وقصده أن يروج عليك الشر في معرض الخير حتى يلحقك (بِالأخسَرينَ أَعمالاً، الَّذين ضَلَ سَعيُهُم في الحَياةِ الدُنيا وَهُم يَحسَبونَ أَنَّهُم يُحسِنونَ صُنعا). وعند ذلك يتلو عليك الشيطان فضل العلم ودرجة العلماء، وما ورد فيه من الأخبار والآثار. ويلهيك عن قوله صلى الله عليه وسلم: (من ازداد علما ولم يزدد هدى، لم يزدد من الله إلا بعدا)، وعن قوله صلى الله عليه وسلم: (أشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لم ينفعه الله بعلمه) وكان صلى الله عليه وسلم يقول: (اللهم إنى أعوذ بك من علم لا ينفع، وقلب لا يخشع، وعمل لا يرفع، ودعاء لا يسمع).
وعن قوله صلى الله عليه وسلم: (مررت ليلة أسرى بي بأقوام تقرض شفاههم بمقارض من نار، فقلت: من أنتم? قالوا: كنا نأمر بالخير ولا نأتيه وننهى عن الشر ونأتيه).
فإياك يا مسكين أن تذعن لتزويره فيدليك بحبل غروره، فويل للجاهل حيث لم يتعلم مرة واحدة، وويل للعالم حيث لم يعمل بما عمل ألف مرة.

Ia ingin agar engkau mem­perbanyak kejahatan dalam bentuk kebaikan sehingga ia bisa memasukkanmu dalam kelompok orang yang me­rugi dalam amalnya. Yaitu, mereka yang sesat di dunia ini, yang mengira bahwa mereka telah melakukan suatu perbuatan baik. Saat itu setan menceritakan padamu tentang keutamaan ilmu, derajat para ulama, serta berba­gai riwayat di seputarnya. Namun, setan tersebut membuatmu lalai dari sabda Nabi saw., "Siapa yang ber­tambah ilmu, tapi tidak bertambah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari Allah." Juga dari sabda Nabi saw. yang berbunyi, "Orang yang paling keras siksanya di hari kiamat, adalah orang alim yang ilmunya tak Allah berikan manfaat padanya."
Nabi saw. berdoa:
Allahumma innii a'udzubika min 'ilmi laa yanfa'u wa qalbin laa yakhsya' wa 'amalin laa yurfa'u wa du'ain laa yusma'u
"Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari amal yang tak diterima, dan dari doa yang tak didengar."
Sabda Nabi saw., "Di malam aku melakukan Israk, aku melewati sekelompok kaum yang bibir mereka digun­ting dengan gunting api neraka. Lalu aku bertanya, 'Sia­pa kalian?' Mereka menjawab, 'Kami adalah orang-orang yang memerintahkan kebaikan tapi tidak melakukan­nya, dan mencegah keburukan tapi kami sendiri me­ngerjakannya!"
Oleh karena itu, jangan engkau serahkan dirimu untuk ­diperdaya oleh jerat tipuannya. Celaka sekali bagi orang bodoh, karena ia tidak belajar. Tapi celaka seribu kali bagi orang alim yang tak mengamalkan ilmunya!

Terjamahan bebas Matan Sanuusiyyah



MUQODIMAH ILMU TAUHID

1. Definisinya, secara bahasa adalah Pengetahuan bahwa sesuatu  itu satu. Secara syara’ adalah Pengetahuan untuk bisa menguasai penetapan aqidah-aqidah agama, yang didapat dari dalil-dalilnya yang bersifat keyakinan.
2. Obyek kajiannya adalah Dzat Alloh dan Dzat rosul-rosul-Nya (tentang hal-hal yang  wajib, mustahil dan jaiz), hal-hal yang mungkin/mumkin sebagai perantara untuk menuju keyakinan adanya pencipta, dan hal-hal yang didengar/sam’iyyat/riwayat-riwayat (tentang keyakinan akan hal-hal itu).
3. Buah hasil ilmu tauhid adalah Ma’rifatulloh (mengetahui Alloh) dengan bukti-bukti pasti, dan beruntung dengan kebahagiaan abadi.
4. Keutamaannya adalah merupakan ilmu syara’ yang paling mulia, karena berhubungan dengan Dzat Alloh dan rosul-rosul-Nya, serta yang bersangkut paut dengan itu semua.
5. Pelopor pembuat ilmu tauhid : Abu Hasan Al-Asy’ariy (Bashroh, 874-935 M) dan Abu Mansur Al-Maturidiy (Samarkand, wafat 944 M).
6. Hukum mempelajarinya : wajib ‘ain bagi setiap orang mukallaf, lelaki maupun perempuan.
7. Masalah-masalahnya : Aturan-aturan atau hukum yang membahas hal-hal yang  yang wajib, mustahil dan jaiz.


HUKUM AQLIY

Hukum secara akal teringkas jadi tiga :
1. Wujub. Wajib adalah sesuatu yang  ketiadaannya tidak tergambar (tak bisa diterima) oleh akal, misal manusia itu pasti akan mati, akal tidak menerima adanya manusia yang tidak akan mati alias abadi.
2. Istikhalah. Mustahil adalah sesuatu yang adanya itu tidak tergambar oleh akal, misal mustahil manusia akan hidup terus, akal tidak menerima adanya manusia yang hidup terus.
3. Jawaz. Jaiz adalah sesuatu yang ada dan tidak adanya, itu sah/benar menurut akal, misal manusia itu bisa berumur 82 tahun, adanya manusia yang umurnya mencapai 82 tahun, atau tidak berumur 82 tahun, itu bisa diterima oleh akal.

SIFAT WAJIB BAGI ALLOH SWT

Orang mukallaf secara syara’ wajib mengetahui hal-hal yang wajib, mustahil dan jaiz bagi Alloh dan rosul-rosul-Nya. Termasuk hal yang wajib (pasti) bagi Alloh adalah 20 sifat yang terbagi sebagai berikut :
A. Sifat Nafsiyyah
    1.   Wujud (ada)
 B. Sifat Salbiyyah
2         Qidam (dahulu tanpa permulaan)
3         Baqo’ (kekal abadi)
4         Mukholafatul lil khawadits (berbeda denga makhluq)
5         Qiyamuhu binafsih (berdiri sendiri), tidak membutuhkan tempat dan pembuat (yang mewujudkan)
6         Wahdaniyyah (satu Dzat, sifat dan tindakan-Nya)

C. Sifat Ma’aniy
7.       Qudroh (kuasa)
8.       Irodah (berkehendak)
Qudroh dan Irodah berta’aluq dengan segala sesuatu yang mungkin adanya (mumkinat)
9.       ‘Ilmu (mengetahui)
Berta’aluq dengan segala yang wajib (pasti), jaiz dan mustahil.
10.    Hayat (hidup)
Tidak berta’aluq dengan sesuatupun
11.    Sama’ (mendengar)
12.    Bashor (melihat)
Sama’ dan Bashor berta’aluq dengan segala sesuatu yang ada (maujud)
13.    Kalam (berfirman)
Berbicara tanpa dengan huruf dan suara. Kalam berta’aluq dengan segala yang wajib (pasti), jaiz dan mustahil.
Ta’aluq adalah tuntutan sifat terhadap suatu tambahan pada dzat (yang mempunyai sifat itu), sesuai dengan sifat itu. Misal melihat, menuntut adanya barang yang dilihat, nah tuntutan/hubungan antara melihat (sebagai sifat) dengan barang yang dilihat (sebagai tambahan bagi dzat yang melihat), itulah ta’aluq. Berbeda dengan hidup, yang tidak menuntut tambahan lain selain pada dzat yang hidup itu sendiri, sehingga hidup itu tak mempunyai ta’aluq.

D. Sifat Ma’nawiyyah
Merupakan sifat-sifat yang sangat erat hubungannya (mulazimah) dengan tujuh sifat Ma’aniy sebelumnya. Alloh bersifat kuasa (Qudroh), maka keadaan Alloh itu pasti Dzat yang maha berkuasa (Qoodir) dan seterusnya.
14.  Adanya Alloh itu Dzat yang berkuasa (Qoodir)
15.  Adanya Alloh itu Dzat yang berkehendak (Muriid)
16.  Adanya Alloh itu Dzat yang mengetahui (‘Aalim)
17.  Adanya Alloh itu Dzat yang hidup (Hayyun)
18.  Adanya Alloh itu Dzat yang mendengar (Samii’)
19.  Adanya Alloh itu Dzat yang melihat (Bashiir)
20.    Adanya Alloh itu Dzat yang berfirman (Mutakallim)


SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLOH SWT

Termasuk hal yang mustahil bagi Alloh adalah 20 sifat kebalikan dari 20 sifat wajib sebelumnya, yakni :
1.    ‘Adam (tiada)
2.    Khuduts (baru)
3.    Fana’ (rusak, menjadi tiada)
4.    Mumatsalatul lil khawadits (sama dengan makhluq). Misal :
-       Berupa jirm (materi benda) yang butuh tempat kosong
-       Berupa ‘irdh (sifat/tabiat/kelakuan) yang menempel pada jirm
-       Berada di arah suatu jirm
-       Mempunyai arah (di atas, di kiri, di selatan dsb.)
-       Dibatasi oleh ruang dan waktu
-       Dzat-Nya disifati dengan hal-hal yang baru
-       Disifati dengan kecil atau besar
-       Mempunyai tujuan-tujuan dengan tindakan dan hukum-hukum-Nya. Jadi dalam penciptaan manusia dan adanya perintah kewajiban sholat, Alloh tidak mempunyai tujuan-tujuan tertentu misal supaya mereka menyembah dan ingat kepada Alloh. Namun semua itu mempunyai hikmah sehingga tidak sia-sia penciptaannya.
5.    Ihtiyajuhu lighoirih (tidak berdiri sendiri, butuh yang lain), misal berupa sifat yang ada pada satu tempat, atau membutuhkan pembuat (yang mewujudkan).
6.    Ta’adud (berbilangan, berjumlah, tidak esa). Misal :
-       Dzatnya mempunyai kembaran yang lain
-       Benda-benda yang ada itu mempunyai peran dalam menyebabkan sesuatu disamping Alloh sendiri. Jadi api itu tidak menyebabkan terbakar, pisau itu tidak menyebabkan terpotong, dan makanan itu tak menyebabkan kenyang, yang menyebabkan (muatstsir) itu semua adalah Alloh sendiri.
7.    ‘Ajz (lemah) dari segala yang mungkin (mumkin).
8.    Karohah (terpaksa). Mustahil Alloh menjadikan satu bagian alam disertai rasa terpaksa atas terjadinya hal itu, dengan kata lain tanpa menghendakinya, atau menjadikannya karena lupa, karena sebab tertentu atau karena watak tabiatnya.
9.    Jahl (bodoh, tidak mengetahui) terhadap segala yang ma’lum.
10. Maut (mati)
11. Shomam (tuli)                                         16.  Jaahil (Dzat yang bodoh)
12. ‘Amaa (buta)                                          17.  Mayyit (Dzat yang mati)
13. Bukm (bisu)                                             18.  Ashomm (Dzat yang tuli)
14. ‘Aajiz (Dzat yang lemah)                     19.  A’maa (Dzat yang buta)
15. Kaarih (Dzat yang terpaksa)
20. Abkam (Dzat yang bisu)

SIFAT JAIZ  BAGI ALLOH SWT

Sifat Jaiz (wenang) Alloh adalah fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, melakukan segala sesuatu yang mungkin atau meninggalkannya. Alloh bebas menciptakan seseorang itu besar, gemuk, tinggi, hitam, kaya dan pandai, atau tidak seperti itu.

BUKTI-BUKTI SIFAT WAJIB DAN JAIZ ALLOH

Wujud (ada)
Bukti wujudnya Alloh swt adalah barunya alam (baru muncul/ada dari yang sebelumnya tidak ada), karena seandainya tidak ada yang menjadikan alam, tapi alam terwujud dengan sendirinya, maka akan terjadi suatu kesamaan antara ada dan tiada atau keunggulan salah satunya tanpa ada sebab yang mengunggulkannya, dan itu mustahil. Gambarannya, ada sebuah timbangan yang kanan-kirinya terdapat benda yang sama berat, tiba-tiba yang kiri turun ke bawah (lebih berat) tanpa ada sebab yang mendorongnya, baik kejatuhan benda lain, dihembus angin atau ditekan dengan tangan, bukankah itu mustahil ?. Jadi mustahil adanya benda baru, dari yang tadinya tiada, menjadi ada, tanpa ada yang membuatnya, sehingga setiap benda baru pasti ada penciptanya, yang menciptakannya dari tiada menjadi ada, dan yang menciptakannya itu pasti ada (wujud), karena sesuatu yang tidak ada, pasti tidak bisa mengadakan sesuatu.
Adapun bukti bahwa alam ini baru adalah, karena alam ini menetapi sifat-sifat baru (‘irdh), seperti bergerak dan diam, serta terdiri dari berbagai bentuk (ada hewan, tumbuhan, bebatuan dll). Sedang sesuatu yang tidak bisa terlepas dari sifat baru, pasti merupakan benda baru. Bukti bahwa ‘irdh (sifat, tabiat, kelakuan yang ada pada jirm) itu baru adalah terlihatnya perubahan-perubahan dari tiada menjadi ada, dan dari ada menjadi tiada, misal dari kecil (tidak besar) menjadi besar, dan dari putih (tidak hitam) menjadi hitam, atau sebaliknya.

Qidam (dahulu tanpa permulaan)
Bukti qidamnya Alloh adalah, seandainya Alloh tidak qidam, maka pasti Dia khaadits (baru), sehingga butuh yang mewujudkannya (membuatnya baru, mukhdits), akibatnya akan pasti akan terjadi daur (siklus) atau tasalsul (rantai).
Daur (lingkaran sebab akibat) ialah adanya masing-masing dari dua benda atau lebih, tergantung pada adanya yang lain. Berarti masing-masing terwujud sebelum sebabnya wujud. Ini jelas salah. Gambaran kemustakhilannya : Tuhan A dicipta oleh tuhan B, tuhan B dicipta oleh tuhan C, tuhan C dicipta oleh tuhan D, sedang tuhan D dicipta oleh tuhan A sendiri…, jadi tuhan A itu ada sebelum dzatnya sendiri ada, karena diciptakan oleh hasil ciptaannya sendiri, ini jelas-jelas salah.









               

                 = Ada tidaknya tergantung (dicipta oleh)

Tasalsul ialah keadaan berturut-turut dan susul-menyusulnya beberapa hal sejak zaman azali (tak ada permulaan), dan tak ada habis-habisnya. Gambaran kemustakhilannya : Tuhan 1 dicipta oleh tuhan 2, tuhan 2 dicipta oleh tuhan 3, tuhan 3 dicipta oleh tuhan 4, dan seterusnya tak terhingga. Ini jelas mustahil.









Baqo’ (kekal)
Bukti kekalnya Alloh adalah, seandainya Alloh tidak kekal maka Alloh pasti bersifat fana’ (rusak), yang artinya berpeluang menjadi tidak ada (‘adam), tapi ini mustahil, karena Alloh sendiri bersifat qidam (dahulu tanpa permulaan, tidak pernah menemui masa ketiadaan), dengan bukti yang telah lalu. Karena ketika tidak kekal, maka wujudnya Alloh adalah jaiz (bisa ada, bisa tiada), bukan wajib (pasti ada), sedang sesuatu yang jaiz adanya, pastilah baru.

Mukholafatul lilkhawadits (beda dengan mahluq)
Bukti Alloh berbeda dengan makhluq-Nya adalah, seandainya Alloh memiliki sifat-sifat makhluq, seperti berupa ‘irdh atau jirm, maka Alloh pastilah baru, sama seperti makhluq-makhluq itu. Hal ini mustahil dengan bukti dari sifat qidam dan baqo yang telah lalu.

Qiyamuhu binafsih (berdiri sendiri)
Bukti Alloh berdiri sendiri adalah, seandainya Aloh membutuhkan tempat, maka Alloh pasti berupa sifat, padahal sifat itu tidak bisa disifati dengan sifat-sifat ma’aniy maupun ma’nawiyyah, sedang Alloh sendiri wajib (pasti) bersifat dengan kedua sifat-sifat itu, jadi Alloh pastilah bukan berupa sifat. Salah satu ciri esensi/sifat dan jasmani adalah membutuhkan sandaran atau tempat, seperti tubuh kita, warna, rasa dan lainnya. Seandainya Alloh membutuhkan mukhoshshish (penentu, yang mewujudkan), pastilah Alloh itu baru, bagaimana itu terjadi ?! padahal bukti Alloh itu  bersifat qidam dan baqo telah terang di depan.

Wahdaniyyah (esa)
Bukti bahwa Alloh itu Maha Esa adalah, seandainya Alloh tidak esa,pastilah alam ini tidak terwujud sama sekali, karena lemahnya Alloh sendiri ketika itu. Misal seandainya di situ ada dua tuhan, maka kemungkinan bisa terjadi perselisihan diantara keduanya, yang satu menghendaki menciptakan sesuatu, sedang yang lain malah menghendaki meniadakannya, maka ketika itu pasti keduanya lemah, karena tujuan keduanya tak mungkin terwujud secara bersamaan, karena mengadakan dan meniadakan adalah perbuatan yang saling berlawanan, tak terwujud pula tujuan salah satunya saja, karena hal itu menunjukkan lemahnya tuhan yang tujuannya tak terwujud, sedang kedua tuhan itu harus mempunyai sifat yang sama, sehingga hal itu pula menunjukkan kelemahan yang lainnya. Diriwayatkan bahwa Ibnu Rusydi pernah berkata : “ketika salah satu tujuannya terwujud, yang lain tidak, maka yang terwujud tujuannya itulah Tuhan yang sebenarnya (al-ilah)”.

Qudroh (kuasa), Irodah (berkehendak), ‘Ilmu (tahu) dan Khayat (hidup)
Bukti Alloh bersifat qudroh, irodah, ‘ilmu dan khayat adalah, seandainya Alloh tidak memiliki salah satu dari keempat sifat itu, maka pasti memiliki sifat kebalikannya, sehingga tidaklah tercipta seonggok makhluqpun. Maksudnya seandainya Alloh lemah (‘ajz), terpaksa (tak memiliki kemauan, karohah) atau bodoh (jahl), maka pastilah penciptaan alam tak akan terwujud. Seandainya Alloh mati (kebalikan dari khayat), maka pastilah tidak mungkin memiliki sifat yang 20 itu, karena syarat untuk memiliki kedua puluh sifat itu adalah harus hidup, sehingga pastilah alam ini tak akan bisa terwujud.

Sama’ (mendengar), Bashor (melihat) dan Kalam (berfirman)
Buktinya adalah al-Qur’an, sunah dan ijma’. Dan juga seandainya Alloh tidak bersifat sama’, bashor, dan kalam, maka pastilah bersifat kebalikannya (tuli, buta dan bisu), sedang sifat kebalikannya itu merupakan kekurangan-kekurangan yang pasti mustahil bagi Alloh yang maha sempurna.

Sifat Jaiz
Bukti bahwa melakukan hal-hal yang mungkin atau meninggalkannya adalah wenang bagi Alloh yaitu, seandainya melakukan hal itu adalah wajib secara akal atau mustahil secara akal, pastilah sesuatu yang mungkin itu berbalik menjadi wajib atau mustahil, dan itu tak masuk akal, bagaimana mungkin suatu hakikat berubah menjadi hakikat yang lain.

SIFAT-SIFAT WAJIB PARA ROSUL

1.       Shidhq (benar)
: Sesuainya khobar (informasi) dari mereka dengan kenyataan (realitas) yang ada. Ada tiga macam bentuk sidhq-nya :
1. benar dalam da’wah kerosulan (risalah) yang dibawanya
2. benar dalam dalam hukum-hukum yang mereka sampaikan dari Alloh
3. benar dalam ucapan yang berhubungan erat dengan masalah keduniaan, misal mengatakan Zaid telah datang, aku telah makan, aku membelinya dari Umar dsb.
Yangdimaksud disini adalah nomor 1 dan 2, sedang nomor 3 masuk amanah.

2.       Amanah (terpercaya)
: Tiadanya khianat mereka untuk melakukan perbuatan haram atau makruh
: Terjaganya jiwa-raga mereka dari perbuatan yang dilarang, baik haram maupun makruh.
: Sesuatu yang menancap dengan kuat (dimiliki) dalam hati yang mencegah pemiliknya melakukan hal-hal yang dilarang.
: Terjaga dari berbuat dosa (‘ishmah)

3.       Tabligh (menyampaikan)
: Menyampaikan apa (wahyu) yang diperintahkan pada mereka untuk disampaikan pada makhluq (umatnya).
    Ada tiga macam bentuk wahyu :
1. Apa yang wajib mereka sampaikan
2. Apa yang wajib mereka rahasiakan (simpan)
3. Apa yang mereka diberi pilihan antara disampaikan atau disimpan, terserah.

4.       Fathonah (cerdas)[1]
Para rosul pasti bersifat fathonah, yaitu cerdas dan waspada pikirannya, guna mendukung da’wah risalahnya.
Maksud wajib disini adalah tiada lepasnya sifat-sifat tersebut, meski dengan dalil syara’, karena wajibnya sfat amanah dan tabligh dengan dalil syara’ (naqliy), sedang wajibnya shidq dengan dalil akal (‘aqliy), walaupun mu’jizat yang sebagai tanda yang menunjukkan shidhq, itu berdasar adat kebiasaan (‘adiy).

SIFAT-SIFAT MUSTAHIL PARA ROSUL

1.       Kidzb (bohong)
: Tidak sesuainya informasi yang diberikan, dengan realitas yang ada.
2.       Khianat
: Melakukan tindakan (termasuk ucapan) yang dilarang baik haram maupun makruh, meski pernah diriwayatkan nabi pernah buang air kecil sambil berdiri, basuhan wudhu berkali-kali pernah dua kali-dua kali, karena itu untuk tasyri’ (memberi pelajaran syara’) dan menerangkan kebolehannya, dan tasyri’ seperti itu adalah wajib bagi beliau.
3.       Kitman (menyembunyikan)
: Merahasiakan (menyimpan) sesuatu yang diperintahkan untuk disampaikan, meskipun lupa. Karena mereka tidak boleh lupa terhadap hukum-hukum yang harus mereka sampaikan dari Alloh, walaupun dalam masalah lain mereka boleh lupa. Nabi sendiri pernah lupa untuk mengerjakan sholat, tetapi disebabkan kesibukan hatinya mengagungkan Alloh.
4.       Al-Ghoflah (lalai) & ‘Adamul Fathonah (tidak cerdas)

SIFAT JAIZ PARA ROSUL

Para rosul boleh memiliki atau melakukan kelakuan atau watak manusia biasa (al-a’roodh al-basyariyyah), yang tidak mengakibatkan berkurangnya martabat mereka yang luhur, misal sakit, lelah, makan, minum, mengantuk, tidur, beristri dan sebagainya.

BUKTI-BUKTI SIFAT WAJIB DAN JAIZ PARA ROSUL
1.    Shidhq
Buktinya adalah, seandainya mereka tidak benar, maka pastilah berdusta (kidzb) akan khobar Alloh, padahal Alloh telah membenarkan mereka dengan penurunan mu’jizat, sesuai dengan ayat : Shodaqo ‘abdii fii kulli maa yab-lughu ‘annii.
Mu’jizat : sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan, bersamaan dengan tantangan da’wah risalah, tiada tertandingi.

Syarat-syarat mu’jizat :
1. Merupakan perbuatan Alloh atau yang serupa (meninggalkan perbuatan), supaya menggambarkan keadaannya sebagai pembenar dari Alloh bagi orang yang diberinya. Contoh perbuatan : keluarnya air dari celah-celah jejari Nabi. Contoh meninggalkan perbuatan : tidak terbakarnya nabi Ibrohim oleh api.
2. Merupakan sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan, karena melemahkan seseorang tak akan terwujud kecuali dengan hal itu.
3. Munculnya dari tangan orang yang menda’wahkan kenabian, supaya dimengerti bahwa mu’jizat itu membenarkannya.
4. Bersamaan dengan da’wah, baik secara hakikat maupun hukumnya, karena mu’jizat merupakan saksi, sehingga tidak boleh sebelum adanya da’wah itu.
5. Sesuai dengan da’wah (pengakuan), maka yang tidak sesuai, tidak dihitung membenarkan, seperti terbelahnya gunung ketika pengaku rosul mengucapkan : mu’jizatku adalah terbelahnya lautan
6. Tidak malah mendustakan pengakunya, seperti ucapannya : mu’jizatku adalah berbicaranya batu ini, lalu batu itu berbicara bahwa orang itu tukang mengada-ada dan pendusta.
7. Tidak bisa ditandingi, kecuali oleh nabi yang semisalnya.
8. Keluarbiasaan-nya itu tidak terjadi ketika waktu rusaknya aturan adat kebiasaan, sehingga apa yang terjadi ketika hari kiamat tidak termasuk mu’jizat. Ini merupakan syarat tambahan dari sebagian ulama’

Sesuatu yang luar biasa yang keluar dari adat yang tidak memenuhi syarat di atas, tidak bisa disebut mu’jizat, tetapi dinamakan sbb :
1. irhaash atau ta’siis : suatu tanda dasar bagi kerosulannya, bila terjadi sebelum masa kerosulannya. Misal sebelum jadi nabi, nabi kita selalu dibayang-bayangi oleh awan.
2. karomah : suatu tanda kemuliaan yang berupa hal luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang jelas kebaikan dan keadilannya (wali), tapi tidak mengaku rosul atau nabi. Misal riwayat karomah Sunan Bonang yang bisa merubah buah aren menjadi emas.
3. ma’unah : suatu pertolongan dari sisi Alloh yang berupa hal luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang tidak dikenal keadaannya, tidak menampakkan kebaikan tidak pula kefasikan. Misal si Munir, santri yang kelihatannya biasa-biasa saja, terjun dari lantai tingkat empat, dan jatuh di lantai halaman pondok dalam keadaan segar bugar.
4. istidrooj : suatu tanda penghinaan dari Alloh yang berupa hal yang luar biasa yang muncul dari tangan seorang yang fasik, dalam arti bahwa Alloh meningkatkannya dengan menampilkan hal itu di tangannya, lantas dia berlarut-larut dalam kefasikan, sehingga bila Alloh mengambilnya, maka dia tidak dilepaskan-Nya (mati suu-ul khootimah), na’uudzu billaah min dzaalik.
5. ihaanah atau khidzlan : suatu tanda pendustaan dan penghinaan dari Alloh yang berupa yang berupa hal yang luar biasa pada tangan seoorang pembohong. Misal riwayat Musailamah al-Kadzdzab, yang mengaku menjadi rosul di masa Nabi saw, pernah meludahi mata seorang laki-laki dengan maksud mengobatinya, namun mata itu malah menjadi buta.
6. sihir : suatu keluarbiasaan yang muncul dari seseorang, yang bisa dipelajari oleh orang lain dan bisa ditandingi.

2.    Amanah dan Tabligh
Buktinya adalah, seandainya mereka berkhianat dengan melakukan keharaman dan kemakruhan, maka pastilah keharaman dan kemakruhan itu berbalik menjadi ketaatan (tho’ah) bagi mereka. Karena Alloh memerintah kita untuk mengikuti perkataan dan perbuatan mereka, sehingga Alloh tidak menyuruh mereka untuk melakukan keharaman maupun kemakruhan. Ini juga bisa dijadikan bukti sifat wajib tabligh.

3.    Fathonah
Buktinya ialah seandainya mereka lalai dan tidak cerdas, niscaya mereka tidak mungkin dapat mengemukakakan hujjah (bantahan) terhadap lawan bicara mereka dan tidak mungkin mampu berdebat dengan mereka untuk menanamkan kebenaran pada mereka, sampai mereka merasa puas. Apabila para rosul tidak cerdas, maka jelas bertentangan dengan tugas yang diberikan oleh Alloh , yaitu menunjukkan kepada mahluq tentang kebenaran.

4.    Sifat Jaiz
Bukti bahwa para rosul itu bersifat jaiz (boleh berperilaku seperti manusia biasa) ialah, disaksikannya realitas sifat-sifat itu pada diri mereka dan sifat-sifat itu tidak mencacatkan atau menjadikan manusia lari dari mereka, misal gila, ayan yang lama, kusta, sopak dan buta. Ada beberapa alasan mengapa mereka tetap boleh berperilaku seperti manusia biasa, diantaranya :
-       untuk melipatgandakan dan mengagungkan pahala yang mereka raih, seperti sakit.
-       untuk tasyri’ (memberi pelajaran hukum syari’at) agar umatnya tahu bahwa hal itu boleh dilakukan
-       untuk menurunkan/mewariskan masalah dunia kepada orang lain (keturunannya), seperti beristri.
-       sebagai peringatan betapa hina derajat dunia di sisi Alloh dan tidak ridhonya Alloh, dunia sebagai tempat balasan bagi para nabi dan wali-Nya, dengan melihat tingkah laku mereka atas masalah dunia.

MAKNA SYAHADAT TAUHID DAN SYAHADAT ROSUL

Makna dari keyakinan-keyakinan (‘aaqo-id) di atas, semuanya terkumpul dalam ucapan : laa ilaaha illal-lloh muhammadur rosuululloh. Penjelasannya sbb :
1.    Karena makna uluhiyyah (ketuhanan) adalah tidak butuhnya Tuhan (al-ilaah) dari segala sesuatu selain-Nya, dan butuhnya segala sesuatu selain-Nya kepada-Nya. Jadi makna laa ilaaha illal-lloh : Tiada dzat yang tidak membutuhkan segala sesuatu selain-Nya, dan tiada dzat yang segala sesuatu selain-Nya membutuhkan-Nya, selain Alloh swt.

2.    Adapun ketidakbutuhan (istighnaa’) Alloh swt. dari segala sesuatu selain-Nya, itu mewajibkan (memastikan) Alloh itu wujud (ada), qidam (dahulu), baqo (kekal), mukholafatul lil khawadits (beda dengan makhluq), qiyamuhu bi nafsih (berdiri sendiri) dan dibersihkan dari kekurangan-kekurangan. Dan masuk juga ke dalamnya sifat wajib sama’ (mendengar), bashor (melihat) dan kalam (berfirman), karena seandainya sifat-sifat ini tidak wajib bagi Alloh, maka pastilah Dia membutuhkan pembuat/pembaharu (muhdits), tempat, atau sesuatu yang menghilangkan kekurang-kurangan itu darinya.

3.    Dari ketidakbutuhan Alloh juga bisa diambil pengertian, bersihnya Alloh dari tujuan-tujuan (ghordh) pada perbuatan-perbuatan dan hukum-hukum-Nya. Andai tidak bersih, maka pasti membutuhkan sesuatu yang bisa menghasilkan tujuan-Nya. Bagaimana hal itu terjadi ? Padahal Alloh swt tidak membutuhkan sesuatu selain diri-Nya.

4.    Dari ketidakbutuhan Alloh juga bisa diambil pengertian bahwa Alloh tidak wajib melakukan sesuatu yang mumkin dan tidak wajib meninggalkannya, karena seandainya hal itu secara akal wajib, seperti memberi pahala, maka pastilah Alloh swt membutuhkan hal itu, supaya sempurna tujuan-Nya, padahal tidak wajib bagi Alloh swt kecuali sesuatu yang sempurna bagi-Nya. Bagaimana itu terjadi?, padahal Alloh swt tidak butuh segala sesuatu selain-Nya!.

5.    Adapun butuhnya segala sesuatu selain-Nya kepada Alloh swt, maka itu mewajibkan (memastikan) Alloh bersifat hayat (hidup), qudroh (kuasa), irodah (berkehendak) dan ilmu (mengetahui), karena seandainya Alloh tidak bersifat seperti itu, maka tidaklah mungkin untuk bisa mewujudkan makhluq (khawadits) sedikitpun, sehingga tidak ada sesuatupun yang membutuhkan-Nya. Bagaimana itu terjadi?, padahal Alloh-lah dzat yang segala sesuatu selain-Nya, sangat membutuhkan-Nya.

6.    Dari butuhnya segala sesuatu selain-Nya pada-Nya, juga mewajibkan Alloh bersifat wahdaniyyah (esa), karena seandainya ada dzat kedua selain Alloh yang mempunyai sifat ketuhanan (uluhiyyah), maka pastilah tidak ada sesuatupun yang membutuhkan-Nya, karena lemahnya kedua dzat itu, ketika hal itu terjadi. Bagaimana itu terjadi?, padahal Alloh-lah dzat yang segala sesuatu selain-Nya, sangat membutuhkan-Nya.

7.    Dari butuhnya makhluq akan Alloh, juga bisa diambil pengertian bahwa tidak ada sesuatupun yang bisa memberi bekas (pengaruh, ta’tsiir) pada sesuatu yang mumkin, sedikitpun. Andai ada, maka pastilah bekas itu tidak membutuhkan Alloh swt, padahal Alloh adalah dzat yang segala sesuatu selain-Nya, membutuhkan-Nya. Ketiadaan pemberian pengaruh/bekas pada sesuatu yang mumkin, itu terjadi bila kita mengira-ngirakan ada sesuatu (yang mumkin) yang bisa memberi bekas dengan wataknya (thob’iy). Sedang bila kita mengira-ngirakan sesuatu itu memberi pengaruh/bekas dengan suatu kekuatan yang ada padanya, yang berasal dari Alloh, sebagimana sangkaan banyak orang bodoh (kaum mu’tazilah), itu semua juga mustahil, karena ketika hal itu terjadi, maka Alloh jadi butuh suatu perantara (waasithoh) dalam penciptaan sebagian perbuatan-Nya. Dan itu semua batal, berdasar apa yang telah kita ketahui dari wajibnya ketidakbutuhan Alloh dari segala sesuatu selain diri-Nya.
                Sudah cukup jelaslah cakupan makna dari ucapan laa ilaaha illal-lloh, yang mengandung 3 macam hal yang wajib diketahui oleh orang mukallaf, yakni tentang sifat wajib, mustahil dan jaiz yang hak bagi Alloh swt.
8.    Adapun ucapan muhammadur-rosululloh, maka disitu masuk iman kepada nabi-nabi yang lain, malaikat, kitab-kitab samawiy, hari akhir, serta qodho dan qodar. Karena nabi Muhammad datang dengan membenarkan kesemuanya itu.

9.    Dari lafadz itu juga bisa diambil pengertian :
a.    wajibnya sifat shidhq bagi para rosul.
b.    mustahilnya sifat kidzb bagi mereka, jika tidak begitu maka mereka tidak akan menjadi rosul yang amanah bagi Alloh yang maha mengetahui hal-hal yang samar.
c.     mustahilnya mereka melakukan perbuatan yang dilarang, semuanya, karena mereka diutus supaya manusia tahu perkataan, perbuatan dan diam mereka, sehingga pasti tidak ada yang menentang perintah Alloh swt, karena Alloh telah memilih mereka dari semua mahluq, dan memberi mereka amanat atas rahasia wahyu-Nya.
d.    bolehnya mereka punya prilaku manusia umumnya (a’roodh al-basyariyyah), karena hal itu tidak membuat cacat kerosulan mereka dan ketinggian derajat mereka di sisi Alloh, bahkan semua itu malah menambah derajat dan kemuliaan mereka.

Jelas sudah makna kedua kalimah syahadat itu, dengan jumlah huruf yang sedikit, mampu mengumpulkan semua hal yang wajib diketahui oleh orang mukallaf, yakni keyakinan-keyakinan tentang iman pada Alloh dan utusan-utusan-Nya. Mungkin karena ringkasnya dan kemampuannya mencakup hal itu semua, maka syara’ menjadikannya sebagai terjemahan dari islam yang ada dalam hati, dan syara’ tidak menerima iman seorangpun, kecuali dengan kalimah syahadat itu. Oleh karenanya, sebaiknya orang yang berakal (‘aqil) memperbanyak mengucapkan kalimah syahadat sambil menghadirkan makna ‘aqo-id iman yang terkandung di dalamnya, sampai maknanya bercampur dengan darah dan dagingnya, sebab tak terbilang jumlah rahasia dan keajaiban/karomah akibat melaksanakan hal itu (memperbanyak dzikir), misal lancar rizkinya dan encer pikirannya.

Menurut imam Syafi’iy, tidak cukup ucapan : Allohu ahad Muhammadur-rosuul sebagai kalimah syahadat, akan tetapi disyaratkan :
1.    memakai lafadz Asyhadu
2.    tahu maknanya, meski secara garis besar. Sehingga seandainya ada orang non-arab diajari pelafadzan bahasa arab, lalu ia melafadzkan dua kalimah syahadat (syahadatain) itu, sedang ia tak tahu maknanya, maka belum dihukumi masuk islam.
3.    tertib/berurutan, syahadat tauhid dulu baru syahadat rosul. Jika terbalik, maka keislamannya belum sah.
4.    bersambung (terus-menerus) antara pelafadzan kedua syahadat itu. Jika setelah membaca syahadat tauhid dipisah oleh waktu yang lama, baru kemudian membaca syahadat rosul, maka keislamannya belum sah.
5.    yang mengucapkannya adalah orang mukallaf (baligh dan berakal). Sehingga islamnya anak kecil dan orang gila, itu tidak sah, kecuali karena mengikuti orang tua (tab’an).
6.    tidak terang-terangan secara dzohir melakukan sesuatu yang bisa menghapus keislamannya. Sehingga islamnya orang yang sedang sujud pada berhala, itu tidak sah.
7.    merupakan kemauannya sendiri (ikhtiar, pilihan pribadi, tidak dipaksa). Sehingga tidak sah islamnya orang yang dipaksa, kecuali bila ia termasuk golongan musuh (kharbiy) atau orang murtad, karena memaksa kedua golongan ini untuk masuk islam, adalah haq (dibenarkan).
8.    mengakui (iqroor) terhadap apa yang pernah ia ingkari, atau menarik kembali kebolehan suatu hal, apabila kufurnya sebab menentang sebagian ijma’ yang diketahui dari agama secara dhoruri (spontan, tanpa dipikir).

Akan tetapi qoul mu’tamad madzhab malikiy menyatakan, tidak disyaratkan seperti itu, tetapi berputar pada lafadz yang menunjukkan pengakuan (iqroor) bahwa Alloh itu Maha Esa, dan Muhammad itu Rosululloh.

Semoga Alloh  swt melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarga dan shahabatnya yang baik dan suci. Allohumma tsabbit qolbii ‘alaa diinik, Wal-hamdu lil-llaahi robbil ‘aalamiin…….

Rabu, 29 Oktober 2014

Muqodimah Matan Sanusi

المقدمات[1] للإمام أبي عبد الله محمد بن يوسف السنوسي

بسم الله الرحمن الرحيم
صلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

قال الشيخ الإمام العالم العلامة المحقق أبو عبد الله محمد السنوسي الحسني رحمه الله تعالى ورضي عنه آمين.
الحمد لله.
الحكم: إثبات أمر أو نفيه.
وينقسم إلى ثلاثة أقسام:
- شرعي.
- وعادي.
- وعقلي.
فالشرعي: هو خطاب الله تعالى المتعلق بأفعال المكلفين بالطلب أو الإباحة أو الوضع لهما، ويدخل في الطلب أربعة:
- الإيجاب.
- والندب.
- والتحريم.
- والكراهة.
فالإيجاب: طلب الفعل طلبا جازما، كلإيمان بالله وبرسوله وكقواعد الإسلام الخمس.
والندب: وهو طلب الفعل طلبا غير جازم، كصلاة الفجر ونحوها.
والتحريم: وهو طلب الكف عن الفعل طلبا جازما، كشرب الخمر والزنا ونحوها.
والكراهة: وهي طلب الكف عن الفعل طلبا غير جازم، كالقراءة في الركوع والسجود مثلا.
وأما الإباحة: فهي إذن الشرع في الفعل والترك معا، من غير ترجيح لأحدهما على الآخر، كالنكاح والبيع مثلا.
وأما الوضع: فهو عبارة عن نصب الشارع أمارة على حكم من تلك الأحكام الخمسة، وهي السبب والشرط والمانع.
فالسبب: ما يلزم من وجوده الوجود ومن عدمه العدم لذاته، كزوال الشمس لوجوب الظهر.
والشرط: ما يلزم من عدمه العدم، ولا يلزم من وجوده وجود ولا عدم لذاته، كتمام الحول مثلا لوجوب الزكاة.
والمانع: ما يلزم من وجوده العدم، ولا يلزم من عدمه وجود ولا عدم لذاته، كالحيض لوجوب الصلاة.
وأما الحكم العادي: فهو إثبات الربط بين أمر وأمر وجودا أو عدما بواسطة التكرر، مع صحة التخلف، وعدم تأثير أحدهما في الآخر ألبتة.
وأقسامه أربعة:
- ربط وجود بوجود، كربط وجود الشبع بوجود الأكل.
- وربط عدم بعدم، كربط عدم الشبع بعدم الأكل.
- وربط وجود بعدم، كربط وجود الجوع بعدم الأكل.
- وربط عدم بوجود، كربط عدم الجوع بوجود الأكل.
وأما الحكم العقلي: فهو إثبات أمر أو نفيه من غير توقف على تكرر ولا وضع واضع.
وأقسامه ثلاثة:
- الوجوب.
- والاستحالة.
- والجواز.
فالواجب: ملا يتصور في العقل عدمه، إما ضرورة كالتحيز للجرم مثلا، وإما نظرا كوجوب القدم لمولانا عز وجل.
والمستحيل: ما لا يتصور في العقل وجوده، إما ضرورة كتعري الجرم عن الحركة والسكون، وإما نظرا كالشريك لمولانا عز وجل.
والجائز: ما يصح في العقل وجوده وعدمه، إما ضرورة كالحركة لنا، وإما نظرا كتعذيب المطيع وغثابة العاصي.
والمذاهب في الأفعال ثلاثة:
- مذهب الجبرية.
- ومذهب القدرية.
- ومذهب أهل السنة.
فمذهب الجبرية: وجود الأفعال كلها بالقدرة الأزلية فقط، من غير مقارنة لقدرة حادثة.
ومذهب القدرية: وجود الأفعال الاختيارية بالقدرة الحادثة فقط، مباشرة أو تولدا.
ومذهب أهل السنة: وجود الأفعال كلها بالقدرة الأزلية فقط، مع مقارنة الأفعال الاختيارية لقدرة حادثة لا تأثير لها، لا مباشرة ولا تولدا.
وأما الكسب: فهو عبارة عن تعلق القدرة الحادثة بالمقدور في محلها من غير تأثير.
وأنواع الشرك ستة:
- شرك استقلال: وهو إثبات إلهين مستقلين، كشرك المجوس.
- وشرك تبعيض: وهو تركيب الإلهة من آلهة، كشرك النصارى.
- وشرك تقريب: وهو عبادة غير الله تعالى ليقرب إلى الله زلفى، كشرك متقدمي الجاهلية.
- وشرك تقليد: وهو عبادة غير الله تعالى تبعا للغير، كشرك متأخري الجاهلية.
- وشرك الأسباب: وهو إسناد التأثير للأسباب العادية، كشرك الفلاسفة والطبائعيين ومن تبعهم على ذلك.
- وشرك الأغراض: وهو العمل لغير الله تعالى.
وحكم الأربعة الأول: الكفر بإجماع.
وحكم السادس: المعصية من غير كفر بإجماع.
وحكم الخامس: التفصيل فيها، فمن قال في الأسباب: إنها تؤثر بطبعها، فقد حكي الإجماع على كفره، ومن قال: إنها تؤثر بقوة أودعها الله فيها، فهو فاسق مبتدع، وفي كفره قولان.
وأصول الكفر والبدع سبعة:
- الإيجاب الذاتي: وهو إسناد الكائنات إلى الله تعالى على سبيل التعلل أو الطبع من غير اختيار.
- والتحسين العقلي: وهو كون أفعال الله تعالى وأحكامه متوقفة عقلا على الأغراض: وهي جلب المصالح ودرء المفاسد.
- والتقليد الرديء: وهو متابعة الغير لأجل الحمية والتعصب، من غير طلب للحق.
- والربط العادي: وهو إثبات التلازم بين أمر وأمر، وجودا وعدما بواسطة التكرر.
- والجهل المركب: وهو أن يجهل الحق، ويجهل جهله به.
- والتمسك في عقائد الإيمان بمجرد ظواهر الكتاب والسنة، من غير تفصيل بين ما يستحيل ظاهره منها وما لا يستحيل.
- والجهل بالقواعد العقلية: التي هي العلم بوجوب الواجبات، وجواز الجائزات، واستحالة المستحيلات، وباللسان العربي: الذي هو علم اللغة والإعراب والبيان.
والموجودات بالنسبة إلى المحل والمخصص أربعة أقسام:
- قسم غني عن المحل والمخصص: وهو ذات مولانا جل وعز.
- وقسم مفتقر إلى المحل والمخصص: وهو الأعراض.
- وقسم مفتقر إلى المخصص دون المحل: وهو الأجرام.
- وقسم موجود في المحل، ولا يفتقر إلى مخصص: وهو صفات مولانا جل وعز.
والممكنات المتقابلة ستة: الوجود، والعدم، والمقادير، والصفات، والأزمنة، والأمكنة والجهات.
والقدرة الأزلية: هي عبارة عن صفة يتأتى بها إيجاد كل ممكن وإعدامه على وفق الإرادة.
والإرادة: صفة يتأتى بها تخصيص الممكن ببعض ما يجوز عليه.
والعلم: صفة ينكشف بها الملعوم على ما هو به.
والحياة: صفة تصحح لمن قامت به أن يتصف بالإدراك.
والسمع الأزلي: صفة ينكشف بها كل موجود على ما هو به، انكشافا يباين سواه ضرورة.
والبصر مثله.
والإدراك ـ على القول به ـ مثلهما.
والكلام الأزلي: هو المعنى القائم بالذات، المعبر عنه بالعبارات المختلفات، المباين لجنس الحروف والأصوات، المنزه عن البعض والكل والتقديم والتأخير والسكوت والتجدد واللحن والإعراب وسائر أنواع التغيرات، المتعلق بما يتعلق به العلم من المتعلقات.
و الكلام ينقسم إلى خبر وإنشاء.
فالخبر: ما يحتمل الصدق والكذب لذاته.
والإنشاء: ما لا يحتمل صدقا ولا كذبا لذاته.
والصدق: عبارة عن مطابقة الخبر لما في نفس الأمر، خالف الاعتقاد أم لا.
والكذب: عدم مطابقة الخبر لما في نفس الأمر، وافق الاعتقاد أم لا.
والأمانة: حفظ جميع الجوارح الظاهرة والباطنة من التلبس بمنهي عنه، نهي تحريم أو كراهة.
والخيانة عدم حفظهما من ذلك.
وبالله التوفيق.

Jumat, 24 Oktober 2014

Tata cara dan adab dalam berdoa


TATA CARA BERDO'A

Assalamualaikum Sobat Ruang

Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi tentang masalah TATA CARA BERDOA. Doa dalam islam, sangat disukai dan dianjurkan. Hadis dan ayat-ayat tentang yang menganjuran DOA adalah banyak dan mashur. Salah satu Firman Allah dalam surat Al-Mukmin Ayat 60

" Tuhanmu telah berkata : Berdoalah kepada-KU, tentu KU kabulkan Doa mu......."

Menganai TATA CARA BERDOA ada beberaoa Dalil yang memberikan petunjuk. Imam Al-Qasim Al-Qusyairi Radhiyallahu'anhu :
Orang-orang yang berselisih pendapat mengeni yang lebih utama; Doa, Berdiam diri atau Ridha?
Ada yang berpendapat : Doa adalah ibadah berdasarkan hadits yang telah tertulis, karna Doa itu menunjukkan kebutuhan kepada Allah Ta'ala.
Segolongan Mengatakan : Diam dan Pasrah pada hukum yang berlaku adalah lebih sempurna dan ridha dengan yang telah ditakdirkan adalah lebih utama.
Segolongan lain mengatakan : Hendaklah seseorang berdoa dengan lisan dan ridha dengan hatinya agar melakukan dua hal itu bersama-sana.

Berkata Al-Qusyairi : Lebih baik dikatakan waktunya bermacam-macam
Dalam beberapa kesempatan, doa lebih baik daripada diam, dan itulah sopan santunnya. Juga dalam beberapa keadaan, Diam lebih baik daripada Doa dan itulah sopan santunnya. Penentapan itu hanya bisa diketahui dengan waktu.

Apabila dalam hatinya ada isyarat untuk berdoa, maka doa lebih utama. Apabila ia memperoleh isyarat untuk diam, maka diam lebih sempurna.

Al-Qusyairi juga berkata : Diantara syarat-syarat berdoa adalah makanannya halal.
Yahya bin Mu'adz Ar-Razi Radhiyallahu'anhu berkata : Bagaimana Aku bisa berdoa kepada-MU, sedang aku seorang pendurhaka? dan Bagaimana aku tidak berdoa Kepada-MU sedang Engkau Maha Pemurah?

Dalam Ihya' Ulummuddin, Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa TATA CARA BERDOA ada  sepuluh.

1. Mengutamakan waktu-waktu yang mulia, seperti hari Arafah, Bulan Ramadhan, Hari Jumat, Waktu dini Hari, dan sepertiga terakhir dari malam

2. Mengutamakan keadaan-keadaan yang mulia, seperti waktu sujud, pertemuan antara pasukan (dalam peperangan), turunnya hujan, saat ikamah shalat dan sesudahnya. Imam Nawawi menambahkan : Keadaan kelembutan hati

3. Menghadap kiblat, mengangkat tangan, dan mengusap wajah dengannya pada akhir doa.

4. Menyedangkan suara

5. Tidak memasukkan unsur sajak. Model ini telah disepakati sebagai pelanggaran dalam doa.

    Seorang ulama berkata : Berdoalah dengan kehinaan dan kebutuhan, bukan dengan lisan kefasihan dan kelancaran.
    Dikatakan : Para ulama dan para wali tidak melebihkan doa dari tujuh kata, dan itu telah disebutkan oleh Allah pada akhir surat Al-Bakarah :
    ".........Wahai tuhan kami, janganlah engkau menghukum kami..." hingga akhir hayat. Allah Subhanahu WaTa'ala tidak pernah meberitahukan dalam satu tempat tentang doa-doa hamba-NYA lebih banyak daripada itu.

    Dalam surat Ibrahim pada ayat 35, Dinyatakan :
    " Ketika Ibrahim berkata : Ya Tuahanku, jadikanlah negeri ini ( Makkah) Aman..." Hingga akhir ayat.

    Yang lebih Terpilih dan dipegangi sebagian besar Ulama adalah bahwasanya tidak ada pembatasan dalam hal itu dan tidak disalahkan tambahan di atas tujuh kata. Bahkan dianjurkan (disukai) memperbanyak dia.

6. Kekhusyu'an dan Rasa Takut.
    Allah Subhanahu wa Ta'ala Berfirman :
    ".......Sesungguhnya mereka bersegera dalam mengerjakan kebaikan dan berdoa kepada-NYA dengan penuh pengharapan dan rasa takut, sedang mereka tunduk kepada Kami." (QS. Al-Anbiya' :90)

    Dalam Surat Al-A'raf ayat 55, Allah memberikan petunjuk : " Berdoalah kepada Tuhanmu dengan kerendahan diri dan suara pelan...."

7. Memastikan permintaannya dan meyakini pengabulannya.
    Dalil mengenai hal ini telah banyak dan mashur.

    Sufyan bin Uyainah Radhiyallahu'anhu berkata : Janganlah menghalangi doa seseorang di antara kamu sesuatu yang terdapat pada dirinya ( Berupa kekurangan) karena sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengabulkan permintaan mahluk terjahat, iblis, tatkala ia berkata :

    " Ia (Iblis) berkata : Berilah kesempatan padaku hingga hari mereka (Manusia) dibangkitkan. Allah berfirman : sesungguhnya engkau yang termasuk di beri kesempatan (Boleh menunggu)." ( QS. Al-A'raf : 14-15)

8. Hendakalah tekun diwaktu berdoa dan mengulanginya tiga kali dan jangan menganggap lambat ijabah (pengabulannya)nya

9. Memulai doa dengan menyebut nama Allah. Dan dengan shalawat kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasalam sesudah menuji syukur kepada Allah Ta'ala dan mengakhirinya dengan itu pula.

10. Yang terpenting dan pokok dikabulkannya doa, yakni taubat dan mengembalikan hak orang serta kembali kepada Allah Ta'ala.

    Al-Ghazali berkata : Bilamana dinyatakan : Apa faedahnya doa, sedangkan takdir tak dapat ditolak? Maka Ketahuilah, dengan doa, takdir yang buruk dapat ditolak. Jadi, dia adalah sebap penolakan bala dan timbulnya rahmat, sebagaimana perisai menangkis senjata dan air sebab keluarnya tumbuhan dari bumi. Maka, sebagaimana perisai bisa menolak panah sehingga saling bertambrakan, demikian pula doa dan bala bencana, bukanlah termasuk syarat takdir untuk tidak membawa senjata.
    Dalam surat An-Nisa' Ayat 102 Allah berfirman : ".......dan hendaklah mereka waspada dan membawa senjata-senjata mereka."

Demikian Tata Cara Berdoa, yang dikutip dari Kitab Al-Adzkar karangan Imam An-Nawawi, semoga ada hal baik dan manfaat yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran.

ADAB DALAM BERDO'A

renungan yang sangat dalam tentang adab dalam berdoa yang di sampaikan oleh Syeikh Ibnu 'Athaillah As-Sakandary, semoga dengan mengetahui ini kita semakin faham tentang bagaimana seharusnya kita memposisikan diri ketika berdoa.

Syeikh Ibnu 'Athaillah As-Sakandary "Janganlah pencarianmu (doa-doamu) sebagai sebab untuk diberi sesuatu dari Allah Swt, maka pemahamanmu kepadaNya menjadi sempit. Hendaknya pencarianmu (doa-doamu) semata untuk menampakkan wujud kehambaan dan menegakkan Hak-hak KetuhananNya."

Pencarian merupakan arah yang menjadi sebab terwujudnya kehendak yang harus ada. Pencarian, usaha, doa, ikhtiar merupakan rangkaian sebab-sebab menuju apa yang ingin diraih. Termasuk disini adalah berdo’a Umumnya orang berdoa agar terwujud apa yang diinginkan. Berikhtiar agar tercapai apa yang dicita-citakan. Padahal dimaksud Allah Swt memerintahkan kita berdoa dan berupaya, semata-mata agar eksistensi kehambaan kita yang fakir, serba hina, serba tak berdaya dan lemah muncul terus menerus di hadapanNya. Bukan, agar kita bisa mewujudkan apa yang kita kehendaki, karena hal demikian bisa memaksa Allah Swt menuruti kehendak kita.

Pemahaman yang sempit tentang Allah Swt, akan terus menerus berkutat pada sikap seakan-akan Allah-lah yang mengikuti selera kita, bukan kehendak kita ini akibat kehendakNya, perwujudan yang ada karena kehendakNya, bukan disebabkan oleh kemauan kita.

Ketika manusia berdoa, seluruh kehinaan dirinya, kebutuhan dirinya dan kelemahannya serta ketakberdayaannya muncul. Itulah hikmah utama dibalik berdoa. Ketika kita berikhtiar, pada saat yang sama kita menyadari betapa tak berdayanya kita. Sebab kalau kita berdaya, pasti tidak perlu lagi ikhtiar dan berjuang.

Di sisi lain, kita dituntut untuk terus menerus menegakkan Hak-hak KetuhananNya, bahwa Allah berhak disembah, berhak dimohoni pertolongan, berhak dijadikan andalan dan gantungan, tempat penyerahan diri, berhak dipuji dan dipatuhi, berhak dengan segala sifat Rububiyahnya yang Maha Mencukupi, Maha Mulia, Maha Kuasa dan Maha Kuat. Semua harus terus tegak di hadapan kita. Dan itu semua bisa terjadi manakala kehambaan kita hadir.

    Ironi-ironi dalam ikhtiar dan doa kita sering terjadi. Kita lebih memposisikan sebagai "tuhan", dengan banyak memerintah Tuhan agar menuruti kehendak kita, kemauan kita, proyeksi-proyeksi kita. Diam-diam kita menciptakan tuhan dan berhala dalam jiwa kita, agar dipatuhi oleh Allah sang maha Pencipta. Inilah piciknya iman kita kepadaNya, yang sering memaksaNya sesuai dengan pilihan-pilihan kita, bukan pilihanNya.

Karena itu hakikatnya, menjalankan perintah doa itu lebih utama dibanding terwujudnya doa kita (ijabah). Ikhtiar kita hakikatnya lebih utama daripada hasil yang kita inginkan. Perjuangan kita hakikatnya lebih utama dibanding kemangan dan kesuksesannya. Ibadah lebih utama dibading balasan-balasanNya. Karena taat, doa, ikhtiar itu menjalankan perintahNya. Sedangkan balasan, ijabah, sukses, kemenangan, bukan urusan manusia dan tidak diperintah olehNya.

Banyak orang berdoa, beribadah, berikhtiar, tetapi bertambah stress dan gelisah. Itu semua disebabkan oleh niat dan cara pandangnya kepada Allah Swt yang sempit. Sehingga, bukan qalbunya yang menghadap Allah Swt, tetapi nafsunya.

Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily, ra berkata: "Janganlah bagian yang membuatmu senang ketika berdoa, adalah hajat-hajatmu terpenuhi, bukan kesenangan bermunajat kepada Tuhanmu. Hal demikian bisa menyebabkan anda termasuk orang yang terhijab."

Bahwa kita ditakdirkan bisa bermunajat kepadaNya, seharusnya menjadi puncak kebahagiaan kita. Bukan pada tercapainya hajat kebutuhan kita. Kenapa kita bisa terhijab? Karena kita kehilangan Allah Swt, ketika berdoa, karena yang tampak adalah kebutuhan dan hajat kita, bukan Allah Tempat bermunajat kita.

Pojok Motivasi

Wanita Pilihan


 Assalamu alaikum Wr. Wb.

Akhy wa Ukhty… Gimana punya kabar ?
Kabar Iman dan hati kamu ?
Dan juga gimana kabar jodoh kamu ? hehe . . .
Nggak apalah jodoh sedikit anyep yang penting iman semakin MANTEP....
Nggak apalah jodoh sedikit lesu yang penting hati tak terkuasai NAFSU ....
Dan nggak apalah jodoh sedikit terlambat yang penting bisa membawa keselamatan DUNIA AKHIRAT.... Gimana setuju ?
hehe
Setuju sich setuju... tapi maunya sich iman mantep, hati tak terkuasai nafsu and jodoh lancar – lancar wae...hehe Idih maunya … Ngaca donk ngaca !!! Kamu tu sapa? Tu liat tu !!! cak i (Panggilan akrab Moch Rifai El Gamary), udah cakep pinter lagi, gitu aja nggak laku – laku, apa lagi kamu …hehe
Iiiiih Cak i, kok bercanda mulu sich…serius donk..!!! dari tadi mutar – muter nggak jelas arah tujuan kayak orang kebingungan cari utangan aja...hehe
Zadah Bro and sis langsung aja masuk pada pembahasan.. Gini Shob, kemaren kan udah aku tuliskan tentang pacaran and ta’aruf. Selanjutnya, sekarang dalam proses ta’aruf, silahkan ! kalo’ antum pengen lebih selektif dalam menentukan calon, tapi jangan lebay lo.. bisa – bisa entar malah dapet bongkeng..hehe Trus yang perlu diperhatiin dalam memilih calon pendamping hidup yang sesuai ama kriteria islam itu yang gimana????? Dalam melamar, yang perlu diperhatiin oleh antum terhadap cewek yang mau dilamar diantaranya:

1. Hendaknya cewek yang sholihah, soalnya ia bergaul langsung dan sekaligus akan menjadi pendidik bagi anak – anak. Yaitu wanita yang bisa menjaga kehormatan dirinya and keluarganya ketika suaminya nggak ada dirumah, bukan malah dijadikan kesempatan... Laki hidung belang mampir yuk!, mumpung laki gue nggak dirumah nich....hehe (naudzu billah Tsumma naudzubillah)
Seperti yang difirmankan Allah Ta’ala: “Sebab itu, maka wanita-wanita yang shalih adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak berada di tempat, oleh karena Allah telah memelihara mereka”. (an-Nisa:34).
Berkaitan dengan ini Rosulullah pernah bertanya pada anaknya, Fatimah : Apakah yang terbaik bagi wanita?. Ia menjawab : Mereka tidak boleh menemuai orang-orang asing, tidak pula orang-orang asing boleh menemui mereka. Nabi SAW. senang mendengar jawaban ini dan memeluknya seraya berkata : Sesungguhnya engkau adalah sebagian dari hatiku. Rasulullah bersabda: “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim, Nasa’I dan Ibnu Majah).
Dalam hadits shahih: "Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalihah, engkau memandangnya lalu engkau kagum dengannya, dan engkau pergi daripadanya tetapi engkau merasa aman dengan dirinya dan hartamu. Dan di antara kesengsaraan adalah wanita yang apabila engkau memandangnya engkau merasa enggan, lalu dia mengungkapkan kata-kata kotor kepadamu, dan jika engkau pergi daripadanya engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu" (HR. Ibnu Hibban).

2. Cewek dengan keturunan yang jelas dan terhormat. apa antum mau kalo’ istri antum dari bapak yang gak jelas? Ini telinga kok mirip milik si B, trus matanya kok mirip ama si A and rambutnya kok mirip ama yang baca ya!!!, emangnya kamu kemaren ikut nyumbang?....hehehe. Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah bersabda: Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya kamu beruntung. (HR. Bukhari, Muslim dan juga yang lainnya).

3. Cewek yg gede cinta kasihnya and bisa jaga cintanya hanya pada sang suami... poko’e forever just for you oh suamiku... Xixixix. Begitu juga sebaliknya, antum harus bisa jaga cintamu… mentang – mentang punya istri yang cinta berat, antum sakpenake dewek….ya janganlah kacian tu istrimu.... Dan juga ia harus bisa selalu berusaha cari ridha dan nyenengin hati lakinya. Ngomongnya sopan, halus, mesra, manja and murah senyum. Jiela duh indahnya.. apalagi kalo’ ketambahan cantik, bahenol, montok and body gitar sepanyol. Biuh..biuh..biuh..pritikiu… walaupun rumah kolong jembatan tapi serasa baity jannaty…hehehe Nabi suatu ketika pernah merasakan beban yang amat berat dengan turunnya wahyu, beliau menyentuh istrinya Aisyah dan berkata : Berbicaralah padaku wahai Aisyah, berbicaralah padaku!. Di lakukannya hal itu karena setelah mendapatkan sentuhan kasih sayang istrinya beliau mendapatkan semangat baru. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram kepadanya. Dan Dia jadikan di antara kalian rasa kasih dan sayang. (ar-Ruum : 21).

4. Cewek yang bisa kasih anak banyak coz dengan lahirnya buah hati yang menjadi idaman setiap pasutri bisa menambah ketenangan, kebahagiaan dan keharmonisan keluarga and juga nanti di akhirat bisa menyelamatkan orang tuanya lo... Tul nggak?... katanya sich gitchu...hehehe Berkenaan dengan hal tersebut, Allah Ta’ala berfirman: Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa’. (al-Furqan:74). Rasulullah bersabda: Menikahlah dengan wanita-wanita yang penuh cinta dan yang banyak melahirkan keturunan. Karena sesungguhnya aku merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian pada hari kiamat kelak. (H.R Abu Daud, Nasa’i, al-Hakim). Tentang anak Rosulullah Bersabda : Ketika anak diperintahkan untuk masuk surga , dia menangis dan berkata : Saya tidak akan memasukinya tanpa ayah dan ibu saya. Juga suatu hari Nabi dengan keras menarik lengan baju seseorang kearah dirinya sambil bersabda : Demikianlah anak-anak akan menarik orang tuanya kesurga. Beliau menambahkan : anak-anak berkumpul berdesak-desakan dipintu gerbang surga dan menjerit memanggil ayah dan ibunya, hingga keduanya yang masih ada diluar diperntahkan unuk masuk dan bergabung dengan anak-anak mereka.

5. Cewek muda and masih gadis ferawan.. tidak hanya anunya yang masih orsinil tapi juga tangannya, matanya, hidungnya, pipinya, bahkan kalo’ bisa juga hatinya. Soalnya gadis itu lebih menyenangkan, lebih menarik tuk dipandang, lebih mudah tuk dibentuk dan dididik akhlaqnya and juga katanya sich kalo’ masih gadis di malam pertama, gugup dan gemetarnya bisa menggetarkan isi kamar…Hwkwkwkwk Hal itu sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab Bukhori Muslim dan juga kitab-kitab lainnya, bahwa Nabi pernah bertanya kepada Jabir: Apakah kamu menikahi seorang gadis atau janda? dia menjawab: ”Seorang janda.” Lalu beliau bersabda: Mengapa kamu tidak menikahi seorang gadis yang kamu dapat bercumbu dengannya dan ia pun dapat mencumbuimu? Dan juga dalam kitab Shahih al-Jami’ ash-Shaghir Rasulullah telah bersabda: Hendaklah kalian menikahi wanita-wanita muda, karena mereka mempunyai mulut yang lebih segar, mempunyai rahim yang lebih subur dan mempunyai cumbuan yang lebih menghangatkan.

6. Diusahakan cewek yang dinikah bukan termasuk keluarga deket, apalagi ketambahan tetangga deket, weleh... kayak nggak ada orang lain aja.. Dalam hal ini Imam Syafi’i pernah mengatakan, “Jika seseorang menikahi wanita dari kalangan keluarganya sendiri, maka kemungkinan besar anaknnya mempunyai daya piker yang lemah.”

7. Selanjutnya, yaitu cewek yang cantik. Maksudnya disini cantik luar dalem, nggak luarnya aja yang cantik... Luarnya cantik, tinggi, langsing, mulus, pokoknya mantep dech, tapiiiiiiiiiiiii.......ternyata dalemnya o’on and nggak nyambung...idih mit amit dech.... Cantik luar sich relative, setiap orang punya penilaian tersendiri tentang cantik sesuai dengan selera masing – masing, Sebagian orang menilai cantik itu terletak pada cewek pesek tapi mungkin sebagian orang menilai cantik pada cewek yang mancung…..atau mungkin cantik terletak pada warna kulitnya….dan seterusnya…. Yang jelas hendaknya antum menikahi wanita yang engkau anggap cantik. Biarlah orang menilai jelek, yang penting cantik menurut kita. Tul nggak? Betul.. betul..betul…Hehe

8. Bukan cewek pezina, WTS, Begenggek, lonte… Kenapa? Emmm belum tau za? Soalnya Kalo’ nggak ngati – ngati, kamu, anak-anak kamu dan keluarga kamu bisa-bisa terkena Virus mematikan lo…..emangnya nggak takut? Hiiii serem buanget, nggak mau ahhhh.... lagi pula ini dilarang rosululloh, ini hadisnya : Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang berzina yang telah dicambuk tidak boleh menikahi kecuali dengan wanita yang seperti dia." Riwayat Ahmad dan Abu Dawud dengan para perawi yang dapat dipercaya.

9. Cewek rumahan.. Eitttt…. Jangan salah paham dulu…Cewek rumahan disini maksudnya tidak harus kuper, jadul, ndeso, katrok and primitif, tapiiiiiii cewek yang bisa dewasa, tau mana yang baek and mana yang nggak baek, mana yang bermafaat and mana yang membawa madhorot. Bukan cewek yang suka keluyuran, caper, suka dandan berlebihan and pake’ baju yang buka-bukaan, dikit-dikit shoping, hambur-hamburin uang, punya penyakit gonta-ganti gebetan and aktifitas aktifitas - laen yang nggak ada manfaatnya. Gitchu…...!!!!
Berkaitan dengan ini Umar pernah berkata : Jangan memberi wanita pakaian-pakaian yang baik, karena segera setelah mereka mengenakannya mereka berkeinginan untuk keluar rumah. Jadi, bisa diambil pemahaman bahwa cewek itu tidak baek untuk kluyuran. coz kebanyakan bawaannya pengen caper and pamer mulu....Kalo’ dah gitu, ini alamat nguras isi kantong bahkan sekalian kantongnya buat isi nguras alamat... (hehehe...nggak nyambung zaa????)

Saudaraku yang seiman…. Siapa sich yang tak ingin punya zawjah Mujahidah Sholihah seagung KHODIJAH yang setiap mimpinya adalah Rosulullah suami tercintanya.

Siapa sich yang tak ingin punya zawjah secerdas dan sesetia AISYAH yang menjadi rujukan ulama’ Rowi Hadits dan juga menjadi Motifator power ketika Rosulullah merasa lelah dengan turunnya wahyu – wahyu yang diterimanya,

Siapa sich yang tak ingin punya zawjah semulia HAFSOH istri Rosululloh dunia akhirat, Abidah yang siangnya puasa dan malamnya terjaga untuk menggapai mahabbah Alloh.

Siapa sich yang tak ingin punya zawjah setabah dan setangguh SUMAYYAH di saat jeritan dan tekanan kuffar melanda dirinya. Namun Robbul Arsy tetap yang disembah.

Siapa sich yang tak ingin punya zawjah sehebat MASYITHOH dengan pentauhidan yang kuat pada Robbil Izzahnya, walaupun kedholiman Fir’aun selalu mengintainya...

Siapa sich yang tak ingin punya zawjah seqona’ah, sezuhud dan sewira’i FATIMAH putri Rosululloh, yang selalu mendukung perjuangan Ali untuk li i’laa i kalimatillah....

Subhanallah sungguh indah hidup ini bila cewek pilihan and cewek impian kita ini bisa terwujud. Tapi permasalahannya sekarang, masih ada nggak cewek-cewek seperti itu? Sedangkan Syaikh Junaid pernah mengatakan bahwa wanita sholihah itu sudah langka. Itu beliau katakan beratus-ratus tahun yang lalu, Masya Allah.... Truz sekarang masih ada nggak kira-kira? Kalo’ masih ada kasih info donk ke aku!!! Hehehe

Ow za cak ’i... sebelum tulisan ini diakhiri, aku mau coment nich, terus terang saya sebagai cewek sedikit tersinggung nich dengan tulisan kamu diatas.

Emangnya kenapa?

Ini nggak adil, cowok-cowok suruh pilih cewek tuk dinikah seperti kriteria diatas, terus cewek-cewek jelek yang kayak saya mau di kemanain? Nganggur no? Zaaaa pikir sendirilah...

Ihhhh cak ’i... nggak tanggung jawab.... hehehe

Semua pembaca rohimakumullah....
Sebagai penutup aku tuliskan hadis khusus buat para zawjah n calon zawjah sebagai bahan renungan..

Nabi SAW. bersabda : Aku melihat kedalam neraka dan menampak banyak wanita disana. Kutanyakan sebab-sebabnya dan mendapatkan jawaban, karena mereka berlaku tidak baik kepada suami-suami mereka dan tidak berterima-kasih. Moga bermanfaat. Amiiiin !

Kamis, 23 Oktober 2014

Antara Cinta dan Pacaran

Cinta adalah sebuah perasaan kerinduan
Datang menyergap di setiap ketinggian malam
Membuat badan panas dan kedinginan
Namun kita terlalu memujakan

Cinta adalah sebuah kejujuran
Tentang bahasa kalbu yang terungkap oleh helai tubuh
Tentang sebuah satiran yg terkena sembilu

Namun kita terlalu menginginkan

Namun Cinta terkadang membutakan
Melupakan akan akal pikiran
Melakukan ha-hal yang terkadang tak terperkirakan
Demi membahagiakan Sang pujaan

Cinta adalah sebuah pengkhianatan
Api cemburu yang terkadang terlalu mengekang kebebasan
Ataupun juga harga diri yg menyelimuti
Namun kita terlalu membutuhkan

Cinta adalah sebuah perasaan terdalam
Sebuah perasaan yang datang mengharu biru jiwa

Dan ketika kesucian cinta kau dapatkan
Kebahagiaan terkekal pun kau genggam

Cinta pun membuat mu menjadi seorang pujangga
Yang akan mungkin membuatmu membuat untaian puisi
Menggoreskan nya di jantung langit
Dengan meminjam warna pelangi
Untuk menggoreskan isi hati

Namun Cinta adalah sebuah anugerah terindah
Rahmat Sang pencipta kepada umat-Nya

Dan biarkan rasa itu mendekam pada setiap jiwa manusia
Karena cinta adalah cinta...

بسم الله الرحمن الرحيم

Cinta tak pernah bosan untuk diobrolkan. Urusan cinta pun tak pupus oleh waktu,
ia senantiasa hadir dalam kehidupan kita.
Asyik untuk dibahas,
tak lelah untuk menuliskannya,
dan getol untuk mendiskusikannya.
Karena cinta memiliki keunikan dan sekaligus “keajaiban”.

Uniknya cinta bisa dilihat dan dirasakan dari berbagai sisi.
Paling nggak neh,
cerita tentang cinta yang berakhir bahagia sama nikmatnya dengan mendengar kisah duka karena cinta.
Selain unik, cinta memang “ajaib”.
Bisa mengobati rasa rindu,
mampu melicinkan perasaan,
dan juga menumbuhkan kreativitas yang tak pernah ada habisnya.

Nah, bicara tentang cinta,
ada satu fenomena yang menarik dan perlu mendapat perhatian dari kita semua.
Sepertinya sebagian besar dari kita selalu merasa “gatal” bahwa jika cinta tak diekspresikan dengan aktivitas mencintai, akan berakhir dengan kegelisahan.
Itu sebabnya, jangan heran jika akhirnya banyak yang kabur dalam memaknai cinta.
Banyak yang gelap mata, dan nggak sedikit yang miskin ilmu.
Dikiranya mengekspresikan cinta, ternyata malah menggeber nafsu.
Padahal, cinta tak sama dengan aktivitas mencintai.
Tak berbanding lurus pula.
Tapi kenapa harus dipaksakan untuk disamakan?

Guys, sejatinya cinta tetap bisa tumbuh dan terpelihara meski tak diekspresikan dengan aktivitas mencintai.
Itu sebabnya pula, cinta tetap ada meski tanpa diwujudkan dengan pacaran.
Karena cinta memang beda dengan pacaran.
Buktinya banyak orang jatuh cinta, dan nggak sedikit yang memendamnya.
Mereka cukup merasakan cinta di dalam hatinya.
Entah karena tak kuasa mengatakannya kepada orang yang dicintainya,
atau memang sengaja ingin memelihara dan merawatnya sampai pada suatu saat di mana kuncup itu menjadi mekar dan berbunga di taman hatinya (duilee...).

Dua alasan tadi tak perlu dipertentangkan.
Karena yang terpenting adalah bahwa tanpa diekspresikan dalam aktivitas saling mencintai pun cinta tetap akan tumbuh di hati.
Kenyataan ini pula yang mengukuhkan bahwa cinta tidak selalu sama dan tak sebangun dengan aktivitas mencintai. Jelas, ini mematahkan mitos selama ini yang meyakini bahwa jika jatuh cinta harus diwujudkan dengan aktivitas mencintai bernama pacaran.
Ya, namanya juga mitos, bukan fakta, Bro.
Lihat aja, mereka yang masih melajang sampe tua, bukan berarti tak memiliki rasa cinta.
Mereka pasti memiliki cinta kok.
Cuma karena cinta tak mesti dieskspresikan dengan aktivitas mencintai seperti pacaran atau juga pernikahan,
ya tak membuatnya sakit tuh.
Cuma mungkin gelisah aja karena nggak bisa berbagi cinta dengan seseorang yang bisa menyambut cintanya.
Tapi tak membuatnya sakit.

Namun meski demikian, bukan berarti cinta tak boleh diekspresikan sama sekali dalam aktivitas mencintai.
Nggak juga.
Ini sekadar ngasih gambaran bahwa kita jangan keburu menyimpulkan bahwa pacaran adalah jalan pintas untuk mengekspresikan cinta.
Nah, kalo pun harus diekspresikan dengan aktivitas saling mencintai,
tentunya hanya wajib di jalan yang benar sesuai syariat.
Tul nggak?
Yup, hanya melalui ikatan pernikahanlah cinta kita bisa dan halal diekspresikan dengan kekasih kita.
Begitu lho.
Mohon dicatat dan diingat ya.
Makasih.

Jatuh cinta nggak dilarang

Sobat muda muslim, jatuh cinta itu nggak dilarang kok.
Lagian, siapa yang bisa melarang orang lain untuk tidak jatuh cinta.
Nggak bakalan bisa.
Namun, jangan pula kemudian nganggep bahwa mentang-mentang jatuh cinta nggak dilarang,
lalu mengekspresikannya dengan pacaran jadi sah-sah aja.
Ah, kalo itu sih udah tulalit atuh.
Beda euy,
antara cinta dan aktivitas mengekspresikan cinta, Bro.
Oke?

Oya, boleh tuh jatuh cinta meski nggak perlu orang yang kita cintai itu mencintai kita juga.
Artinya, cinta tak selalu harus saling bersambut.
Jadi, kalo kita jatuh cinta kepada seseorang, tak perlu orang tersebut juga mencintai kita.
Namun, seringkali kita nggak siap untuk menerima “penolakan” dari orang yang kita cintai.
Sakit.
Bahkan bisa sakit banget kalo orang yang nolak dekat dengan kita.
Kita setengah mati mencintainya, eh, dia malah setengah hidup menolaknya.
Itu kan kagak nyetel namanya.
Siapa yang gondok?
Tentu saja dua-duanya. Lho kok?
Iya.
Pertama, orang yang mencintai merasa bertepuk sebelah tangan,
dan tentunya kecewa begitu tahu rasa cintanya tak berbalas.
Kedua, orang yang menolak juga kecewa,
karena kok bisa-bisanya dicintai oleh orang yang tak dicintainya.
(Wacks, jangan nyindir dong!)

Jadi, kalo udah jatuh cinta, nikmati saja tanpa harus diekspresikan dengan pacaran.
Caranya gimana? Ehm, ketika kita jatuh cinta, jangan keburu geer dan tergesa untuk ungkapkan cinta. Itu bisa berbahaya bagi yang belum bisa menerima beban kecewa. Emang sih perasaan cinta itu nggak bisa ditahan-tahan. Nggak bisa dihalangi dengan kekuatan apa saja. Bahkan adakalanya nggak bisa digeser-geser en dipindah-pindah ke lain hati (emangnya pot bunga, digeser-geser?). Maka jangan heran kalo kita ingin rasanya buru-buru menuntaskan rindu kita kepada seseorang yang membuat kita nggak nyenyak tidur siang-malam. Kita ingin agar perasaan kita benar-benar saling berbalas. Kita ingin jadikan ia sebagai dermaga tempat cinta kita berlabuh. Sampai tanpa sadar bahwa kita dikendalikan oleh cinta, bukan kita yang mengendalikannya.

Tapi saran saya, jangan keburu “geer” deh kalo tiba-tiba kamu punya rasa cinta kepada lawan jenis. Kenapa? Karena kalo kamu belum kuat menahan bebannya, bisa blunder. Kamu bisa sakit hati. Bayangin aja ketika kamu terlalu “geer” alias gede rasa, kamu nekatz menembak teman gadismu. Kita bisa dan siap ngincer lalu nembak lawan jenis kita. Tapi, seringkali di usia sepantaran kamu yang masih ABG dan “pensiunan” ABG sering nggak siap menerima kenyataan, gitu lho.

Kok bisa? Hmm.. Mungkin karena kurang pengalaman kali ye (atau bisa juga nggak pede), jadinya pas ditolak, teroris bertindak (idih, serem banget). Iya, saya pernah baca di koran bahwa ada seorang remaja laki yang cintanya ditolak gadis pujaannya, dan langsung bertindak dengan mengerahkan teman-temannya untuk meneror si gadis dan pacar pilihannya hingga ada korban jiwa. (Hmm.. Iitu sih namanya cinta berbuah tahlilan!)

Jadi intinya, boleh saja jatuh cinta. Nggak ada yang larang kok kalo kamu jatuh hati. Wajar aja lagi. Tapi, mbok ya jangan keburu geer gitu lho, hingga menafsirkan kalo cinta harus diwujudkan dengan bersatunya dua hati, lalu tergesa ungkapkan cinta. Padahal, seringkali di antara kita yang masih bau kencur ini nggak siap dengan kenyataan. Dalam bayangannya, cinta itu harus bersatu, cinta itu harus saling memiliki, itu sebabnya mau tidak mau cinta itu harus berbalas. Padahal, banyak kasus berakhir dengan kecewa. Itu karena kita ngotot cinta sama si dia, sementara si dia juga ngotot nolak kita. Walah, itu namanya percintaan sepihak. Jadi, jangan cepet geer ya!

Sekarang saya mau tanya, memang kalo kamu suka sama seorang seleb, kamu cinta sama seorang seleb, dan kamu sayang sama dia, kudu juga berbalas? Nggak juga kok menurut saya. Kenapa? Begini, kamu yang cewek cinta nggak sama Nicholas Saputra? Senang banget kan kalo kebetulan ketemu dan diajak makan bareng? Wuih... Tapi sejauh ini, pernah nggak melamunkan supaya dia jadi kekasihmu? Mungkin sebagian dengan pede dan gagah berani mengangguk- kan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan ini, tapi sangat boleh jadi yang lain malah menjawab: Mimpi kali yeee! (ini tergantung bargaining position -nya sih)

Pendam saja dulu rasa itu

Waktu sekolah, saya juga punya rasa cinta kepada seorang gadis teman satu sekolah, tapi karena saya tak berani mengungkapkannya, saya cukup jadikan ia sebagai “objek” kreativitas saya dalam puisi dan cerpen. Selama tiga tahun saya cuma memendamnya dalam hati rasa cinta kepada gadis satu sekolah itu. Saya hanya bisa cerita kepada teman saya dan si dia sendiri nggak pernah tahu kalo sedang “dicintai” sama saya. Ajaib memang. Di sini saya merasa mencintai tanpa bersalah dan enjoy aja lagi. Saya bisa menikmatinya dan menerjemahkannya dalam puisi. Ya, saya merasa bahagia saja dalam mencintai meski dia sama sekali nggak tahu.

Tapi.. Setelah saya mulai nekat mengungkapkan cinta, barulah muncul masalah. Salah satunya ya rasa bersalah di antara kami. Ternyata eh ternyata ia sama sekali tak mencintai saya, dan menganggap sekadar teman biasa. Rasanya langit bagai runtuh menimpa saya (kerena sudah terlanjur mencintai sepenuh hati. Kandas deh!). Ya, saya merasa bersalah karena saya begitu besar mencintai dia (padahal dulu asyik-asyik aja tuh saat belum diungkapkan perasaan cinta itu). Dia juga mungkin merasa bersalah karena telah begitu halus menolak cinta saya. (KLBK alias Kenangan Lama Bangkit Kembali neh. Gubrak!)

Jadi intinya, nikmati saja dulu cinta itu dengan diam-diam. Tunggu saatnya tiba. Saat di mana kita sanggup menahan beban dan siap ditelan kenyataan. Biarkan ia tumbuh subur dulu. Kalo pun kemudian harus kecewa, ya itu risiko. Tapi minimal, kita pernah mencintai seseorang yang bisa memekarkan kuncup di hati kita dan membuat kita jadi kreatif tanpa rasa bersalah sedikit pun. Lagian bukankah Bang Ebiet pernah bersenandung, “Sebab cinta bukan mesti bersatu...” Ehm, pantesan seorang kenalan saya pernah bilang ke saya waktu curhat: “Cinta pertama saya bukan dengan istri saya, tapi saya masih inget sampe sekarang gimana perasaan saya waktu mencintai teman saya itu. Karena itu cinta pertama, tapi ternyata nggak jadi...” Nah lho!

Itu sebabnya, banyak orang sekadar “cinta sepihak” dan memendamnya dalam hati. Karena tak berniat untuk mengungkapkannya. Tapi ternyata aman-aman saja kok. Jelas, ia tidak merasa bersalah. Baik kepada dirinya maupun kepada orang lain. Mungkin ini tipe orang yang seperti digambarkan dalam lagunya Bang Ebiet G. Ade, “Apakah Ada Bedanya”: “Cinta yang kuberi sepenuh hatiku, entah yang kuterima aku tak peduli... Aku tak peduli.. Aku tak peduli”. (Duile.. Ini bukan putus asa apalagi patah arang, tapi sekadar mengungkapkan betapa masih ada orang yang sebenarnya ingin total mencintai dan tak peduli dengan balasannya dari orang yang dicintainya. Ini persepsi saya, dan saya ambil sebagian lirik saja dalam lagu itu. Karena saya yakin Bang Ebiet punya maksud lain dengan menuliskan lagu tersebut.)

Pacaran itu merugikan

Kamu pasti apal deh lagunya Peter Pan yang sebagian isi liriknya begini nih, “Apa yg kau lakukan di belakangku / Mengapa tak kau tunjukkan di hadapanku / Apa yang kau lakukan di belakangku / di belakangku / di belakangku...” Yup, lagu ini judulnya adalah “Di Belakangku”. Apal kan?

Ehm, rasa-rasanya Ariel nyanyinya berdasarkan pengalaman tuh, mungkin sama seperti pengalaman banyak teman kita yang diterjemahkan dalam bentuk lagu. Pengalaman apa? Hmm... Moga-moga saja bener nih. Yup, kayaknya pengalaman diselingkuhi sama pacarnya tuh. Wah, wah, inilah satu satu sisi gelap pacaran. Emang sih, yang udah nikah juga bisa selingkuh, tapi lebih rugi dan konyol lagi masih pacaran malah udah dikadalin sama pasangannya. Belum jadi suami-istri aja udah nggak bisa dipercaya, apalagi kalo udah menyatu dalam pernikahan? Pikir-pikir lagi ye.

Oya, loss pride alias hilang harga diri juga adalah dampak dari pacaran. Kok bisa? Yah, namanya juga pacaran, masih bisa sambung-putus sesukanya. Jadi, ketika bubaran, banyak yang “ember” cerita ke yang lain. Misalnya, “Kamu pacaran sama dia? Jangan mau, dulu pernah sama aku, dia kalo tidur ngiler!” Wacks?

Nah, soal pacaran cukup sampe di sini dulu ya, karena keterbatasan halaman. insya Allah disambung lagi dengan penekanan lebih dalem soal hubungan pranikah tersebut, oke?