Jumat, 24 Oktober 2014

Tata cara dan adab dalam berdoa


TATA CARA BERDO'A

Assalamualaikum Sobat Ruang

Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi tentang masalah TATA CARA BERDOA. Doa dalam islam, sangat disukai dan dianjurkan. Hadis dan ayat-ayat tentang yang menganjuran DOA adalah banyak dan mashur. Salah satu Firman Allah dalam surat Al-Mukmin Ayat 60

" Tuhanmu telah berkata : Berdoalah kepada-KU, tentu KU kabulkan Doa mu......."

Menganai TATA CARA BERDOA ada beberaoa Dalil yang memberikan petunjuk. Imam Al-Qasim Al-Qusyairi Radhiyallahu'anhu :
Orang-orang yang berselisih pendapat mengeni yang lebih utama; Doa, Berdiam diri atau Ridha?
Ada yang berpendapat : Doa adalah ibadah berdasarkan hadits yang telah tertulis, karna Doa itu menunjukkan kebutuhan kepada Allah Ta'ala.
Segolongan Mengatakan : Diam dan Pasrah pada hukum yang berlaku adalah lebih sempurna dan ridha dengan yang telah ditakdirkan adalah lebih utama.
Segolongan lain mengatakan : Hendaklah seseorang berdoa dengan lisan dan ridha dengan hatinya agar melakukan dua hal itu bersama-sana.

Berkata Al-Qusyairi : Lebih baik dikatakan waktunya bermacam-macam
Dalam beberapa kesempatan, doa lebih baik daripada diam, dan itulah sopan santunnya. Juga dalam beberapa keadaan, Diam lebih baik daripada Doa dan itulah sopan santunnya. Penentapan itu hanya bisa diketahui dengan waktu.

Apabila dalam hatinya ada isyarat untuk berdoa, maka doa lebih utama. Apabila ia memperoleh isyarat untuk diam, maka diam lebih sempurna.

Al-Qusyairi juga berkata : Diantara syarat-syarat berdoa adalah makanannya halal.
Yahya bin Mu'adz Ar-Razi Radhiyallahu'anhu berkata : Bagaimana Aku bisa berdoa kepada-MU, sedang aku seorang pendurhaka? dan Bagaimana aku tidak berdoa Kepada-MU sedang Engkau Maha Pemurah?

Dalam Ihya' Ulummuddin, Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa TATA CARA BERDOA ada  sepuluh.

1. Mengutamakan waktu-waktu yang mulia, seperti hari Arafah, Bulan Ramadhan, Hari Jumat, Waktu dini Hari, dan sepertiga terakhir dari malam

2. Mengutamakan keadaan-keadaan yang mulia, seperti waktu sujud, pertemuan antara pasukan (dalam peperangan), turunnya hujan, saat ikamah shalat dan sesudahnya. Imam Nawawi menambahkan : Keadaan kelembutan hati

3. Menghadap kiblat, mengangkat tangan, dan mengusap wajah dengannya pada akhir doa.

4. Menyedangkan suara

5. Tidak memasukkan unsur sajak. Model ini telah disepakati sebagai pelanggaran dalam doa.

    Seorang ulama berkata : Berdoalah dengan kehinaan dan kebutuhan, bukan dengan lisan kefasihan dan kelancaran.
    Dikatakan : Para ulama dan para wali tidak melebihkan doa dari tujuh kata, dan itu telah disebutkan oleh Allah pada akhir surat Al-Bakarah :
    ".........Wahai tuhan kami, janganlah engkau menghukum kami..." hingga akhir hayat. Allah Subhanahu WaTa'ala tidak pernah meberitahukan dalam satu tempat tentang doa-doa hamba-NYA lebih banyak daripada itu.

    Dalam surat Ibrahim pada ayat 35, Dinyatakan :
    " Ketika Ibrahim berkata : Ya Tuahanku, jadikanlah negeri ini ( Makkah) Aman..." Hingga akhir ayat.

    Yang lebih Terpilih dan dipegangi sebagian besar Ulama adalah bahwasanya tidak ada pembatasan dalam hal itu dan tidak disalahkan tambahan di atas tujuh kata. Bahkan dianjurkan (disukai) memperbanyak dia.

6. Kekhusyu'an dan Rasa Takut.
    Allah Subhanahu wa Ta'ala Berfirman :
    ".......Sesungguhnya mereka bersegera dalam mengerjakan kebaikan dan berdoa kepada-NYA dengan penuh pengharapan dan rasa takut, sedang mereka tunduk kepada Kami." (QS. Al-Anbiya' :90)

    Dalam Surat Al-A'raf ayat 55, Allah memberikan petunjuk : " Berdoalah kepada Tuhanmu dengan kerendahan diri dan suara pelan...."

7. Memastikan permintaannya dan meyakini pengabulannya.
    Dalil mengenai hal ini telah banyak dan mashur.

    Sufyan bin Uyainah Radhiyallahu'anhu berkata : Janganlah menghalangi doa seseorang di antara kamu sesuatu yang terdapat pada dirinya ( Berupa kekurangan) karena sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengabulkan permintaan mahluk terjahat, iblis, tatkala ia berkata :

    " Ia (Iblis) berkata : Berilah kesempatan padaku hingga hari mereka (Manusia) dibangkitkan. Allah berfirman : sesungguhnya engkau yang termasuk di beri kesempatan (Boleh menunggu)." ( QS. Al-A'raf : 14-15)

8. Hendakalah tekun diwaktu berdoa dan mengulanginya tiga kali dan jangan menganggap lambat ijabah (pengabulannya)nya

9. Memulai doa dengan menyebut nama Allah. Dan dengan shalawat kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasalam sesudah menuji syukur kepada Allah Ta'ala dan mengakhirinya dengan itu pula.

10. Yang terpenting dan pokok dikabulkannya doa, yakni taubat dan mengembalikan hak orang serta kembali kepada Allah Ta'ala.

    Al-Ghazali berkata : Bilamana dinyatakan : Apa faedahnya doa, sedangkan takdir tak dapat ditolak? Maka Ketahuilah, dengan doa, takdir yang buruk dapat ditolak. Jadi, dia adalah sebap penolakan bala dan timbulnya rahmat, sebagaimana perisai menangkis senjata dan air sebab keluarnya tumbuhan dari bumi. Maka, sebagaimana perisai bisa menolak panah sehingga saling bertambrakan, demikian pula doa dan bala bencana, bukanlah termasuk syarat takdir untuk tidak membawa senjata.
    Dalam surat An-Nisa' Ayat 102 Allah berfirman : ".......dan hendaklah mereka waspada dan membawa senjata-senjata mereka."

Demikian Tata Cara Berdoa, yang dikutip dari Kitab Al-Adzkar karangan Imam An-Nawawi, semoga ada hal baik dan manfaat yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran.

ADAB DALAM BERDO'A

renungan yang sangat dalam tentang adab dalam berdoa yang di sampaikan oleh Syeikh Ibnu 'Athaillah As-Sakandary, semoga dengan mengetahui ini kita semakin faham tentang bagaimana seharusnya kita memposisikan diri ketika berdoa.

Syeikh Ibnu 'Athaillah As-Sakandary "Janganlah pencarianmu (doa-doamu) sebagai sebab untuk diberi sesuatu dari Allah Swt, maka pemahamanmu kepadaNya menjadi sempit. Hendaknya pencarianmu (doa-doamu) semata untuk menampakkan wujud kehambaan dan menegakkan Hak-hak KetuhananNya."

Pencarian merupakan arah yang menjadi sebab terwujudnya kehendak yang harus ada. Pencarian, usaha, doa, ikhtiar merupakan rangkaian sebab-sebab menuju apa yang ingin diraih. Termasuk disini adalah berdo’a Umumnya orang berdoa agar terwujud apa yang diinginkan. Berikhtiar agar tercapai apa yang dicita-citakan. Padahal dimaksud Allah Swt memerintahkan kita berdoa dan berupaya, semata-mata agar eksistensi kehambaan kita yang fakir, serba hina, serba tak berdaya dan lemah muncul terus menerus di hadapanNya. Bukan, agar kita bisa mewujudkan apa yang kita kehendaki, karena hal demikian bisa memaksa Allah Swt menuruti kehendak kita.

Pemahaman yang sempit tentang Allah Swt, akan terus menerus berkutat pada sikap seakan-akan Allah-lah yang mengikuti selera kita, bukan kehendak kita ini akibat kehendakNya, perwujudan yang ada karena kehendakNya, bukan disebabkan oleh kemauan kita.

Ketika manusia berdoa, seluruh kehinaan dirinya, kebutuhan dirinya dan kelemahannya serta ketakberdayaannya muncul. Itulah hikmah utama dibalik berdoa. Ketika kita berikhtiar, pada saat yang sama kita menyadari betapa tak berdayanya kita. Sebab kalau kita berdaya, pasti tidak perlu lagi ikhtiar dan berjuang.

Di sisi lain, kita dituntut untuk terus menerus menegakkan Hak-hak KetuhananNya, bahwa Allah berhak disembah, berhak dimohoni pertolongan, berhak dijadikan andalan dan gantungan, tempat penyerahan diri, berhak dipuji dan dipatuhi, berhak dengan segala sifat Rububiyahnya yang Maha Mencukupi, Maha Mulia, Maha Kuasa dan Maha Kuat. Semua harus terus tegak di hadapan kita. Dan itu semua bisa terjadi manakala kehambaan kita hadir.

    Ironi-ironi dalam ikhtiar dan doa kita sering terjadi. Kita lebih memposisikan sebagai "tuhan", dengan banyak memerintah Tuhan agar menuruti kehendak kita, kemauan kita, proyeksi-proyeksi kita. Diam-diam kita menciptakan tuhan dan berhala dalam jiwa kita, agar dipatuhi oleh Allah sang maha Pencipta. Inilah piciknya iman kita kepadaNya, yang sering memaksaNya sesuai dengan pilihan-pilihan kita, bukan pilihanNya.

Karena itu hakikatnya, menjalankan perintah doa itu lebih utama dibanding terwujudnya doa kita (ijabah). Ikhtiar kita hakikatnya lebih utama daripada hasil yang kita inginkan. Perjuangan kita hakikatnya lebih utama dibanding kemangan dan kesuksesannya. Ibadah lebih utama dibading balasan-balasanNya. Karena taat, doa, ikhtiar itu menjalankan perintahNya. Sedangkan balasan, ijabah, sukses, kemenangan, bukan urusan manusia dan tidak diperintah olehNya.

Banyak orang berdoa, beribadah, berikhtiar, tetapi bertambah stress dan gelisah. Itu semua disebabkan oleh niat dan cara pandangnya kepada Allah Swt yang sempit. Sehingga, bukan qalbunya yang menghadap Allah Swt, tetapi nafsunya.

Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily, ra berkata: "Janganlah bagian yang membuatmu senang ketika berdoa, adalah hajat-hajatmu terpenuhi, bukan kesenangan bermunajat kepada Tuhanmu. Hal demikian bisa menyebabkan anda termasuk orang yang terhijab."

Bahwa kita ditakdirkan bisa bermunajat kepadaNya, seharusnya menjadi puncak kebahagiaan kita. Bukan pada tercapainya hajat kebutuhan kita. Kenapa kita bisa terhijab? Karena kita kehilangan Allah Swt, ketika berdoa, karena yang tampak adalah kebutuhan dan hajat kita, bukan Allah Tempat bermunajat kita.

Pojok Motivasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar