Selasa, 28 November 2017

RIYA Penghambat Perjalanan Menuju Allah

.
بسم الله الرحمن الرحيم
.
Dalam menempuh perjalanan menuju Allah (suluk), kendaraan yang digunakan oleh para salik (yang melakukan perjalanan menuju Allah) adalah ibadah, baik ibadah mahdloh seperti dzikir, sholat, shaum, haji dll. Ataupun ibadah ghoir mahdloh seperti shodaqoh, silaturahmi, menjamu tamu dll.....

Apabila qalbu diibaratkan sopirnya, maka kalbu inilah yang memegang kendali terhadap laju ibadah kita.
Ibadah yang salik lakukan akan membawanya kepada Allah ketika qalbu bersih dari segala sifat-sifat yang dapat menghambat atau bahkan memalingkannya dari perjalanan tersebut.

Diantara sifat qalbu yang dapat memalingkan kendaraan ibadah dari jalan Allah adalah riya. Riya ini merupakan musuh bagi para pencari pahala, apalagi mereka para pencari Tuhan. Karena dengan riya, pahala akan hangus, dari Tuhanpun jauh.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya” (QS. Al Kahfi : 110)

Menurut imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin, hakikat riya adalah mencari kedudukan di qalbu manusia dengan cara menampakkan ibadah dan kebaikan-kebaikan. Pengertian ini bukanlah larangan untuk menampakkan ibadah, namun lebih kepada larangan agar jangan mencari kedudukan di qalbu manusia, jangan ingin dihargai dan dipuji.....
Selanjutnya Imam Al-Ghazali menyebutkan sebagian besar sarana riya berasal dari 5 hal, yaitu : badan, ucapan, keadaan dan pakaian, amal, serta banyaknya murid atau pengikut.

Bentuk-bentuk riya dari ke-5 sarana di atas sangat banyak sekali, diantaranya:

1. Badan;
- menampakkan keletihan, kepucatan supaya dikira banyak memikirkan urusan agama, kurang tidur karena tugas da'wah dan ibadah malam.
- memperlihatkan keringnya bibir agar diketahui sedang shaum
- bagi sebagian pengamal tarekat ada yg suka menggerak-gerakan telunjuknya, apabila dalam hal itu terselip tujuan ingin diketahui orang lain bahwa qalbunya snantiasa dzikir khofi, maka termasuk kategori riya
- menundukkan kepala saat duduk bersama orang lain agar dikira sedang bermusyahadah
- dan lain-lain

2. Suara/ucapan;
- mengucapkan kata-kata mengandung hikmah supaya disangka luas wawasan dan ma'rifatnya
- berbicara pelan, agar dikira waro' 
- cepat-cepat mengatakan hadits ini shahih atau palsu agar dikira banyak ilmu
- mengucapkan subhanallah atau dzikir lain saat menemukan musibah atau hal-hal yang mengagumkan agar disangka orang shaleh yang paling mengamalkan sunah.
- menjerit ketika berdzikir supaya dianggap dzikirnya khusyu, tembus kedalam rasa.
- dan lain sebagainya

3. Keadaan dan pakaian;
- memanjangkan janggut dan mencukur kumis agar diduga paling berpegang pada sunnah
- memakai pakaian lusuh supaya disangka waro' dan qona'ah
- ada keinginan disebut ahli sujud dengan adanya bekas sujud di jidat
- dll

4. Amal perbuatan;
- lama ketika berdiri, sujud dan ruku dalam sholat karena ingin disebut khusyu
- banyak puasa karena ingin disebut ahli ibadah
- menundukkan kepala ketika berjalan karena ingin dikenal sebagai orang yang khusyu
- melaksanakan haji dan ada keinginan dihargai manusia lain
- dll

5. Banyak murid dan pengikut;
- ingin dihargai orang lain dengan menampakkan banyak tamu yang berkunjung
- menceritakan santrinya banyak supaya orang lain mengakui kehebatan ilmu dan pengaruhnya
- dll

Lalu bagaimana jika dalam amal kita ternyata masih ada riya?
- sadari itu keliru dan mohon ampunan Allah
- lanjutkan beramal, kemudian setiap terlintas keinginan untuk dihargai dan disanjung manusia, cepat-cepat putuskan keinginan itu dengan dzikir khofi. Atau luruskan niat, bahwa kita beramal semata-mata hanya karena Allah.

والله اعلم بالصواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar