مباحث البسملة عند النحويين
.
Mabahits Basmalah perspektif Ahli Nahwu.
Mengapa kalam basmalah perlu dibahas?
يَنبَغِيْ لِكُلِّ شَارِعٍ فِيْ فنٍّ من فنون اثنَيْ عَشَرَ فَنًّا أنْ يَّبْحَثَ البَسْمَلةَ بمَا يُناسِبُ ذلك الفنَّ المَشْرُوْعَ وِفاءً لِحَقِّ البَسْمَلةِ وَحَقِّ ذلك الفنِّ المَشْرُوْعِ
Penting bagi orang-orang yang bermaksud untuk mempelajari salahsatu fan ilmu dari 12 fan ilmu yang ada untuk membahas lafadz 'Basmalah' dengan pembahasan yang menurut pespektif fan ilmu tersebut, guna memenuhi hak basmalah dan hak dari fan ilmu yang dipelajari.
بسم الله الرحمن الرحيم
بسم الله: أي أبْتدِأُ تعلُّمَ هَذا الكِتابِ المُسَمَّى بالجُرُوْمِيَّةِ حَالَ كَوْنِيْ مُسْتَعِيْنا وَمُتَبَارِكا ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saya memulai untuk mempelajari kitab ini yang dinamakan 'JURUMIYYAH' (contoh) dengan mengharap diberi kesanggupan dan diberi keberkahan dengan menyebut nama Allah.
إستعانة : مشاركة في الفَعْل لأجل حصوله
Bersama-sama dalam suatu pekerjaan untuk mendapatkan hasil dari pekerjaan tersebut
Kata إستعانة disini adalah استعانه مجازى , dengan ma'na استقدر yang artinya Saya memohon kesanggupan. karena menganggap atau mengartikan إستعانة dengan arti bersama dengan Allah dalam suatu pekerjaan adalah hal yang tabu dan tidak pantas untuk kita.
براكه : الزّيادة والنّمأ في الخير
Bertambah dan meningkat dalam melakukan kebaikan
الرّحمن : أي المنعم بجلائل النـّعم أي أصولها في الدّنيا على جميع المخلوقات
Dzat yang memberi ni'mat berupa ni'mat yang besar di dunia kepada seluruh makhluk
Disebut ni'mat yang besar karena cakupannya yang besar, meliputi seluruh makhluk yang ada di dunia. Ni'mat ini terbagi kepada 3 bagian :
1. Ni'mat dijadikan manusia
2. Ni'mat dipanjangkan umur
3. Ni'mat iman dan islam
الرّحيم : أي المنعم بدقائق النّعم أي فروعها فى الآخرة على المؤمنين فقط
Dzat yang memberi ni'mat berupa ni'mat yang kecil di akhirat kepada orang mu'min saja
Disebut ni'mat kecil, karena cakupannya yang hanya untuk orang mu'min saja. Ni'mat ini berupa :
1. Ni'mat masuk surga
2. Ni'mat melihat Allah
Mengapa kitab-kitab para ulama yang kita temui selalu diawali dengan tulisan basmalah? hal ini didasarkan pada 2 dalil, yaitu :
1. Dalil Aqli: Meneladani Al-Qur'an, karena rujukan utama kita dalam segala hal adalah Al-Qur'an.
2. Dalil Naqli (Al-Qur'an) : [An-Naml : 30]
إنه من سليمان وإنه بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits:
كُلُّ أمْرٍ ذِيْ بَالٍ لايُبْتَدَءُ فِيْهِ ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فهُوَ أقطعُ أوْ أبْتَرُ أوْ أجْذَمُ
"Segala sesuatu yang baik namun tidak diawali dengan 'Bismillahirahmanirrahim' maka hal itu tidak berfaidah sama sekali (sedikit barokah nya)"
مَنْ أرَادَ أنْ يَّحْيَى سَعِيْدًا أوْ يَمُوْتَ شَهيْدًا فليَقُلْ عِندَ ابْتِدَاءِ كُلِّ شَيْئٍ ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"Barangsiapa yang yang ingin hidup dalam kebahagiaan atau mati dalam keadaan syahid, maka ucapkanlah disetiap memulai sesuatu 'Bismillahirrahmanirrahim"
Yang akan dibahas dari lafadz بسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ada 4 pembahasan :
1. Huruf ب dari lafadz بسْمِ
2. Idofatnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz اللهِ
3. Tarkibnya lafadz الرَّحْمَنِ
4. Tarkibnya lafadz الرَّحِيْمِ
_______________________________
Mabahits Basmalah ( ب dari lafadz بسْمِ )
Hal yang pertama dibahas adalah mengenai huruf ب dari lafadz بسْمِ
Pembahasan yang pertama ini terbagi menjadi 3 bahasan, yaitu :
1. Harakatnya ب
2. Ma'nanya ب
3. Muta'allaqnya (ketergantungannya) ب
1. Harakat ب : ب merupakan bagian dari harf, ب diharakati karena ب sendiri terdapat diawal kalam لانّه وَقَعَ فِى ابْتِدَاءِ الكَلاَمِ . Asal dari ب sendiri adalah berupa huruf, asal hukum dari huruf adalah mabni, sedangkan asal dari mabni adalah sukun. Hal ini selaras dengan opini Syekh Ibnu Malik dalam Kitab Alfiyyahnya :
وَكُلُّ حَرْفٍ مُسْتَحِقٌّ لِلْبِنَاء * وَالأصْلُ فِى المَبْنِيِّ انْ يُسَكَّنَ
Setiap huruf adalah mabni, sedangkan asal dari mabni adalah sukun
Namun ب disni diharakati, dan harakatnya berupa kasroh. Mengapa hal tersebut terjadi? sesuai alasan diatas bahwa ب ini terdapat di awal kalam. Apabila kita tidak memberinya harakat, maka bagaimana kita membacanya?
Kemudian mengapa diharakati kasroh? Karena mencocokkan dengan amalnya, مُنَاسَبَة لِعَمَلِهِ . Seperti kita ketahui bahwa ب ini merupakan huruf jer yang berguna untuk menjerkan isim yang menjadi majrur-nya. Maka agar sesuai dengan amalnya, digunakanlah harakat kasroh untuk mengharakati huruf ب
Selain opini diatas, qowaid lain mengatakan bahwa ketika ada huruf sukun, apabila huruf tersebut hendak diharakati, maka harus diharakati dengan harakat kasroh,
لأنَّ حَرْفَ السَّاكِنِ إذا تُحُرِّكَ حُرِّكَ بالكَسْرِ
.
Namun, qowaid-qowaid diatas yang berkaitan dengan harakat kasroh tidak selalu muttorid (sesuai) dengan fakta yang ada. Tapi ini adalah termasuk qowaid ghoer muttorid (tidak sesuai) dengan fakta yang ada, dalam artian terkadang berlaku terkadang tidak berlaku.
2. Ma'na ب :
Dalam kitab Alfiyyah ibnu Malik, Ma'na ب ada 10, yaitu :
a). Ma'na Badaliyyah (Pengganti). Contoh : مَا يَسُرُّنِيْ بهَا حُمْرُ النِّعَم . Taqdirnya : بَدَلهَا
Artinya : Hewan ternak yang merah (baik kondisinya) pun tidak akan membahagiakan kami sebagai pengganti kebahagiaan akhirat.
Syekh Ibnu Malik dalam Kitabnya :
لِلإنتِهَا حَتى وَلامٌ وَإلى * وَمِنْ وَبَاءٌ يُفهِمَانِ بَدَلا
Intiha (mengakhiri) adalah ma'na untuk hattaa, lam, dan ilaa, dan dapat difahami bahwa huruf min dan ba mempunyai ma'na Badaliyah (Pengganti).
b). Ma'na Sababiyyah (Sebab). Contoh :
فبظُلمٍ مِنَ الّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنا عَليْهِمْ طيِّبَاتٍ. - النساء : 160
Taqdirnya, فبِسَبَبِ ظُلمٍ .
Artinya : Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik
c). Ma'na Dzorfiyyah (Wadah). Contoh :
وَإنّكُمْ لتَمُرُّوْنَ عَليْهِمْ مُصْبِحِيْنَ وَباللّيْلِ. - الصفاتٍ : 137-138 .
Taqdirnya, فِي اللَّيْلِ
Artinya : dan Sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam
Syekh Ibnu Malik bernadzom :
وَزِيْدَ وَالظّرْفِيَّةِ اسْتَبِنْ ببَا * وَفِيْ وَقَدْ يُبَيِّنانِ السَّبَبَا
Zaidah dan Dzorfiyah termasuk dari ma'na بَ , dan terkadang بَ menjelaskan ma'na sababiyyah.
d). Mana Isti'anah (Meminta tolong). Ciri-ciri ma'na istianah adalah بَ yang selalu masuk pada alat dari sebuah pekejaan. Contoh : كَتبْتُ بالقَلَمِ . Artinya : Saya menulis dengan menggunakan Pulpen
e). Ma'na Ta'diyyah (Menghadirkan Objek). Cirinya adalah بَ selalu masuk pada fiil lazim ( fiil yang tidak membutuhkan maf'ul bih/objek). Contoh :
ذهَبَ اللهُ بِـنُوْرِهِمْ - البفرة : 17 .
Artinya : Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka.
f). Ma'na Ta'wid (Menggantikan).
Contoh : إشْتَرَيْتُ الفرَسَ بألفِ دِرْهَمٍ .
Artinya : Saya membeli kuda (digantikan) dengan 1000 dirham.
g). Ma'na Ilshoq (Menempel). Ilshoq terbagi menjadi 2 :
- Ilsoq Haqiqi : إلصَاقُ مَا قبْلَ البَاء بمَا بَعْدَهَا .
Artinya, menempelkannya sesuatu sebelum بَ kepada setelahnya.
Contoh : قطعْتُ بالسِّكِيْنِ .
Artinya, Saya memotong dengan Pisau
- Ilsoq Majazi : إلصَاقُ مَا قبْلَ البَاءِ بمُجَاوِرِ مَا بَعْدَهَا .
Artinya, menempelkannya sesuatu sebelum بَ dengan melewati sesuatu yang ada setelahnya.
Contoh : مَرَرْتُ بزَيْدٍ.
Artinya, Saya melewati Zaid.
h). Ma'na مَعَ .
Contoh : بعْتُكَ الثَّوْبَ بطِرَازِهِ .
Taqdirnya, مَعَ طِرَازِهِ
Artinya, Saya menjual kepada anda baju beserta kancingnya
i). Ma'na مِنْ .
Contoh : Dalam Syiiran,
شَرِبْنَ بمَاءِ البَحْرِ ثُمَّ ترَفِّعَتْ * مَتَى لُجَجٍ خُضْرٍ لهُنَّ نئِيْجُ
Taqdirnya, مِنْ مَّاءِ البَحْرِ
j). Ma'na عَنْ
Contoh : ( سَأَلَ سَائِلٌ بعَذابٍ (المعارج : 1 Taqdirnya, عَنْ عَذابٍ
Artinya, Seseorang telah meminta jauh dari azab yang tejadi
بالبَا اسْتَعِنْ وَعَدِّ عَوِّضْ ألصِقِ * وَمِثلَ مَعْ وَمِنْ وَعَنْ بهَا انطِقِ
Berilah ma'na Isti'anah, ta'diyyah, ta'wid, dan ilsoq terhadap بَ . Dan artikanlah sperti arti dari مَعَ, مِنْ, عَنْ terhadap بَ .
2. Muta'allaq ب :
Huruf بَ merupakan salahsatu huruf jer. Dalam Qowaid ilmu nahwu dijelaskan bahwa huruf jer dan dhorof harus mempunyai muta'allaq (ketergantungan), artinya huruf jer dan dhorof dalam sebuah kalam tidak akan pernah bisa berdiri sendiri, melaikan harus bergantung pada yang fiil dan isim atau jumlah yang bisa beramal seperti halnya fiil.
Imam Ibnu Malik dalam Kitabnya :
وعلق الظرف وما ضهاه * بفعل أو ما يحتوي معناه
Dhorof dan Huruf jer harus bermutaallaq terhadap fiil atau sesuatu yang dapat beramal seperti fill
Dalam pembahasan ini, بَ dapat dimutaallaq-kan terhadap 7 bentuk kalimat/jumlah :
1. Terhadap Fiil, taqdirnya
أبتدء بسم الله الرحمن الرحيم
Fiil sah dijadikan mutaallaq ب karena ada suatu qowaid yang menyatakan, ألاصْلُ فى العمَل اَنْ يَكُوْنَ فِعْلاً , artinya, Asal dari amal merupakan fiil
2. Terhadap Masdar, taqdirnya
إبتدائي حاصل بسم الله الرحمن الرحيم
Masdar sah dijadikan mutaallaqnya ب disebabkan 2 faktor :
- Sebuah qowaid menyatakan, الأصْل فِى الكلامِ انْ يَكُونَ اِسْمًا artinya asal dari kalam merupakan isim
- Masdar sendiri dapat beramal seperti halnya fiil.
Contoh : عجبت شربا زيد العسل
Artinya : saya kagum zaid meminum madu
lafadz زيد العسل merupakan ma'mul (fail dan maf'ul bih) dar lafadz شربا, bukan عجبت, karena ma'mul dari عجبت adalah dhomir mutakallim dan lafadz شربا
Syekh Ibnu Malik berkata :
بِفِعْلِهِ المَصْدَرَ ألْحِقْ فِىْ العَمَلْ * مُضَافًا أوْ مُجَرَّدًا أوْ مَعَ اَلْ
Masdar dapat beramal seperti fiil, baik masdar itu diidofahkan, tidak diidhofahkan, maupun dimasuki alif lam
3. Terhadap Isim Fail, taqdirnya,
أنا مبتدء بسم الله الرحمن الرحيم
Isim Fail sah dijadikan mutallaqnya ب karena isim fail juga dapat beramal seperti halnya fiil.
Dalam Alfiyyah dijelaskan :
كَفِعْلِهِ اسْمُ فَاعِلٍ فِى العَمَلِ * اِنْ كَانَ عَنْ مُضِيِّهِ بِمَعْزِلِ
Isim fail dapat beramal seperti halnya fiil, -------------
4. Terhadap Jumlah ismiyyah, taqdirnya
أنا مبتدء بسم الله الرحمن الرحيم
Jumlah ismiyyah sah dijadikan mutaallaqnya بَ karena jumlah ismiyyah mempunyai kekuatan amal yang setara dengan mustaq (contoh : fiil madhi, isim fail, isim maf'ul, dll).
Dalam Nadzom Alfiyyah diterangkan :
وَكَوْنُهُ اسْمًا لِلثبُوْتِ وَالدَّوَامْ * وَقَيَّدُوْا كَالفِعْلِ رَعْيًا لِلتَّمَامْ
Jumlah ismiyyah menunjukkan ma'na tetap dan langgeng, namun dia dapat beramal sepeti fiil dan mustaq lainnya.
5. Terhadap Haal yang berasal dari failnya fiil, taqdirnya,
أبتدء مستعينا ومتباركا بسم الله الرحمن الرحيم
6. Terhadap Haal yang berasal dari failnya masdar, taqdirnya,
إبتدائي حاصل مستعينا ومتباركا بسم الله الرحمن الرحيم
7. Terhadap Haal yang berasal dari failnya Isim Fail, taqdirnya,
أنا مبتدء مستعينا ومتباركا بسم الله الرحمن الرحيم
Kemudian dalam pentaqdiran kalimatnya, terbagi kepada 2 kalimat :
1. Khos خاص, yang digunakan untuk pengarang sebuah kitab, dengan mentaqdirkan kalimat أألف .
Contoh : أألف بسم الله الرحمن الرحيم
2. 'Aam عام, yang digunakan untuk para pelajar kitab, dengan mentaqdirkan kalimat أبتدء .
Contoh : أبتدء بسم الله الرحمن الرحيم
Jika dipilih antara kedua kalimat tersebut, yang lebih diutamakan adalah خاص, karena sebuah illat رعَايَةً للمَقامِ, artinya menjaga maqom.
14 belas model yang ada (7 bentuk mutaallaq x 2 bentuk pentaqdiran) ini, dalam penempatan taqdir mutaallaqnya bisa 2 cara, yaitu :
1. Muqoddam مقدم (didahulukan).
Contoh : أبتدء بسم الله الرحمن الرحيم
2. Muakhkhor مؤخر (diakhirkan).
Contoh : بسم الله الرحمن الرحيم أبتدء
Jadi semuanya ada 28. Apabila dipilih antara kedua cara penempatan taqdir muta'allaq tersebut, yang lebih diutamakan adalah مؤخر, karena sebuah qowaid menjelaskan
لان تقديم المعمول على العامل يفيد الحصر والاهتمام
Karena mendahulukan ma'mul dari amilnya menunjukkan kepada kesan singkat dan jelas.
(Disini, ba merupakan ma'mul, dan muta'allaq merupakan amilnya).
Demikian penjelasan mengenai ب dari lafadz بسْمِ, selanjutnya adalah penjelasan mengenai Idofatnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله.
_______________________________
Mabahits Basmalah (Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله )
Sebelum kita membahas tentang Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله , terlebih dahulu kita harus mengerti seputar pengetahuan tentang idhofah, meliputi : Pengertian Idhofah, Tujuan Idhofah, Syarat-syarat komponen idhofah, dan Klasifikasi Idhofah.
1. Pengertian Idhofah
Idhofah yaitu,
نِسْبَةٌ تَقْيِيْدِيَّةٌ بَيْنَ الشّيْئَيْنِ تُوْجِبُ لِثَانِيْهِمَا الْجَرَّ أَبَدًا
"Hubungan taqyidiyyah (bukan hukmiyyah) diantara dua isim yang mewajibkan terhadap ism yang kedua untuk jer selamanya"
Atau,
ضَمُّ اسْمٍ اِلَى اسْمٍ بِقَصْدِ تَخْصِيْصِهِ اَوْ تَعْرِيْفِهِ
"Mengumpulkan isim terhadap isim yang lainnya dengan maksud untuk takhsis atau ta'rif"
Contoh : غلام زيدٍ . lafadz غلام merupakan isim yang pertama, dan زيدٍ merupakan isim yang kedua.
Isim yang pertama disebut Mudhof, dan Isim yang kedua disebut Mudhof Ileh.
2. Tujuan Idhofah:
a). Takhsis : إذَا كَانَ المُضَافُ إِلَيْهِ مُنَكرًا , yaitu ketika mudhof ilehnya berupa isim nakiroh. Contoh : غلام رجلٍ
b). Ta'rif : إذَا كَانَ الْمُضَافُ إِلَيْهِ مُعَرَّفاً , yaitu ketika mudhof ilehnya berupa isim ma'rifat. Contoh : غلام زيدٍ
3. Syarat-syarat komponen Idhofah (Mudhof dan Mudhof Ileh)
a). Syarat Mudhof :
شَرْطُ المُضَافِ أنْ يَكُوْنَ خَالِيًا مِنَ التَّعْرِيْفِ وَالتَنْوِيْنِ
"Syarat Mudhof yaitu tidak boleh dimasuki Alif lam maupun Tanwin (berikut nun talil i'rob)"
Mudhof harus kosong dari tanwin karena,
لأِنَّ الإضَافة تُفِيْدُ التَّعْرِيْفَ أوِ التَّخْصِيْصَ، وَالتَّنْوِيْنُ يُفِيْدُ التَّنْكِيْرَ. التَّعْرِيْفُ وَالتَّنْكِيْرُ ضِدَّانِ، وَالضِّدَّانِ لايَجْتَمِعَانِ.
"Idhofah berfaidah untuk mema'rifatkan dan mentakhsiskan, dan tanwin berfaidah untuk menakirohkan. sedangkan ma'rifat dan nakiroh itu berlawanan, sedangkan yang berlawanan tidak akan pernah bersatu"
Mudhof harus kosong dari alif lam, karena alif lam merupakan alat untuk mema'rifatkan, dan idhofah juga merupakan alat untuk mema'rifatkan. Apabila keduanya bergabung menjadi rancu dan berlebihan, maka cukup sekiranya apabila sudah ada idhofah, tidak perlu digunakan alif lam yang fungsinya sama.
b). Syarat Mudhof Ileh:
شَرْطُ المُضَافِ إلَيْهِ أنْ يَكُوْنَ مُخَيَّرًا بَيْنَ التَّعْرِيْفِ وَالتَّنْوِيْنِ
"Syarat Mudhof ileh yaitu harus memilih antara alif lam dan tanwin"
Contoh : Tanwin > غلام رجلٍ, Alif lam > غلام الرجل
Syekh Ibnu Malim dalam Nadzomnya:
شَرْطُ المُضَافِ أنْ يَكُوْنَ خَالِيًا * مِنْ ألْ وَالتَّنْوِيْنِ تَكُوْنُ سَاوِيًا
مُخَيَّرًا بَيْنَ التَّعْرِيْفِ وَالتَّنْوِيْنِ * وَالمُضَافُ إلَيْهِ شَرْطُ مَا قُرِنْ
.
4. Pembagian (Klasifikasi) Idhofah
a). Idhofah Mahdoh (Ma'nawi).
b). Idofah Ghoir Mahdoh (Lafdzi).
Dalam Alfiyyah dijelaskan :
وَذِي الإضَافَة ُاسْمُهَا لَفْظِيَّةْ * وَتِلْكَ مَحْضَةٌ وَمَعْنَوِيَّةْ
.
A. Idhofah Mahdoh (Ma'nawi):
Ciri-ciri Idhofah mahdoh ada 3, yaitu :
- Mengandung ma'na مِنَ yaitu,
إذا كَانَ المُضَافُ جُزْءً مِنَ المُضَافِ إليْهِ
Contoh : ثَوْبُ خَاجٍ. artinya baju dari sutra
- Mengandung ma'na في yaitu,
إذا كَانَ المُضَافُ مَظْرُوْفاً بالمُضَافِ إليْهِ
Contoh : نَوْمُ اللَّيْلِ. artinya tidur di malam hari
- Mengandung ma'na لام yaitu
إذا كَانَ المُضَافُ مَمْلُوْكًا بالمُضَافِ إليْهِ
Contoh : ثوب زيدٍ. artinya baju milik zaid.
Nadzom Alfiyyah:
وَالثانِيَ اجْرُرْ وَانوِ مِنْ أوْ فِيْ إذا * لَمْ يَصْلُحْ إلاَّ ذاكَ وَاللاَّمَ خُذا
Dan jerkanlah mudhof ileh dengan meniati salahsatu dari ma'na min, fi, dan lam.
Idhofah Mahdoh ada 3 :
- Idhofah yang mentaqdirkan salah satu ma'na yang dijelaskan diatas.
- Idhofahnya masdar terhadap ma'mulnya.
Contoh : عَجِبْتُ مِنْ ضَرْبِ زَيْدٍ عَمْرًا
- Idhofahnya isim fail terhadap maf'ulnya yang tidak beramal.
Contoh : ضارب زيد امس
Tujuan Idhofah mahdoh adalah Takhsis dan ta'rif.
B. Idhofah Ghoir Mahdoh (Lafdzi):
Tujuan Idhofah ghoir mahdoh adalah Takhfif, yaitu agar mudah dalam pembacaannya.
Ciri-ciri Idhofah ghoir mahdhoh ada 2, yaitu :
- Ketika mudhofnya berupa isim sifat dan mudhof ilehnya berupa ma'mul dari isim sifat
- Ketika mudhof ilehnya satu ma'na dengan mudhof.
Nadzom Alfiyyah,
وَإنْ يُشَابِهِ المُضَافُ يَفعَلُ * وَصْفاً فعَنْ تَنْكِيْرِهِ لاَ يُعْزَلُ
كَرُبَّ رَجِيْنَا عَظِيْمِ الأمَلِ * مُرَوَّعِ القلبِ قَلِيْلِ الحِيَلِ
.
Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله termasuk idhofah mahdoh yang tujuannya adalah ta'rif. Disisi lain, alif lam juga berfaidah ta'rif. Maka, dalam ma'na antara alif lam dan idhofah juga sama. Alif lam mempunyai 4 ma'na, begitu pula Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله mempunyai 4 ma'na, yaitu :
1. Lilbayan (للبيان), taqdirnya:
بسم الله أي بسم هو الله
2. Liljinsi (للجنس), taqdirnya:
بسم الله أي بجنس اسماء الله
3. Istighroq lijami'il afrodi (استغراق ولجميع الأفراد), taqdirnya:
أي بكل اسم من اسماء الله
4. Istighroq lib'adil afrodi (استغراق لبعض الافراد), taqdirnya:
أي ببعض اسم من اسماء الله
Selanjutnya adalah pembahasan mengenai Tarkibnya lafadz الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ.
_______________________________
Mabahits Basmalah (Tarkibnya lafadz الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ).
Tarkib Lafadz الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ adalah sifat/na’at dari lafadz Allah. الرَّحْمَنِ merupakan sifat yang pertama, الرَّحِيْمِ merupakan sifat yang kedua.
Hukum pada sifat ada 2 :
1. Wajib itba’ (Mengikuti), maksudnya :
- Apabila maushuf rofa, maka sifat juga harus rofa
- Apabila maushuf nashob, maka sifat juga harus nashob
- Apabila maushuf jer, maka sifat juga harus jer
Tempat wajib itba adalah ketika mausuf ( yang disifati) butuh untuk disifati.
Lafadz الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ tidak wajib itba’ terhadap lafadz Allah, karena Allah pada hakikatnya tidak butuh untuk disifati. Namun, kitalah yang menyifatinya sebagai rasa penghambaan kita kepada-Nya.
Syekh Ibnu Malik bernadzom:
وإنْ نُعُوْتٌ كثُرَتْ وَقَدْ تَلَتْ * مُفْتَقِرًا لِذِكْرِهِنَّ أُتْبِعَتْ
.
2. Boleh itba’ (Mengikuti), boleh Qotho’ (Putus)
Tempatnya adalah ketika mausuf butuh untuk disifati
Syekh Ibnu Malik dalam Nadzomnya :
وَاقْطَعْ أوْ أتْبِعْ إنْ يَكُنْ مُعَيّنَا * بِدُوْنِهَا أوْ بَعْضَهَا اقْطَعْ مُعْلِنَا
.
Dikarenakan lafadz Allah tidak butuh untuk disifati, maka lafadz الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ boleh itba dan boleh qotho’.
I’rob untuk Qotho ada 2 :
1. Rofa’, dibaca بسم الله الرّحمنُ الرّحيمُ, tarkibnya الرَّحْمَنُ dan الرَّحِيْمُ adalah menjadi khobar dari mubtada yang dibuang, taqdirnya
بسم الله هو الرحمنُ هو الحيمُ
Dalam Alfiyyah dinadzomkan,
وَحَذْفُ مَا يُعْلَم ُجَائِزٌ كَمَا * تَقُوْلُ زُيْدٌ بَعْدَ مَنْ عِنْدَ كُماَ
“Boleh hukumnya untuk membuang mubtada, contohnya kalimat زُيْدٌ setelah ditanyakan مَنْ عِنْدَ كُماَ.”
2. Nashob, dibaca بسم الله الرّحمٰنَ الرحيمَ , tarkibnya الرَّحْمَنَ dan الرَّحِيْمَ adalah menjadi maf’ul bih dari fiil dan fail yang dibuang, taqdirnya
بسم الله أمدح الرّحمنَ أمدح الرحيمَ
Alfiyyah menjelaskan:
وَيُحْذَفُ نَاصِبُهَا إنْ عُلِمَا * وَقَدْ يَكُوْنُ حَذْفُهُ مُلْتَزَمَا
"Terkadang diperbolehkan bagi kita untuk membuang fiil dan fail dari sebuah maf’ul bih."
Nadzom Alfiyyah tentang pembagian i'rob qotho',
وَارْفَعْ أوِ انْصِبْ إنْ قَطَعْتَ مُضْمِرَا * مُبْتَدَأ أوْ نَاصِبًا لَنْ يَظْهَرَا
“Rofakanlah atau Nashobkanlah apabila dalam keaadaan qotho dengan mentaqdirkan mubtada dan Fiil fail,”
Qotho terbagi 2 :
1. Qoth’ul Jam’i, menghasilkan 4 bentuk pembacaan
2. Qoth’ul Ba’dli, menghasilkan 4 bentuk pembacaan
Jadi, cara pembacaan secara keseluruhan klasifikasi terdapat 9 bentuk, yaitu :
1. Qoth’ul Jam’i (4 bentuk) :
بسم الله الرّحمنُ الرّحيمُ
بسم الله الرّحمنُ الرّحيمَ
بسم الله الرّحمنَ الرحيمَ
بسم الله الرّحمنَ الرحيمُ
.
2. Qoth’ul Ba’dli (4 bentuk) :
بسم الله الرّحمنِ الرّحيمُ
بسم الله الرّحمنِ الرّحيمَ
بسم الله الرّحمنَ الرّحيمِ
بسم الله الرّحمنُ الرّحيمِ
.
3. Wajib Ithba’ (1 bentuk), yaitu
بسم الله الرّحمنِ الرّحيمِ
.
Namun, ada dua bentuk pembacaan yang tidak perbolehkan. Tempatnya adalah Ketika itba’ setelah Qotho’, yaitu :
بسم الله الرّحمنَ الرّحيمِ
بسم الله الرّحمنُ الرّحيمِ
.
Hal ini disebabkan sebuah qowaid menyatakan :
لا يجوز الفصل بين العامل ومعموله بأجنبيّ
Amil dan ma’mul tidak boleh terpisah oleh bentuk-bentuk ajnabi ( jumlah, dkk)
Nadzom :
إن يُنْصَبِ الرّحْمنُ أوْ يُرْتَفعَ * فَالجَرّ فِى الرّحيم ِقطعاً مُنِعاَ
وَإنْ يُجَرّ فَأجِزْ فِى الثـَّانِى * ثَلاَثةَ الأوْجُهِ خُذ بَيَانِى
وَجْهاَنِ مِنها فادْرِ هذا واستمع * فهذه تضمّنت تسعاً مُنِعْ
_________________________________________
Demikian penjelasan mengenai Lafadz بسم الله الرحمن الرحيم , semoga bermanfaat.....
Selanjutnya in syaa Allah akan dibahas mengenai mabadi ilmu nahwu.