Selasa, 28 November 2017

RIYA Penghambat Perjalanan Menuju Allah

.
بسم الله الرحمن الرحيم
.
Dalam menempuh perjalanan menuju Allah (suluk), kendaraan yang digunakan oleh para salik (yang melakukan perjalanan menuju Allah) adalah ibadah, baik ibadah mahdloh seperti dzikir, sholat, shaum, haji dll. Ataupun ibadah ghoir mahdloh seperti shodaqoh, silaturahmi, menjamu tamu dll.....

Apabila qalbu diibaratkan sopirnya, maka kalbu inilah yang memegang kendali terhadap laju ibadah kita.
Ibadah yang salik lakukan akan membawanya kepada Allah ketika qalbu bersih dari segala sifat-sifat yang dapat menghambat atau bahkan memalingkannya dari perjalanan tersebut.

Diantara sifat qalbu yang dapat memalingkan kendaraan ibadah dari jalan Allah adalah riya. Riya ini merupakan musuh bagi para pencari pahala, apalagi mereka para pencari Tuhan. Karena dengan riya, pahala akan hangus, dari Tuhanpun jauh.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya” (QS. Al Kahfi : 110)

Menurut imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin, hakikat riya adalah mencari kedudukan di qalbu manusia dengan cara menampakkan ibadah dan kebaikan-kebaikan. Pengertian ini bukanlah larangan untuk menampakkan ibadah, namun lebih kepada larangan agar jangan mencari kedudukan di qalbu manusia, jangan ingin dihargai dan dipuji.....
Selanjutnya Imam Al-Ghazali menyebutkan sebagian besar sarana riya berasal dari 5 hal, yaitu : badan, ucapan, keadaan dan pakaian, amal, serta banyaknya murid atau pengikut.

Bentuk-bentuk riya dari ke-5 sarana di atas sangat banyak sekali, diantaranya:

1. Badan;
- menampakkan keletihan, kepucatan supaya dikira banyak memikirkan urusan agama, kurang tidur karena tugas da'wah dan ibadah malam.
- memperlihatkan keringnya bibir agar diketahui sedang shaum
- bagi sebagian pengamal tarekat ada yg suka menggerak-gerakan telunjuknya, apabila dalam hal itu terselip tujuan ingin diketahui orang lain bahwa qalbunya snantiasa dzikir khofi, maka termasuk kategori riya
- menundukkan kepala saat duduk bersama orang lain agar dikira sedang bermusyahadah
- dan lain-lain

2. Suara/ucapan;
- mengucapkan kata-kata mengandung hikmah supaya disangka luas wawasan dan ma'rifatnya
- berbicara pelan, agar dikira waro' 
- cepat-cepat mengatakan hadits ini shahih atau palsu agar dikira banyak ilmu
- mengucapkan subhanallah atau dzikir lain saat menemukan musibah atau hal-hal yang mengagumkan agar disangka orang shaleh yang paling mengamalkan sunah.
- menjerit ketika berdzikir supaya dianggap dzikirnya khusyu, tembus kedalam rasa.
- dan lain sebagainya

3. Keadaan dan pakaian;
- memanjangkan janggut dan mencukur kumis agar diduga paling berpegang pada sunnah
- memakai pakaian lusuh supaya disangka waro' dan qona'ah
- ada keinginan disebut ahli sujud dengan adanya bekas sujud di jidat
- dll

4. Amal perbuatan;
- lama ketika berdiri, sujud dan ruku dalam sholat karena ingin disebut khusyu
- banyak puasa karena ingin disebut ahli ibadah
- menundukkan kepala ketika berjalan karena ingin dikenal sebagai orang yang khusyu
- melaksanakan haji dan ada keinginan dihargai manusia lain
- dll

5. Banyak murid dan pengikut;
- ingin dihargai orang lain dengan menampakkan banyak tamu yang berkunjung
- menceritakan santrinya banyak supaya orang lain mengakui kehebatan ilmu dan pengaruhnya
- dll

Lalu bagaimana jika dalam amal kita ternyata masih ada riya?
- sadari itu keliru dan mohon ampunan Allah
- lanjutkan beramal, kemudian setiap terlintas keinginan untuk dihargai dan disanjung manusia, cepat-cepat putuskan keinginan itu dengan dzikir khofi. Atau luruskan niat, bahwa kita beramal semata-mata hanya karena Allah.

والله اعلم بالصواب

Senin, 27 November 2017

Bahasan Bismillah ilmu Nahwu


مباحث البسملة عند النحويين
.
Mabahits Basmalah perspektif Ahli Nahwu.
Mengapa kalam basmalah perlu dibahas?

يَنبَغِيْ لِكُلِّ شَارِعٍ فِيْ فنٍّ من فنون اثنَيْ عَشَرَ فَنًّا أنْ يَّبْحَثَ البَسْمَلةَ بمَا يُناسِبُ ذلك الفنَّ المَشْرُوْعَ وِفاءً لِحَقِّ البَسْمَلةِ وَحَقِّ ذلك الفنِّ المَشْرُوْعِ
Penting bagi orang-orang yang bermaksud untuk mempelajari salahsatu fan ilmu dari 12 fan ilmu yang ada untuk membahas lafadz 'Basmalah' dengan pembahasan yang menurut pespektif fan ilmu tersebut, guna memenuhi hak basmalah dan hak dari fan ilmu yang dipelajari.

بسم الله الرحمن الرحيم
بسم الله: أي أبْتدِأُ تعلُّمَ هَذا الكِتابِ المُسَمَّى بالجُرُوْمِيَّةِ حَالَ كَوْنِيْ مُسْتَعِيْنا وَمُتَبَارِكا ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Saya memulai untuk mempelajari kitab ini yang dinamakan 'JURUMIYYAH' (contoh) dengan mengharap diberi kesanggupan dan diberi keberkahan dengan menyebut nama Allah.

إستعانة :  مشاركة في الفَعْل لأجل حصوله
Bersama-sama dalam suatu pekerjaan untuk mendapatkan hasil dari pekerjaan tersebut

Kata إستعانة disini adalah استعانه مجازى  , dengan ma'na استقدر yang artinya Saya memohon kesanggupan. karena menganggap atau mengartikan إستعانة dengan arti bersama dengan Allah dalam suatu pekerjaan adalah hal yang tabu dan tidak pantas untuk kita.

براكه : الزّيادة والنّمأ في الخير
Bertambah dan meningkat dalam melakukan kebaikan

الرّحمن : أي المنعم بجلائل النـّعم أي أصولها في الدّنيا على جميع المخلوقات
Dzat yang memberi ni'mat berupa ni'mat yang besar di dunia kepada seluruh makhluk

Disebut ni'mat yang besar karena cakupannya yang besar, meliputi seluruh makhluk yang ada di dunia. Ni'mat ini terbagi kepada 3 bagian :
1. Ni'mat dijadikan manusia
2. Ni'mat dipanjangkan umur
3. Ni'mat iman dan islam

الرّحيم :  أي المنعم بدقائق النّعم أي فروعها فى الآخرة على المؤمنين فقط
Dzat yang memberi ni'mat berupa ni'mat yang kecil di akhirat kepada orang mu'min saja

Disebut ni'mat kecil, karena cakupannya yang hanya untuk orang mu'min saja. Ni'mat ini berupa :
1. Ni'mat masuk surga
2. Ni'mat melihat Allah

Mengapa kitab-kitab para ulama yang kita temui selalu diawali dengan tulisan basmalah? hal ini didasarkan pada 2 dalil, yaitu :
1. Dalil Aqli: Meneladani Al-Qur'an, karena rujukan utama kita dalam segala hal adalah Al-Qur'an.
2. Dalil Naqli (Al-Qur'an) : [An-Naml : 30]
إنه من سليمان وإنه بسم الله الرحمن الرحيم
Hadits:

كُلُّ أمْرٍ ذِيْ بَالٍ لايُبْتَدَءُ فِيْهِ ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فهُوَ أقطعُ أوْ أبْتَرُ أوْ أجْذَمُ
"Segala sesuatu yang baik namun tidak diawali dengan 'Bismillahirahmanirrahim' maka hal itu tidak berfaidah sama sekali (sedikit barokah nya)"

مَنْ أرَادَ أنْ يَّحْيَى سَعِيْدًا أوْ يَمُوْتَ شَهيْدًا فليَقُلْ عِندَ ابْتِدَاءِ كُلِّ شَيْئٍ ببسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
"Barangsiapa yang yang ingin hidup dalam kebahagiaan atau mati dalam keadaan syahid, maka ucapkanlah disetiap memulai sesuatu 'Bismillahirrahmanirrahim"

Yang akan dibahas dari lafadz  بسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  ada 4 pembahasan  :
1. Huruf ب dari lafadz بسْمِ
2. Idofatnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz اللهِ
3. Tarkibnya lafadz الرَّحْمَنِ
4. Tarkibnya lafadz الرَّحِيْمِ

_______________________________

Mabahits Basmalah ( ب dari lafadz بسْمِ )
Hal yang pertama dibahas adalah mengenai huruf ب dari lafadz بسْمِ

Pembahasan yang pertama ini terbagi menjadi 3 bahasan, yaitu :
1. Harakatnya ب
2. Ma'nanya ب
3. Muta'allaqnya (ketergantungannya) ب

1. Harakat ب  : ب merupakan bagian dari harf, ب diharakati karena ب sendiri terdapat diawal kalam لانّه وَقَعَ فِى ابْتِدَاءِ الكَلاَمِ . Asal dari ب sendiri adalah berupa huruf, asal hukum dari huruf adalah mabni, sedangkan asal dari mabni adalah sukun. Hal ini selaras dengan opini Syekh Ibnu Malik dalam Kitab Alfiyyahnya :

وَكُلُّ حَرْفٍ مُسْتَحِقٌّ لِلْبِنَاء     *    وَالأصْلُ فِى المَبْنِيِّ انْ يُسَكَّنَ  
Setiap huruf adalah mabni, sedangkan asal dari mabni adalah sukun

Namun ب disni diharakati, dan harakatnya berupa kasroh. Mengapa hal tersebut terjadi? sesuai alasan diatas bahwa ب ini terdapat di awal kalam. Apabila kita tidak memberinya harakat, maka bagaimana kita membacanya?

Kemudian mengapa diharakati kasroh? Karena mencocokkan dengan amalnya, مُنَاسَبَة لِعَمَلِهِ . Seperti kita ketahui bahwa ب ini merupakan huruf jer yang berguna untuk menjerkan isim yang menjadi majrur-nya. Maka agar sesuai dengan amalnya, digunakanlah harakat kasroh untuk mengharakati huruf ب

Selain opini diatas, qowaid lain mengatakan bahwa ketika ada huruf sukun, apabila huruf tersebut hendak diharakati, maka harus diharakati dengan harakat kasroh,
لأنَّ حَرْفَ السَّاكِنِ إذا تُحُرِّكَ حُرِّكَ بالكَسْرِ
.
Namun, qowaid-qowaid diatas yang berkaitan dengan harakat kasroh tidak selalu muttorid (sesuai) dengan fakta yang ada. Tapi ini adalah termasuk qowaid ghoer muttorid (tidak sesuai) dengan fakta yang ada, dalam artian terkadang berlaku terkadang tidak berlaku.

2. Ma'na  ب :
Dalam kitab Alfiyyah ibnu Malik, Ma'na ب ada 10, yaitu :

a). Ma'na Badaliyyah (Pengganti). Contoh : مَا يَسُرُّنِيْ بهَا حُمْرُ النِّعَم .  Taqdirnya : بَدَلهَا
Artinya : Hewan ternak yang merah (baik kondisinya) pun tidak akan membahagiakan kami sebagai pengganti kebahagiaan akhirat.

Syekh Ibnu Malik dalam Kitabnya :

               لِلإنتِهَا حَتى وَلامٌ وَإلى       *        وَمِنْ وَبَاءٌ يُفهِمَانِ بَدَلا
Intiha (mengakhiri) adalah ma'na untuk hattaa, lam, dan ilaa, dan dapat difahami bahwa huruf min dan ba mempunyai ma'na Badaliyah (Pengganti).

b). Ma'na Sababiyyah (Sebab). Contoh :
فبظُلمٍ مِنَ الّذِيْنَ هَادُوْا حَرَّمْنا عَليْهِمْ طيِّبَاتٍ. - النساء : 160
Taqdirnya, فبِسَبَبِ ظُلمٍ .
Artinya : Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik

c). Ma'na Dzorfiyyah (Wadah). Contoh :
وَإنّكُمْ لتَمُرُّوْنَ عَليْهِمْ مُصْبِحِيْنَ وَباللّيْلِ. -  الصفاتٍ : 137-138 .
Taqdirnya, فِي اللَّيْلِ
Artinya : dan Sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam

Syekh Ibnu Malik bernadzom :

وَزِيْدَ وَالظّرْفِيَّةِ اسْتَبِنْ ببَا       *        وَفِيْ وَقَدْ يُبَيِّنانِ السَّبَبَا
Zaidah dan Dzorfiyah termasuk dari ma'na بَ , dan terkadang بَ menjelaskan ma'na sababiyyah.

d). Mana Isti'anah (Meminta tolong). Ciri-ciri ma'na istianah adalah بَ yang selalu masuk pada alat dari sebuah pekejaan. Contoh : كَتبْتُ بالقَلَمِ  . Artinya : Saya menulis dengan menggunakan Pulpen

e). Ma'na Ta'diyyah (Menghadirkan Objek). Cirinya adalah بَ selalu masuk pada fiil lazim ( fiil yang tidak membutuhkan maf'ul bih/objek). Contoh :
ذهَبَ اللهُ بِـنُوْرِهِمْ  - البفرة : 17  .
Artinya : Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka.

f). Ma'na Ta'wid (Menggantikan).
Contoh : إشْتَرَيْتُ الفرَسَ بألفِ دِرْهَمٍ .
Artinya : Saya membeli kuda (digantikan) dengan 1000 dirham.

g). Ma'na Ilshoq (Menempel). Ilshoq terbagi menjadi 2 :
- Ilsoq Haqiqi : إلصَاقُ مَا قبْلَ البَاء بمَا بَعْدَهَا .
Artinya, menempelkannya sesuatu sebelum بَ kepada setelahnya.
Contoh : قطعْتُ بالسِّكِيْنِ .
Artinya, Saya memotong dengan Pisau
- Ilsoq Majazi : إلصَاقُ مَا قبْلَ البَاءِ بمُجَاوِرِ مَا بَعْدَهَا .
Artinya, menempelkannya sesuatu sebelum بَ  dengan melewati sesuatu yang ada setelahnya.
Contoh : مَرَرْتُ بزَيْدٍ.
Artinya, Saya melewati Zaid.

h). Ma'na مَعَ .
Contoh : بعْتُكَ الثَّوْبَ بطِرَازِهِ .
Taqdirnya, مَعَ طِرَازِهِ
Artinya, Saya menjual kepada anda baju beserta kancingnya

i). Ma'na مِنْ .
Contoh : Dalam Syiiran,
شَرِبْنَ بمَاءِ البَحْرِ ثُمَّ ترَفِّعَتْ    *     مَتَى لُجَجٍ خُضْرٍ لهُنَّ نئِيْجُ
Taqdirnya, مِنْ مَّاءِ البَحْرِ

j). Ma'na عَنْ
Contoh : ( سَأَلَ سَائِلٌ بعَذابٍ (المعارج : 1 Taqdirnya, عَنْ عَذابٍ
Artinya, Seseorang telah meminta jauh dari azab yang tejadi

      بالبَا اسْتَعِنْ وَعَدِّ عَوِّضْ ألصِقِ      *       وَمِثلَ مَعْ وَمِنْ وَعَنْ بهَا انطِقِ
Berilah ma'na Isti'anah, ta'diyyah, ta'wid, dan ilsoq terhadap بَ . Dan artikanlah sperti arti dari مَعَ, مِنْ, عَنْ terhadap بَ .

2. Muta'allaq  ب :
Huruf بَ merupakan salahsatu huruf jer. Dalam Qowaid ilmu nahwu dijelaskan bahwa huruf jer dan dhorof harus mempunyai muta'allaq (ketergantungan), artinya huruf jer dan dhorof dalam sebuah kalam tidak akan pernah bisa berdiri sendiri, melaikan harus bergantung pada yang fiil dan isim atau jumlah yang bisa beramal seperti halnya fiil.

Imam Ibnu Malik dalam Kitabnya :

وعلق الظرف وما ضهاه    * بفعل أو ما يحتوي معناه
Dhorof dan Huruf jer harus bermutaallaq terhadap fiil atau sesuatu yang dapat beramal seperti fill

Dalam pembahasan ini, بَ dapat dimutaallaq-kan terhadap 7 bentuk kalimat/jumlah :

1. Terhadap Fiil, taqdirnya

أبتدء بسم الله الرحمن الرحيم
Fiil sah dijadikan mutaallaq ب karena ada suatu qowaid yang menyatakan, ألاصْلُ فى العمَل اَنْ يَكُوْنَ فِعْلاً , artinya, Asal dari amal merupakan fiil

2. Terhadap Masdar, taqdirnya

إبتدائي حاصل بسم الله الرحمن الرحيم
Masdar sah dijadikan mutaallaqnya ب disebabkan 2 faktor :

- Sebuah qowaid menyatakan, الأصْل فِى الكلامِ انْ يَكُونَ اِسْمًا artinya asal dari kalam merupakan isim
- Masdar sendiri dapat beramal seperti halnya fiil.
Contoh : عجبت شربا زيد العسل
Artinya : saya kagum zaid meminum madu

lafadz زيد العسل merupakan ma'mul (fail dan maf'ul bih) dar lafadz شربا, bukan عجبت, karena ma'mul dari عجبت adalah dhomir mutakallim dan lafadz شربا

Syekh Ibnu Malik berkata :

بِفِعْلِهِ المَصْدَرَ ألْحِقْ فِىْ العَمَلْ    *    مُضَافًا أوْ مُجَرَّدًا أوْ مَعَ اَلْ
Masdar dapat beramal seperti fiil, baik masdar itu diidofahkan, tidak diidhofahkan, maupun dimasuki alif lam

3. Terhadap Isim Fail, taqdirnya,

أنا مبتدء بسم الله الرحمن الرحيم
Isim Fail sah dijadikan mutallaqnya ب karena isim fail juga dapat beramal seperti halnya fiil.

Dalam Alfiyyah dijelaskan :

كَفِعْلِهِ اسْمُ فَاعِلٍ فِى العَمَلِ    *    اِنْ كَانَ عَنْ مُضِيِّهِ بِمَعْزِلِ
Isim fail dapat beramal seperti halnya fiil, -------------

4. Terhadap Jumlah ismiyyah, taqdirnya

أنا مبتدء بسم الله الرحمن الرحيم
Jumlah ismiyyah sah dijadikan mutaallaqnya بَ karena jumlah ismiyyah mempunyai kekuatan amal yang setara dengan mustaq (contoh : fiil madhi, isim fail, isim maf'ul, dll).

Dalam Nadzom Alfiyyah diterangkan :

وَكَوْنُهُ اسْمًا لِلثبُوْتِ وَالدَّوَامْ    *    وَقَيَّدُوْا كَالفِعْلِ رَعْيًا لِلتَّمَامْ
Jumlah ismiyyah menunjukkan ma'na tetap dan langgeng, namun dia dapat beramal sepeti fiil dan mustaq lainnya.

5. Terhadap Haal yang berasal dari failnya fiil, taqdirnya,
أبتدء مستعينا ومتباركا بسم الله الرحمن الرحيم
6. Terhadap Haal yang berasal dari failnya masdar, taqdirnya,
إبتدائي حاصل مستعينا ومتباركا بسم الله الرحمن الرحيم
7. Terhadap Haal yang berasal dari failnya Isim Fail, taqdirnya,
أنا مبتدء مستعينا ومتباركا بسم الله الرحمن الرحيم
Kemudian dalam pentaqdiran kalimatnya, terbagi kepada 2 kalimat :

1. Khos خاص, yang digunakan untuk pengarang sebuah kitab, dengan mentaqdirkan kalimat أألف .
Contoh : أألف بسم الله الرحمن الرحيم

2. 'Aam عام, yang digunakan untuk para pelajar kitab, dengan mentaqdirkan kalimat أبتدء .
Contoh : أبتدء بسم الله الرحمن الرحيم

Jika dipilih antara kedua kalimat tersebut, yang lebih diutamakan adalah خاص, karena sebuah illat رعَايَةً للمَقامِ, artinya menjaga maqom.

14 belas model yang ada (7 bentuk mutaallaq x 2 bentuk pentaqdiran) ini, dalam penempatan taqdir mutaallaqnya bisa 2 cara, yaitu :

1. Muqoddam مقدم (didahulukan).
Contoh : أبتدء بسم الله الرحمن الرحيم
2. Muakhkhor مؤخر (diakhirkan).
Contoh : بسم الله الرحمن الرحيم أبتدء

Jadi semuanya ada 28. Apabila dipilih antara kedua cara penempatan taqdir muta'allaq tersebut, yang lebih diutamakan adalah مؤخر, karena sebuah qowaid menjelaskan

لان تقديم المعمول على العامل يفيد الحصر والاهتمام
Karena mendahulukan ma'mul dari amilnya menunjukkan kepada kesan singkat dan jelas.

(Disini, ba merupakan ma'mul, dan muta'allaq merupakan amilnya).

Demikian penjelasan mengenai ب dari lafadz بسْمِ, selanjutnya adalah penjelasan mengenai  Idofatnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله.

_______________________________

Mabahits Basmalah (Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله )
Sebelum kita membahas tentang Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله , terlebih dahulu kita harus mengerti seputar pengetahuan tentang idhofah, meliputi : Pengertian Idhofah, Tujuan Idhofah, Syarat-syarat komponen idhofah, dan Klasifikasi Idhofah.

1. Pengertian Idhofah

Idhofah yaitu,
نِسْبَةٌ تَقْيِيْدِيَّةٌ بَيْنَ الشّيْئَيْنِ تُوْجِبُ لِثَانِيْهِمَا الْجَرَّ أَبَدًا
"Hubungan taqyidiyyah (bukan hukmiyyah) diantara dua isim yang mewajibkan terhadap ism yang kedua untuk jer selamanya"

Atau,
ضَمُّ اسْمٍ اِلَى اسْمٍ بِقَصْدِ تَخْصِيْصِهِ اَوْ تَعْرِيْفِهِ
"Mengumpulkan isim terhadap isim yang lainnya dengan maksud untuk takhsis atau ta'rif"

Contoh : غلام زيدٍ . lafadz غلام merupakan isim yang pertama, dan زيدٍ merupakan isim yang kedua.

Isim yang pertama disebut Mudhof, dan Isim yang kedua disebut Mudhof Ileh.

2. Tujuan Idhofah:

a). Takhsis :  إذَا كَانَ المُضَافُ إِلَيْهِ مُنَكرًا , yaitu ketika mudhof ilehnya berupa isim nakiroh. Contoh : غلام رجلٍ
b). Ta'rif  : إذَا كَانَ الْمُضَافُ إِلَيْهِ مُعَرَّفاً , yaitu ketika mudhof ilehnya berupa isim ma'rifat. Contoh : غلام زيدٍ

3. Syarat-syarat komponen Idhofah (Mudhof dan Mudhof Ileh)

a). Syarat Mudhof :

شَرْطُ المُضَافِ أنْ يَكُوْنَ خَالِيًا مِنَ التَّعْرِيْفِ وَالتَنْوِيْنِ
"Syarat Mudhof yaitu tidak boleh dimasuki Alif lam maupun Tanwin (berikut nun talil i'rob)"

Mudhof harus kosong dari  tanwin karena,
لأِنَّ الإضَافة تُفِيْدُ التَّعْرِيْفَ أوِ التَّخْصِيْصَ، وَالتَّنْوِيْنُ يُفِيْدُ التَّنْكِيْرَ. التَّعْرِيْفُ وَالتَّنْكِيْرُ ضِدَّانِ، وَالضِّدَّانِ لايَجْتَمِعَانِ.
"Idhofah berfaidah untuk mema'rifatkan dan mentakhsiskan, dan tanwin berfaidah untuk menakirohkan. sedangkan ma'rifat dan nakiroh itu berlawanan, sedangkan yang berlawanan tidak akan pernah bersatu"

Mudhof harus kosong dari alif lam, karena alif lam merupakan alat untuk mema'rifatkan, dan idhofah juga merupakan alat untuk mema'rifatkan. Apabila keduanya bergabung menjadi rancu dan berlebihan, maka cukup sekiranya apabila sudah ada idhofah, tidak perlu digunakan alif lam yang fungsinya sama.

b). Syarat Mudhof Ileh:

شَرْطُ المُضَافِ إلَيْهِ أنْ يَكُوْنَ مُخَيَّرًا بَيْنَ التَّعْرِيْفِ وَالتَّنْوِيْنِ
"Syarat Mudhof ileh yaitu harus memilih antara alif lam dan tanwin"

Contoh : Tanwin > غلام رجلٍ, Alif lam > غلام الرجل

Syekh Ibnu Malim dalam Nadzomnya:

شَرْطُ المُضَافِ أنْ يَكُوْنَ خَالِيًا    *    مِنْ ألْ وَالتَّنْوِيْنِ تَكُوْنُ سَاوِيًا
مُخَيَّرًا بَيْنَ التَّعْرِيْفِ وَالتَّنْوِيْنِ   *    وَالمُضَافُ إلَيْهِ شَرْطُ مَا قُرِنْ
.
4. Pembagian (Klasifikasi) Idhofah

a). Idhofah Mahdoh (Ma'nawi).
b). Idofah Ghoir Mahdoh (Lafdzi).

Dalam Alfiyyah dijelaskan :

وَذِي الإضَافَة ُاسْمُهَا لَفْظِيَّةْ    *    وَتِلْكَ مَحْضَةٌ وَمَعْنَوِيَّةْ
.
A. Idhofah Mahdoh (Ma'nawi):
Ciri-ciri Idhofah mahdoh ada 3, yaitu :
-  Mengandung ma'na مِنَ  yaitu, 
إذا كَانَ المُضَافُ جُزْءً مِنَ المُضَافِ إليْهِ
Contoh :  ثَوْبُ خَاجٍ. artinya baju dari sutra
- Mengandung ma'na في yaitu,
إذا كَانَ المُضَافُ مَظْرُوْفاً بالمُضَافِ إليْهِ
Contoh : نَوْمُ اللَّيْلِ. artinya tidur di malam hari
- Mengandung ma'na  لام yaitu
إذا كَانَ المُضَافُ مَمْلُوْكًا بالمُضَافِ إليْهِ
Contoh : ثوب زيدٍ. artinya baju milik zaid.

Nadzom Alfiyyah:

وَالثانِيَ اجْرُرْ وَانوِ مِنْ أوْ فِيْ إذا     *    لَمْ يَصْلُحْ إلاَّ ذاكَ وَاللاَّمَ خُذا
Dan jerkanlah mudhof ileh dengan meniati salahsatu dari ma'na min, fi, dan lam.

Idhofah Mahdoh ada 3 :
- Idhofah yang mentaqdirkan salah satu ma'na yang dijelaskan diatas.
- Idhofahnya masdar terhadap ma'mulnya.
Contoh : عَجِبْتُ مِنْ ضَرْبِ زَيْدٍ عَمْرًا
- Idhofahnya isim fail terhadap maf'ulnya yang tidak beramal.
Contoh : ضارب زيد امس

Tujuan Idhofah mahdoh adalah Takhsis dan ta'rif.

B. Idhofah Ghoir Mahdoh (Lafdzi):
Tujuan Idhofah ghoir mahdoh adalah Takhfif, yaitu agar mudah dalam pembacaannya.

Ciri-ciri Idhofah ghoir mahdhoh ada 2, yaitu :
- Ketika mudhofnya berupa isim sifat dan mudhof ilehnya berupa ma'mul dari isim sifat
- Ketika mudhof ilehnya satu ma'na dengan mudhof.

Nadzom Alfiyyah,

وَإنْ يُشَابِهِ المُضَافُ يَفعَلُ * وَصْفاً فعَنْ تَنْكِيْرِهِ لاَ يُعْزَلُ
كَرُبَّ رَجِيْنَا عَظِيْمِ  الأمَلِ * مُرَوَّعِ  القلبِ  قَلِيْلِ  الحِيَلِ
.
Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله  termasuk idhofah mahdoh yang tujuannya adalah ta'rif. Disisi lain, alif lam juga berfaidah ta'rif. Maka, dalam ma'na antara alif lam dan idhofah juga sama. Alif lam mempunyai 4 ma'na, begitu pula Idofahnya lafadz اسْمِ terhadap lafadz الله mempunyai 4 ma'na, yaitu :

1. Lilbayan (للبيان), taqdirnya:
بسم الله أي بسم هو الله
2. Liljinsi (للجنس), taqdirnya:
بسم الله أي بجنس اسماء الله
3. Istighroq lijami'il afrodi (استغراق ولجميع الأفراد), taqdirnya:
أي بكل اسم من اسماء الله
4. Istighroq lib'adil afrodi (استغراق لبعض الافراد), taqdirnya:
أي ببعض اسم من اسماء الله

Selanjutnya adalah pembahasan mengenai Tarkibnya lafadz  الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ.

_______________________________

Mabahits Basmalah (Tarkibnya lafadz الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ).
Tarkib Lafadz  الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ adalah sifat/na’at dari lafadz Allah. الرَّحْمَنِ merupakan sifat yang pertama, الرَّحِيْمِ merupakan sifat yang kedua.

Hukum pada sifat ada 2 :

1. Wajib itba’ (Mengikuti), maksudnya :
- Apabila maushuf rofa, maka sifat juga harus rofa
- Apabila maushuf nashob, maka sifat juga harus nashob
- Apabila maushuf jer, maka sifat juga harus jer

Tempat wajib itba adalah ketika mausuf ( yang disifati) butuh untuk disifati.

Lafadz  الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ tidak wajib itba’ terhadap lafadz Allah, karena Allah pada hakikatnya tidak butuh untuk disifati. Namun, kitalah yang menyifatinya sebagai rasa penghambaan kita kepada-Nya.

Syekh Ibnu Malik bernadzom:

وإنْ نُعُوْتٌ كثُرَتْ وَقَدْ تَلَتْ    *     مُفْتَقِرًا لِذِكْرِهِنَّ أُتْبِعَتْ
.
2. Boleh itba’ (Mengikuti), boleh Qotho’ (Putus)

Tempatnya adalah ketika mausuf butuh untuk disifati

Syekh Ibnu Malik dalam Nadzomnya :

وَاقْطَعْ أوْ أتْبِعْ إنْ يَكُنْ مُعَيّنَا   *    بِدُوْنِهَا أوْ بَعْضَهَا اقْطَعْ مُعْلِنَا
.
Dikarenakan lafadz Allah tidak butuh untuk disifati, maka lafadz  الرَّحْمَنِ dan الرَّحِيْمِ boleh itba dan boleh qotho’.

I’rob untuk Qotho ada 2 :

1. Rofa’, dibaca بسم الله الرّحمنُ الرّحيمُ, tarkibnya الرَّحْمَنُ dan الرَّحِيْمُ adalah menjadi khobar dari mubtada yang dibuang, taqdirnya
بسم الله هو الرحمنُ هو الحيمُ

Dalam Alfiyyah dinadzomkan,

وَحَذْفُ مَا يُعْلَم ُجَائِزٌ كَمَا     *    تَقُوْلُ زُيْدٌ بَعْدَ مَنْ عِنْدَ كُماَ
“Boleh hukumnya untuk membuang mubtada, contohnya kalimat زُيْدٌ setelah ditanyakan مَنْ عِنْدَ كُماَ.”

2. Nashob, dibaca بسم الله الرّحمٰنَ الرحيمَ , tarkibnya الرَّحْمَنَ dan الرَّحِيْمَ adalah menjadi maf’ul bih dari fiil dan fail yang dibuang, taqdirnya
بسم الله أمدح الرّحمنَ أمدح الرحيمَ

Alfiyyah menjelaskan:


وَيُحْذَفُ نَاصِبُهَا إنْ عُلِمَا      *      وَقَدْ يَكُوْنُ حَذْفُهُ مُلْتَزَمَا
"Terkadang diperbolehkan bagi kita untuk membuang fiil dan fail dari sebuah maf’ul bih."

Nadzom Alfiyyah tentang pembagian i'rob qotho',

وَارْفَعْ أوِ انْصِبْ إنْ قَطَعْتَ مُضْمِرَا    *     مُبْتَدَأ أوْ نَاصِبًا لَنْ يَظْهَرَا
“Rofakanlah atau Nashobkanlah apabila dalam keaadaan qotho dengan mentaqdirkan mubtada dan Fiil fail,”

Qotho terbagi 2 :

1. Qoth’ul Jam’i, menghasilkan 4 bentuk pembacaan
2. Qoth’ul Ba’dli, menghasilkan 4 bentuk pembacaan

Jadi, cara pembacaan secara keseluruhan klasifikasi terdapat 9 bentuk, yaitu :

1. Qoth’ul Jam’i (4 bentuk)  :

بسم الله الرّحمنُ الرّحيمُ

بسم الله الرّحمنُ الرّحيمَ

بسم الله الرّحمنَ الرحيمَ

بسم الله الرّحمنَ الرحيمُ
.
2. Qoth’ul Ba’dli (4 bentuk)  :

بسم الله الرّحمنِ الرّحيمُ

بسم الله الرّحمنِ الرّحيمَ

بسم الله الرّحمنَ الرّحيمِ

بسم الله الرّحمنُ الرّحيمِ
.
3. Wajib Ithba’ (1 bentuk), yaitu

بسم الله الرّحمنِ الرّحيمِ
.
Namun, ada dua bentuk pembacaan yang tidak perbolehkan. Tempatnya adalah Ketika itba’ setelah Qotho’, yaitu :

بسم الله الرّحمنَ الرّحيمِ
بسم الله الرّحمنُ الرّحيمِ
.
Hal ini disebabkan sebuah qowaid menyatakan :

لا يجوز الفصل بين العامل ومعموله بأجنبيّ
Amil dan ma’mul tidak boleh terpisah oleh bentuk-bentuk ajnabi ( jumlah, dkk)

Nadzom :

إن يُنْصَبِ الرّحْمنُ أوْ يُرْتَفعَ      *    فَالجَرّ فِى الرّحيم ِقطعاً مُنِعاَ
     
وَإنْ يُجَرّ فَأجِزْ فِى الثـَّانِى        *     ثَلاَثةَ الأوْجُهِ خُذ بَيَانِى

وَجْهاَنِ مِنها فادْرِ هذا واستمع    *     فهذه تضمّنت تسعاً مُنِعْ

_________________________________________

Demikian penjelasan mengenai Lafadz بسم الله الرحمن الرحيم , semoga bermanfaat.....

Selanjutnya in syaa Allah akan dibahas mengenai mabadi ilmu nahwu.

Selasa, 21 November 2017

Manfaat Buah Semangka

Dalam At-Tadzkiroh Imam Al-Qurtubi, menuliskan :

قلت : و رأيت بخط الفقيه الإمام المحدث أبي الحسن علي بن خلف الكوفي أبي شيخنا أبي القاسم عبد الله و حدث حديثا عليه سماع جماعة على أبي الفرج محمد بن أبي حاتم محمود بن أبي الحسن القزويني في ربيع الأول سنة ثمان و تسعين و أربعمائة قال : [ حدثنا أبو جعفر محمد بن زيد الجعفري في شوال سنة ثمان و ثلاثين و أربعمائة قال : حدثنا أبي قال : حدثنا يحيى بن الحسين الحسيني قال : حدثنا عقيل بن سمرة حدثنا علي ابن حماد الغازي حدثنا عباس ابن أحمد قال : حدثنا أبو بكر بن عياش عن أبي إسحاق عن عاصم بن ضمرة عن علي رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : يا علي فكهوا بالبطيخ و عظموه فإن ماءه من الجنة و حلاوته من حلاوة الجنة و ما من عبد أكل منها لقمة إلا أدخل الله جوفه سبعين دواء و أخرج منه سبعين داء و كتب الله له بكل لقمة عشر حسنات و محا عنه عشر سيئات و رفع له عشر درجات ثم تلا رسول الله صلى الله عليه و سلم { و أنبتنا عليه شجرة من يقطين } ] قال : الدباء و البطيخ من الجنة
Ulama ahli hadits terkemuka Abul hasan ali bin khalaf al-Khufi dari abul qasim abdullah, dari Abil faraj muhammad bin abu hatim mahmud bin husain al-Qazwaini dari Abu ja'far muhammad bin zaid al-Ja'fari dari ayahnya, dari Yahya bin husain dari Aqil bin samurah dari Ali bin hammad al-Ghazi dari Abbas bin ahmad dari Abu bakar bin Iyasy dari Abu ishak, dari Ashim bin dhamurah Dari 'Aliy ra, Bahwa Rasuulullaah shallallaahu 'alayhi bersabda: “Yaa 'Aliy, rajinlah memakan buah semangka karena airnya dari surga, dan rasa manisnya adalah rasa manis surga, setiap hamba yang memakan satu suap saja buah ini, Allaah memasukkan ke dalam perutnya 70 macam obat dan mengeluarkan dari perutnya 70 macam penyakit, untuk satu suap Allaah mencatat untuknya 10 kebajikan dan menghapus darinya 10 keburukan(kejahatan) dan mengangkat(nya) 10 derajat”. Kemudian Rasuulullaah shallallaahu 'alayhi wa sallam membaca firman Allaah Surah Ash-Shaaffaat ayat 146: “Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu” beliau bersabda: Labu dan Semangka adalah buah dari SURGA.

Nasihat Imam Ghozali bagi penuntut ilmu


Dalam Muqaddimah Kitab Bidayatul Hidayah (halaman 1), Imam Ghazali menjelaskan :

فاعلم أيها الحريص المقبل على اقتباس العلم، المظهر من نفسه صدق الرغبة، وفرط التعطش إليه.. أنك إن كنت تقصد بالعلم المنافسة، والمباهاة، والتقدم على الأقران، واستمالة وجوه الناس إليك، وجمع حطام الدنيا؛ فأنت ساع في هدم دينك، وإهلاك نفسك، وبيع آخرتك بدنياك؛ فصفقتك خاسرة، وتجارتك بائرة، ومعلمك معين لك على عصيانك، وشريك لك في خسرانك، وهو كبائع سيف لقاطع طريق، كما قال صلى الله عليه وسلم: (من أعان على معصية ولو بشطر كلمة كان شريكا فيها).
Ketahuilah wahai manusia yang ingin mendapat curahan ilmu, yang betul-betul berharap dan sangat haus kepadanya, bahwa jika engkau menuntut ilmu guna bersaing, berbangga, mengalahkan teman sejawat, meraih simpati orang, dan mengharap dunia, maka sesungguhnya engkau sedang berusaha menghancurkan agamamu, membinasakan dirimu, dan menjual akhirat dengan dunia. Dengan demikian, engkau mengalami kegagalan, perdaganganmu merugi, dan gurumu telah membantumu dalam berbuat maksiat serta menjadi sekutumu dalam kerugian tersebut. Gurumu itu seperti orang yang menjual pedang bagi perompak jalanan, sebagaimana Rasul saw. bersabda, "Siapa yang membantu terwujudnya perbuatan maksiat walaupun hanya dengan sepenggal kata, ia sudah menjadi sekutu baginya dalam per­buatan tersebut."

وإن كانت نيتك وقصدك، بينك وبين الله تعالى، من طلب العلم: الهداية دون مجرد الرواية؛ فأبشر؛ فإن الملائكة تبسط لك أجنحتها إذا مشيت، وحيتان البحر تستغفر لك إذا سعيت. ولكن ينبغي لك أن تعلم، قبل كل شيء، أن الهداية التي هي ثمرة العلم لها بداية ونهاية، وظاهر وباطن، ولا وصول إلى نهايتها إلا بعد إحكام بدايتها، ولا عثور على باطنها إلا بعد الوقوف على ظاهرها.
Jika niat dan maksudmu dalam menuntut ilmu un­tuk mendapat hidayah, bukan sekadar mengetahui riwa­yat, maka bergembiralah. Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya untukmu saat engkau ber­jalan dan ikan-ikan paus di laut memintakan ampunan bagimu manakala engkau berusaha. Tapi, engkau harus tahu sebelumnya bahwa hidayah merupakan buah dari ilmu pengetahuan. Hidayah memiliki permulaan dan akhir serta aspek lahir dan batin. Untuk mencapai titik akhir tersebut, permulaannya harus tersusun rapi. Be­gitu pula, untuk menyingkap aspek batinnya, harus di­ketahui terlebih dahulu aspek lahirnya.

وهأنا مشير عليك ببداية الهداية؛ لتجرب بها نفسك، وتمتحن بها قلبك، فإن صادفت قلبك إليها مائلا، ونفسك بها مطاوعة، ولها قابلة؛ فدونك التطلع إلى النهايات والتغلغل في بحار العلوم.
Oleh karena itu, di sini akan aku tunjukkan padamu permulaan dari sebuah hidayah agar engkau bisa men­coba dirimu dan menguji hatimu. Apabila engkau men­dapati hatimu condong pada hidayah tersebut lalu di­rimu berusaha untuk menggapainya, maka setelah itu engkau bisa melihat perjalanan akhir darinya yang me­laju dalam lautan ilmu.

وإن صادفت قلبك عند مواجهتك إياها بها مسوفا، وبالعمل بمقتضاها مماطلا؛ فاعلم أن نفسك المائلة إلى طلب العلم هي النفس الأمارة بالسوء، وقد انتهضت مطيعة للشيطان اللعين ليدليك بحبل غروره؛ فيستدرجك بمكيدته إلى غمرة الهلاك، وقصده أن يروج عليك الشر في معرض الخير حتى يلحقك (بِالأخسَرينَ أَعمالاً، الَّذين ضَلَ سَعيُهُم في الحَياةِ الدُنيا وَهُم يَحسَبونَ أَنَّهُم يُحسِنونَ صُنعا). وعند ذلك يتلو عليك الشيطان فضل العلم ودرجة العلماء، وما ورد فيه من الأخبار والآثار. ويلهيك عن قوله صلى الله عليه وسلم: (من ازداد علما ولم يزدد هدى، لم يزدد من الله إلا بعدا)، وعن قوله صلى الله عليه وسلم: (أشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لم ينفعه الله بعلمه)
Sebaliknya, jika engkau men­dapati hatimu berat dan lengah dalam mengamalkan apa yang menjadi konsekuensinya, ketahuilah bahwa jiwa yang mendorongmu untuk menuntut ilmu tersebut adalah jiwa al-ammaarah bi as-su' (yang memerintahkan pada keburukan). Jiwa tersebut bangkit karena taat ke­pada setan terkutuk untuk dijerat dengan tali tipuannya. Ia terus memberikan tipudayanya kepadamu sampai engkau betul-betul binasa. Ia ingin agar engkau mem­perbanyak kejahatan dalam bentuk kebaikan sehingga ia bisa memasukkanmu dalam kelompok orang yang me­rugi dalam amalnya. Yaitu, mereka yang sesat di dunia ini, yang mengira bahwa mereka telah melakukan suatu perbuatan baik. Saat itu setan menceritakan padamu tentang keutamaan ilmu, derajat para ulama, serta berba­gai riwayat di seputarnya. Namun, setan tersebut membuatmu lalai dari sabda Nabi saw., "Siapa yang ber­tambah ilmu, tapi tidak bertambah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari Allah." Juga dari sabda Nabi saw. yang berbunyi, "Orang yang paling keras siksanya di hari kiamat, adalah orang alim yang ilmunya tak Allah berikan manfaat padanya."

وكان صلى الله عليه وسلم يقول: (اللهم إنى أعوذ بك من علم لا ينفع، وقلب لا يخشع، وعمل لا يرفع، ودعاء لا يسمع).
Nabi saw. berdoa:
Allahumma innii a'udzubika min 'ilmi laa yanfa'u wa qalbin laa yakhsya' wa 'amalin laa yurfa'u wa du'ain laa yusma'u

"Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari amal yang tak diterima, dan dari doa yang tak didengar."

وعن قوله صلى الله عليه وسلم: (مررت ليلة أسرى بي بأقوام تقرض شفاههم بمقارض من نار، فقلت: من أنتم? قالوا: كنا نأمر بالخير ولا نأتيه وننهى عن الشر ونأتيه).
فإياك يا مسكين أن تذعن لتزويره فيدليك بحبل غروره، فويل للجاهل حيث لم يتعلم مرة واحدة، وويل للعالم حيث لم يعمل بما عمل ألف مرة.
Sabda Nabi saw., "Di malam aku melakukan Israk, aku melewati sekelompok kaum yang bibir mereka digun­ting dengan gunting api neraka. Lalu aku bertanya, 'Sia­pa kalian?' Mereka menjawab, 'Kami adalah orang-orang yang memerintahkan kebaikan tapi tidak melakukan­nya, dan mencegah keburukan tapi kami sendiri me­ngerjakannya!"

Oleh karena itu, jangan engkau serahkan dirimu untuk ­diperdaya oleh jerat tipuannya. Maka neraka Wayl bagi orang bodoh, karena ia tidak belajar satu kali. Dan juga neraka Wayl bagi orang alim yang tak mengamalkan ilmunya seribu kali!

Sabtu, 18 November 2017

KEUTAMAAN ILMU

تَعَلَّمْ فَاِنَّ اْلعِلْمَ زَيْنٌ لأَهْلِهِ # وَفَضْلٌ وَعِنْوَانٌ لِكُلِّ الْمَحَامِِدِ

Belajarlah, ilmu adalah perhisan indah bagi pemiliknya, dan keutamaan baginya serta tanda setiap hal yang terpuji

keterangan :

Dalam kitab تعليم المتعلم di jelaskan

وشرف العلم لايخفى على أحد إذ هو المختص بالإنسانية لأن جميع الخصال سوى العلم، يشترك فيها الإنسان وسائر الحيوانات: كالشجاعة والجراءة والقوة والجود والشفقة وغيرها سوى العلم.
Tidak seorang pun yang meragukan akan pentingnya ilmu pengetahuan, karena ilmu itu khusus dimiliki umat manusia. Adapun selain ilmu, itu bisa dimiliki manusia dan bisa dimiliki binatang, seperti keberanian, penakut, kuat, belas kasihan, lemah lembut dan lain-lain selain ilmu.

وبه أظهر الله تعالى فضل آدم عليه السلام على الملائكة، وأمرهم بالسجود له.
Dengan ilmu pengetahuan
Allah Ta’ala mengangkat derajat Nabi Adam as. Diatas para malaikat. Oleh karena itu, malaikat di perintah oleh Allah agar sujud kepada Nabi Adam as.

وإنما شرف العلم بكونه وسيلة الى البر والتقوى، الذى يستحق بها المرء الكرامة عند الله، والسعادة والأبدية، كما قيل لمحمد بن الحسن رحمة الله عليهما شعرا: تعـلـم فــإن الـعلـم زيـن لأهــلــه وفــضـل وعــنـوان لـكـل مـــحامـد
Ilmu itu sangat penting karena itu sebagai perantara (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi. Sebagaimana dikatakan Syeh Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya di atas.

Seorang dokter menjadi bermanfaat  untuk orang lain karena ia punya ilmu. Guru juga menjadi orang yang bermanfaat  karena ilmu. Semakin mulia ilmu yang di miliki maka semakin terhias pemiliknya jauh dari kesesatan dan kesalahan.

Apalagi Ilmu agama. Imam ‘Abdullah al-Haddad RA, Menyebut di dalam kitabnya Risaalah al-Mu`aawanah :

واعلم أن من عبد الله بغير علم كان الضرر العائد عليه بسبب عبادته أكثر من النفع الحاصل له بها. وكم من عابد قد أتعب نفسه في العبادة و هو مع ذلك مصر على معصية يرى انها طاعة او انها غير معصية
Dan ketahuilah bahwasanya seseorang yang beribadat kepada Allah tanpa ilmu, maka kemudharatan yang kembali kepadanya sebab ibadatnya itu lebih banyak daripada manfaat yang terhasil baginya. Berapa ramai ahli ibadat yang memenatkan dirinya dalam ibadat sedangkan dia sebenarnya atas maksiat padahal dia beranggapan apa yang dilakukannya adalah ketaatan atau bukannya maksiat…..”

Ilmu sangat mulia. Ilmu adalah permata . Makanya sudah seyogyanya orang yang mencari ilmu. Mulai dari kecil hingga dewasa seseorang wajib di tuntut untuk mencari ilmu.

Karna tidak mungkin mengerjakan sesuatu tanpa ada ilmu. Dalam hidup di eraglobalisasi ini semua hebat dengan ilmu. Ilmu merupakan sesuatu yang di cari oleh semua manusia. manusia di katakan sebagai makhluk paling mulia di muka bumi ini, bukan karena kekuatannya karena kalah dengan gajah, bukan karena kebagusan fisiknya karena ada yang lebih bagus dari manusia, tapi karena manusia mempunyai ilmu dimana dengan ilmu ini manusia bisa manjadi kuat melebihi gajah, dan karena ilmu inilah para malaikat di perintahkan bersujud kepada Nabi Adam as, dan karena ilmu inilah manusia diciptakan untuk menjadi kholifah di bumi Allah subhanahu wa taala, maka dari itu manusia wajib mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan setinggi-tingginya, oleh karenanya Nabi bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Mencari ilmu sangat wajib atas setiap muslim laki-laki dan perempuan

Ilmu juga adalah anugerah dari Allah subhanahu wa taala yang di berikan kepada hambanya yang di kehendaki baik, seperti kata Nabi :

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
Barang siapa di kehendaki Allah menjadi orang yang baik maka di fahamkanlah dia tentang agama

Dan ilmu juga adalah pertanda bahwa pemiliknya adalah orang-orang yang akan bisa memiliki hal-hal yang terpuji, maka ketika Nabi Sulaiman diberi pilihan memilih satu dari tiga hal harta, tahta dan ilmu beliau memilih ilmu, karena beliau tahu bahwa dengan ilmu beliau akan mendapatkan hal-hal lain selain ilmu tersebut, terbukti dengan memilih ilmu beliau medapatkan tahta yang tidak mungkin ada yang menyamainya sampai akhir dunia dan juga harta berlimpah yang tiada tara.

Ilmu juga adalah penuntun manusia untuk menjadi manusia seutuhnya, manusia yang mengetahui bahwa dirinya adalah hamba Allah subhanahu wa taala, hamba yang dengan suka cita beribadah kepada tuhannya,hamba yang mengetahui kelemahan dan ketakberdayaanya hingga tidak akan berlaku sombong dan dosa, ilmulah yang akan menuntunnya kegerbang pintu surga, Sang Nabi berkata :

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ
Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga

Sebagian Ahli Hikmah berkata :

العلم بغير عمل ذنب كبير - والعمل بغير علم ضلال شديد
والعمل مع العلم نور على نور – فطوبى للذي على هذين
Ilmu tanpa amal, dosa besar, manakala ‘amal tanpa ilmu, kesesatan yang amat sangat. Dan ‘amal yang disertai ilmu itu adalah cahaya diatas cahaya. Maka beruntunglah bagi mereka yang memadukan keduanya (ilmu dan ‘amal)”.

Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ ما فيها إلا ذِكْرُ اللَّهِ وما وَالَاهُ وَعَالِمٌ أو مُتَعَلِّمٌ
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada Allah dan amalan-amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang belajar.”
(HR.Tirmidzi (2322),

Banyak sekali keutama'an " bagi seseorang yang mau menuntut ilmu. sperti yang di bahas dalam bebrapa hadis di bawah ini.

قال النبي صلى الله عليه وسلم لابن مسعود رضي الله عنه: يَا ابْنَ مَسْعُوْدٍ، جُلُوْسُكَ سَاعَةً فِيْ مَجْلِسِ العِلْمِ، لاَ تَمَسُ قَلَماً، وَلاَ تَكْتُبُ حَرْفًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ عِتْقِ أَلْفِ رَقَبَةٍ، وَنَظَرُكَ إِلىَ وَجْهِ العَالِمِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَلْفِ فَرَسٍ تَصَدَّقْتَ بِهَا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، وَسَلاَمُكَ عَلىَ العَالِمِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ عِبَادَةِ أَلْفِ سَنَةٍ
Nabi saww. bersabda kepada Abdullah bin Mas’ud ra.:  “Hai Ibnu Mas’ud, dudukmu satu jam di majlis ilmu engkau tidak menyentuh pulpen dan tidak menulis satu huruf saja, adalah lebih baik bagimu daripada memerdekakan seribu budak, dan memandangmu pada muka orang alim, adalah lebih baik bagimu dari pada bersedekah seribu kuda di jalan Allah, dan salammu kepada orang alim adalah lebih baik daripada beribadah seribu tahun.” (Kitab Lubabul Hadits)

وقال صلى الله عليه وسلم: من انتقل ليتعلم علما غفر له قبل أن يخطو
Nabi saw. bersabda : “Barangsiapa berpindah (pergi untuk) menuntut ilmu maka dosanya diampuni sebelum ia melangkah.” (Kitab Lubabul Hadits)

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ تَعَلَّمَ بَابًا مِنَ العِلْمِ، يَعْمَلُ بهِ أوْ لَمْ يَعْمَلْ بهِ كَانَ أَفْضَلَ مِنْ أَنْ يُصَلِّي أَلْفَ رَكْعَةٍ تَطَوُّعًا
Nabi saw. bersabda : “Barangsiapa yang mempelajari satu bab dari ilmu yang diamalkan, adalah lebih utama daripada melakukan shalat sunnah seribu roka’at.” (Kitab Lubabul Hadits)

وعن عمر بن الخطاب قال: سمعت رسول الله يقول: مَنْ مَشَى إلى حَلْقَةِ عالمٍ كانَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ مائَةُ حَسَنَةٍ، فإذَا جَلَسَ عِنْدَهُ وَاسْتَمَعَ ما يَقُولُ كانَ لَهُ بِكُلِّ كَلِمَةٍ حَسَنةٌ. كذا ذكره النووي في رياض الصالحين
Dari sahabat Umar bin Khoththob ra. berkata : Aku telah mendengar Rasulullah saww. bersabda : “Barangsiapa berjalan (pergi) ke saresehan (majlis pengajian) orang alim, ia memperoleh pahala setiap satu langkah seratus kebaikan, apabila ia duduk di sisinya dan mendengarkan apa yang diajarkannya, maka baginya berpahala dari setiap kalimatnya satu kebaikan.” Demikian disebutkan Imam An Nawawi dalam Riyadhush Sholihin. (Kitab Tanqihul Qaul)

والخطيب عن عثمان رضي الله عنه: أوّلُ مَنْ يَشْفَعُ يَوْمَ القِيَامَةِ الأنْبِيَاءُ ثُمَّ العُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ
Usman ra. berkata: Nabi Muhammad saw. bersabda : “Pertama yang dapat memberikan syafa’atnya para Nabi, kemudian para Ulama’ (orang-orang yang berilmu agama) kemudian para syuhada (orang-orang yang mati syahid).” (HR. Al Khatib)

والطبراني والبيهقي عن أبي هريرة: مَا عُبِدَ الله بِشَيْءً أَفْضَلَ مِنَ الفِقِه فِي الدِّينِ، وَلَفَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ، وَلِكُلِّ شَيْءٍعِمَادٌ وَعِمَادُ هاذا الدِّينِ الفِقْهُ
Dari Abu Harairah ra. berkata: Nabi saw. bersabda : “Tidak ada amal yang lebih utama untuk beribadat kepada Allah seperti fiqih (pengertian) dalam agama dan orang yang faqih (pandai benar) dalam agama lebih berat terhadap syaitan dari seribu ahli ibadat dan setiap sesuatu ada tiang sendinya sedang tiang sendi agama ialah fiqih.” (HR. Ath Thabarani dan Al Baihaqi, Kitab Irsyadul ‘Ibad)

وأحمد عن معاذ: لأنَ يَهْدِي الله وبِكَرَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنَ الدُّنْيا وَمَا فِيها
Mu’adz ra. berkata: Nabi saw. bersabda : “Apabila Allah memberi hidayat pada seseorang disebabkan karena ajaranmu, maka lebih baik bagimu daripada mendapat dunia dan seisinya.” (HR. Ahmad)

والديلمي عن ابن عباس: طَلَبُ العِلْمِ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ وَطَلَبُ العِلْمِ يَوْماً خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ ثَلاثَةِ أَشْهُرٍ
Ibnu Abbas ra. berkata : “Menuntut Ilmu sesaat (satu jam) lebih baik dari bangun ibadat satu malam, dan menuntut ilmu sehari lebih baik dari pada puasa tiga bulan.” (R. Ad Dailami, Kitab Irsyadul ‘Ibad)

والترمذي عن سَنْجَرَةَ: مَنْ طَلَبَ العِلْمَ كَانَ كَفَّارَةً لِمَا مَضَى
Sakhbarah ra. berkata : “Barangsiapa yang menuntut ilmu maka menjadi penebus dosa-dosa yang telah lalu.” (R. At Tirmidzi, Kitab Irsyadul ‘Ibad)

Masih banyak sekali hadis hadis yang membahas tentang keutama'an menuntut ilmu. Semoga kajian yang singkat ini bisa memotifasi kita semua dalam memuntut ilmu di dunia yang fana ini.

Ayo ngaji. Ayo tuntut ilmu, ayo mondok. Hadiri majelis-majelis ta’lim dan dzikir dilingkungan kita karena begitu besarnya manfaat, anugrah, keutamaan dan kemuliaan duduk didalamnya.

والله اعلم بالصواب

Jumat, 17 November 2017

TEKA-TEKI NAHWU SHOROF

Ki Zaed dikenal sebagai santri yang jabrig pemikirannya. Suatu ketika di pesantren tempat ia mengaji, ada dua orang santri yang sedang berdebat tentang masalah ilmu nahwu dan shorof. Keduanya saling unjuk kemampuan dan saling mempertahankan argumennya masing-masing.....

Ki Zaed yang saat itu merasa risih dan terganggu dengan kedua santri tersebut, yang keduanya malah saling ribut, saling keras kepala, dan merasa paling jago dalam hal ilmu nahwu dan shorof lantas mendatangi keduanya.....

"Ada apa ini, mang?" Tanya Ki Zaed nimbrung.

Saat ditanya demikian, kedua santri tersebut malah saling menyalahkan dan merasa masing-masingnya adalah yang paling benar. Melihat hal tersebut, Ki Zaed langsung nyeletuk dengan ide jabrignya...

"Gini aja, biar ketahuan siapa yang paling jago dalam ilmu nahwu dan shorofnya, coba saya kasih tes sederhana," ujarnya sambil menuliskan sesuatu pada secarik kertas.

"Nih gampang, coba baca, difahami, ditarkib, lantas dimaknai dan diartikan sesuai kaidah ilmu nahwu dan shorof!" Katanya lagi sambil menyodorkan tulisan tersebut.

Entah kenapa, kedua santri itu saling mengerutkan dahi ketika mereka melihat tulisan yang tertera di kertas. Mereka seperti merasa kesulitan dan kebingungan memecahkan tes yang diajukan oleh Ki Zaed. Pedahal isi tulisan tersebut hanya:

"من من من من من من منه"

Setelah cukup lama berfikir, satu santri membacanya, "man man man man man man minhu". Sedangkan yang satunya lagi membaca, "min min min min min min minhu". Keduanya buntu untuk sekedar mentarkib bahkan memaknai jumlah (kalimat) yang tersusun dari huruf mim dan nuun tersebut....

Hingga akhirnya Ki Zaed hanya bisa ngupil melihat keduanya yang sekarang malah nampak berkeringat dingin dengan muka hijau pucat....

Maka dijelaskanlah oleh Ki Zaed dengan sangat sederhana.

١. مَنْ
Dibaca: "man", merupakan isim syarat, mahal nya raf'a berkedudukan menjadi mubtada, memiliki arti "barang siapa"

٢. مَنَّ
Fiil madli dari kata "Manna yamunnu (tsulasy mujarrod bab awal dari bina mudho'af) mempunyai arti "Memberi", kedudukan jumlah kalimat Fi'il dan fail nya mahal raf'a jadi khobar mubtada, kira-kira kalau di irob begini.....
من فعل ماض مبني للفاعل والفاعل ضمير مستتر فيه جوازا تقدره هو يعود على مَنْ والجملة من الفعل والفاعل في محل رفع خبر المبتدأ

٣. مِنْ
Dibaca: "min", merupakan huruf jar

٤. مَنٍّ
Dibaca: "mannin", merupakan mashdar dari manna-yamunnu, berkedudukan menjadi majrur, memiliki arti "pemberian". Dan kedudukan jumlah (jar+majrur) mahal nashob menjadi maf'ul bih dari lafadz مَنَّ

٥. مُنَّ
Dibaca: "munna", merupakan fiil madli mabni majhul, naib fail nya mustatir yaitu lafadz هو dengan ruju' kepada  marj'i nya yaitu lafadz "man"...... kedudukan jumlah Fi'il dan naib fa'il nya mahal jazem menjadi jawab syarat ''man", memiliki arti "maka diberi".

٦. مِنْ
Dibaca: "min", merupakan huruf jar yang bermakna sababiyyah

٧. مَنٍّ
Dibaca: "mannin", merupakan mashdar dari manna-yamunnu, berkedudukan menjadi majrur sekaligus mudhaf, memiliki arti "pemberian"

٨. هِ
Dibaca: "hi", merupakan isim dlamir (kata ganti) bariz muttashil majrur, berkedudukan menjadi mudhaf ilaih, memiliki arti "nya/dia" dengan ruju' pada marj'i nya yaitu "man"

Hasilnya:
مَنْ مَنَّ مِنْ مَنٍّ مُنَّ مِنْ مَنِّهِ
man manna min mannin munna min mannihi
"Barang siapa memberi suatu pemberian maka ia akan diberi dari sebab pemberiannya"

Maksudnya, bila kita memberi sesuatu pada seseorang dengan ikhlas, maka kita secara tidak langsung akan mendapat pemberian dari apa yang telah kita beri, baik berupa pahala, atau hal lain yang sifatnya balasan atas kebaikan kita.

والله اعلم

Selasa, 14 November 2017

RENUNGAN QOLBU

النفس تبكي
Jiwa yang menangis

النَّفْسُ تَبْكِي عَلَى الدُّنْيَا وَقَدْ عَلِمْتَ...أَنَّ السَّلاَمَةَ فِيْهَا تَرْكُ مَا فِيْهَا
Jiwa menangis karena perkara dunia (yang terluput) padahal jiwa tersebut mengetahui bahwa keselamatan adalah dengan meninggalkan perkara-perkara dunia (tidak mencintainya)

لاَ دَارَ لِلْمَرْءِ بَعْدَ الْمَوْتِ يَسْكُنُهَا...إِلاَّ الَّتِي كَانَ قَبْلَ الْمَوْتِ يَبْنِيْهَا
Tidak ada rumah bagi seseorang untuk ditempati setelah kematian, kecuali rumah yang ia bangun sebelum matinya

فَإِنْ بَنَاهَا بِخَيْرٍ طَابَ مَسْكَنُهُ...وَإِنْ بَنَاهَا بِشَرٍّ خَابَ بَانِيْهَا
Jika ia membangun rumahnya (sebelum mati) dengan amalan kebaikan maka tempat tinggalnya juga baik (setelah mati). Jika dia bangun dengan keburukan (sebelum mati) maka si pembangun akan merugi (setelah mati)

أَمْوَالُنَا لِذَوِي الْمِيْرَاثِ نَجْمَعُهَا...وَدُوْرُنَا لِخَرَابِ الدَّهْرِ نَبْنِيْهَا
Harta kita yang kita kumpulkan adalah milik ahli waris kita, dan rumah-rumah yang kita bangun akan rusak dimakan waktu

كَمْ مِنْ مَدَائِنَ فِي الآفَاقِ قَدْ بُنِيَتْ...أَمْسَتْ خَرَابًا وَأَفْنَى الْمَوْتُ أَهْلِيْهَا
Betapa banyak kota (megah) dipenjuru dunia telah dibangun, namun akhirnya rusak dan runtuh, dan kematian telah menyirnakan para penghuninya

أَيْنَ الْمُلُوْكُ الَّتِي كَانَتْ مُسَلْطِنَةً...حَتَّى سَقَاهَا بِكَأْسِ الْمَوْتِ سَاقِيْهَا
Dimanakah para raja dan pimpinan yang dahulu berkuasa? Agar mereka bisa meneguk cangkir kematian

لاَ تَرْكَنَنَّ إِلَى الدُّنْيَا فَالْمَوْتُ...لاَ شَكَّ يُفْنِيْنَا وَيُفْنِيْهَا
Janganlah engkau condong kepada dunia, karena tidak diragukan lagi bahwa kematian pasti akan membuat dunia sirna dan membuat kitapun fana

وَاعْمَلْ لِدَارٍ غَدًا رَضْوَانٌ خَازِنُهَا...وَالْجَارُ أَحْمَدُ وَالرَّحْمَنُ بَانِيْهَا
Hendaknya engkau beramal untuk rumah masa depan yang isinya adalah keridoan Allah, dan tetanggamu adalah Nabi Muhammad serta yang membangunnya adalah Ar-Rohman (Allah yang maha penyayang)

قُصُوْرُهَا ذَهَبٌ وَالْمِسْكُ طِيْنَتُهَا...وَالزَّعْفَرَانُ حَشِيْشٌ نَابَتَ فِيْهَا
Bangunannya terbuat dari emas, dan tanahnya menghembuskan harumnya misik serta za'faron adalah rerumputan yang tumbuh di tanah tersebut

أَنْهَارُهَا لَبِنٌ مُصَفَّى وَمِنْ عَسَلٍ...وَالْخَمْرُ يَجْرِي رَحِيْقًا فِي مَجَارِيْهَا
Sungai-sungainya adalah air susu yang murni jernih, madu dan khomr, yang mengalir dengan bau yang semerbak

وَالطَّيْرُ تَشْدُو عَلَى الأَغْصَانِ عَاكِفَةً...تُسَبِّحُ اللهَ جَهْرًا فِى مَغَانِيْهَا
Burung-burung berkicau di atas ranting dan dahan di atas pohon-pohon yang ada di surga
Mereka bertasbih memuji Allah dalam kicauan mereka

فَمَنْ يَشْتَرِي الدَّارَ فِي الْفِرْدَوْسِ يُعَمِّرُهَا...بِرَكْعَةٍ فِي ظَلاَمِ اللَّيْلِ يُحْيِيْهَا
Siapa yang hendak membangun surga firdaus maka hendaknya ia memenuhinya dengan sholat di dalam kegelapan malam

Jika anda tidak memiliki rumah yang mewah di dunia, maka raihlah istana megah di akhirat kelak dengan sholat di tengah kegelapan malam....
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ
"Dan sholatlah di malam hari tatkala orang-orang sedang tertidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan penuh keselamatan".

Bolehlah engkau miskin di dunia akan tetapi demi membangun istana di surga.... Dan janganlah sampai engkau juga miskin dan menderita di akhirat kelak !!!

SIFAT NYA DUNIA

��Nasihat Ibnu 'Athoillah: Sifatnya Dunia��

لا تستغرب وقوع الأكدار مادمت في هذه الدار فإنها ما أبرزت إلا ما هو مستحق وصفها و واجب نعتها
"Jangan heran atas terjadinya kesulitan-kesulitan selama engkau masih di dunia ini, sebab ia tidak melahirkan kecuali yang layak dan murni menjadi sifatnya."

Jangan merasa aneh dengan berbagai macam kesusahan selagi engkau masih hidup di dunia.... Tidak selayaknya seseorang yang masih hidup di dunia ini mengharap rehat dan ketenangan hati (jiwa). karena, Allah sudah menciptakan dunia sebagai tempatnya ujian dan cobaan, maka pastilah kesusahan itu masih tetap ada selama engkau masih berada di dunia. jangan mengharapkan ada istirahat (dari kesusahan).
Kalian gemar mencari dua perkara, padahal kalian tidak akan mendapatkannya: yakni, istirahat dan bahagia di dunia, sementara keduanya hanya ada di surga. Rosulullah bersabda: "Dunia adalah penjara bagi orang mukmin, dan surga bagi orang kafir."

Sungguh tidak ada yang ditampakkan di dunia, kecuali kesusahan. Karena kesusahan sudah dijadikan sifatnya dan ditetapkan sebagai yang layak baginya.

  Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Dunia ini adalah penderitaan dan duka cita, maka apabila terdapat kesenangan di dalamnya, berarti itu hanyalah sebuah keberuntungan."

Syeikh  Jafar As-shoddiq rodhiyallohu 'anhu berkata:
من طلب مالم يُخلق اتعبَ نفسه ولم يُرزق. قيل له : وما ذاك؟ قال: الراحة فى الدنياَ
"Barangsiapa meminta sesuatu yang tidak dijadikan oleh Alloh, berarti ia melelahkan dirinya dan tidak akan diberi. Ketika ditanya: Apakah itu? Jawabnya: Kesenangan di dunia."

Syeikh  Junaid al-Baghdadi rodhiyallohu anhu berkata: "Aku tidak merasa terhina apa yang menimpa diriku, sebab aku telah berpendirian, bahwa dunia ini tempat penderitaan dan ujian dan alam ini dikelilingi oleh bencana, maka sudah selayaknya ia menyambutku dengan segala kesulitan dan penderitaan, maka apabila ia menyambut aku dengan kesenangan, maka itu adalah suatu karunia dan kelebihan.

" Rosululloh shollallohu 'alaihi wassalam berkata kepada Abdulloh bin Abbas: Jika engkau dapat beramal karena Alloh dengan ikhlas dan keyakinan, maka laksanakanlah dan jika tidak dapat, maka sabarlah. Maka sesungguhnya sabar menghadapi kesulitan itu suatu keuntungan yang besar."

  Umar bin Khottob radhiyallohu 'anhu berkata kepada orang yang dinasehatinya: "Jika engkau sabar, maka hukum [ketentuan - takdir] Alloh tetap berjalan dan engkau mendapat pahala, dan apabila engkau tidak sabar tetap berlaku ketentuan Alloh sedang engkau berdosa."

Maka apapun yang menimpa dirimu tetaplah berserah diri kepada Alloh dengan penuh kesabaran, sebab ketentuan Alloh pasti akan terjadi padamu.

والله اعلم بالصواب

Rabu, 08 November 2017

TINJAUAN HUKUM THALAQ NIKAH TIGA SEKALIGUS

Disebutkan dalam fatwa MUI tertanggal 24 Oktober 1981 tentang Talak Tiga Sekaligus, bahwa thalaq tiga akan jatuh tiga, bahwa ini adalah pendapat Jumhur Sahabat dan Tabi’in serta Imam Mazhab al-Arba’ah, juga Ibnu Hazm dari Mazhab Zahiri. Sedangkan pendapat kedua mengatakan jatuh satu. Ini adalah pendapat Thawus, mazhab imamiyah, ahlu zahir, dan Ibnu Taimiyah. Lalu MUI mengunggulkan pendapat pertama berdasarkan kekuatan dalil. Secara umum ini seperti sekian di antara ciri khas perbedaan aswaja-wahabi. Bila aswaja berkata jatuh thalaq tiga maka wahabi (mengacu pada Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim) akan berkata jatuh thalaq satu. Namun selanjutnya muncul wacana yang mencoba mengambil sikap berbeda dengan semata menjadikannya khilafiyah. Bebas mau ikut pendapat jatuh thalaq tiga ataupun thalaq satu.

Pertanyaan : Apakah pendapat thalaq tiga sekaligus jatuh thalaq satu tersebut mu’tabar untuk diikuti ?

JAWABAN :

Bahwa di satu sisi benar telah terjadi khilafiyah pendapat mengenai thalak tiga jatuh satu dari golongan ulama generasi awal, para ahli zhahir, serta beberapa ulama dari lingkup madzhab empat. Namun di sisi lain khilafiyah tersebut tidak lantas jadi bebas untuk diikuti, bahkan tidak boleh taqlid ataupun memfatwakan thalaq tiga jatuh satu di masa sekarang. Sebab telah ditetapkan adanya ijma’ shahabat di masa Umar, qaul berbeda yang bermunculan setelah ijma' menjadi tidak mu'tabar sebagaimana penegasan al-Hafidz Ibnu Hajar, serta tidak diketahui penentangan akan ijma’ tersebut selain oleh para ulama yang masih ‘dipertanyakan’ seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, ataupun para ulama kontemporer. Wallahu subhanahu wata’ala almuwaffiq lish shawab.

وعباراتنا :
الكتاب : شرح النووي على صحيح مسلم ج10 ص70
وقد اختلف العلماء فيمن قال لامرأته أنت طالق ثلاثا فقال الشافعي ومالك وأبو حنيفة وأحمد وجماهير العلماء من السلف والخلف يقع الثلاث وقال طاوس وبعض أهل الظاهر لا يقع بذلك الا واحدة وهو رواية عن الحجاج بن أرطاة ومحمد بن إسحاق والمشهور عن الحجاج بن أرطاة أنه لا يقع به شيء وهو قول بن مقاتل ورواية عن محمد بن إسحاق

الكتاب : فتح الباري ج9 ص365
وفي الجملة فالذي وقع في هذه المسألة نظير ما وقع في مسألة المتعة سواء أعني قول جابر أنها كانت تفعل في عهد النبي صلى الله عليه و سلم وأبي بكر وصدر من خلافة عمر قال ثم نهانا عمر عنها فانتهينا فالراجح في الموضعين تحريم المتعة وايقاع الثلاث للاجماع الذي انعقد في عهد عمر على ذلك ولا يحفظ أن أحدا في عهد عمر خالفه في واحدة منهما وقد دل اجماعهم على وجود ناسخ وأن كان خفي عن بعضهم قبل ذلك حتى ظهر لجميعهم في عهد عمر فالمخالف بعد هذا الإجماع منابذ له والجمهور على عدم اعتبار من أحدث الاختلاف بعد الاتفاق والله أعلم وقد اطلت في هذا الموضع لالتماس من التمس ذلك مني والله المستعان

الكتاب : روائع البيان ج1 ص262
أقول ؛ كل ما استدل به الفريق الثاني لا يقوى على رد أدلة الجمهور وعلى إجماع الصحابة ، وكفى بهذا الإجماع حجة وبرهانا وهذا ما ندين الله عز وجل به . ونعتقد أنه الصواب ، لأن مخالفة إجماع الصحابة وإجماع الفقهاء ليس بأمر اليسير

الكتاب : بغية المسترشدين ص476
(مسألة : ب) : طلقها ثلاثاً في مجلس واحد وأراد تقليد القائل وهو ابن تيمية بأنها تحسب واحدة لم يجز له ذلك ، وقد غلطه العلماء وأجمعوا على عدم جوازه وهو من تجري جهلة العوام اهـ. وعبارة (ش) طلق ثلاثاً فسئل عن مذهبه فقال : شافعي ، ثم غاب أياماً وعاد وقال : قد راجعتها وأنا إسماعيل لم يقبل قوله مطلقاً لتكذيبه نفسه ، بل وإن صدق في دعواه الثانية وحكم له حاكم بذلك ، وهذا كما لو طلقت ثلاثاً ثم ثلاثاً ثم ثلاثاً وادعى أنه زيدي فاستفتى الزيدية فقالوا : تقع بالثلاث واحدة لأنه بكل ثلاث تقع واحدة ، بل لو فرض أن الكل بمجلس واحد فتقع الثلاث أيضاً ، ولا عبرة بقول الزيدية لخرقهم الإجماع الفعلي من البينونة الكبرى بالثلاث مطلقاً ، فيجب نقض الحكم في هذه كالتي قبلها على كل من قدر عليه ، بل من قدر على نقضه وردّه فلم يفعل فهو فاسق باعتقاده المنكر معروفاً لا سيما والزوجان شافعيان ، ولو ثبت تلفظه بالثلاث ثم ادعى أنه لم يشعر بذلك لم يتلفت إليه لثبوته بالبينة وهو الآن ناس أو متناس ، ويبعد أن يزول حسه أو ينام بعد تلفظه بالطلاق قبل الثلاث.

الكتاب : فتاوى ابن عليش ج1 ص426
(وَسُئِلَ ) رحمه الله تعالى عَنْ رَجُلٍ تَشَاجَرَ مَعَ زَوْجَتِهِ فَقَالَ لَهَا : أَنْت طَالِقٌ ثَلَاثًا , وَلَمْ تَكُنْ لَهُ نِيَّةٌ فِي شَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ؟فَأَجَابَ إذَا كَانَ الْأَمْرُ عَلَى مَا وَصَفْت فَقَدْ بَانَتْ مِنْهُ بِثَلَاثِ تَطْلِيقَاتٍ , وَلَا سَبِيلَ لَهُ إلَيْهَا إلَّا بَعْدَ زَوْجٍ ا هـ . وَالطَّلَاقُ قَبْلَ الْبِنَاءِ كُلُّهُ بَائِنٌ , وَقَعَ عَلَى إسْقَاطٍ أَوْ غَيْرِهِ , وَأَمَّا الطَّلَاقُ الثَّلَاثُ فَإِنْ أَوْقَعَهُ طَلْقَةً بَعْدَ أُخْرَى مُفَرَّقًا فَلَا تَحِلُّ لَهُ حَتَّى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ بِإِجْمَاعٍ , وَإِنْ جَمَعَ الثَّلَاثَ فَلَا تَحِلُّ لَهُ مِنْ بَعْدُ حَتَّى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ , وَاخْتُلِفَ فِي هَذَا الطَّلَاقِ الَّذِي أَوْقَعَهُ ثَلَاثًا فِي كَلِمَةٍ فَقِيلَ : إنَّهُ يَلْزَمُهُ طَلْقَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِنَّ اللَّهَ - تَعَالَى - إنَّمَا ذَكَرَ الثَّلَاثَ مُفَرَّقًا فَلَا يَصِحُّ إيقَاعُهُ إلَّا كَذَلِكَ , وَهُوَ قَوْلُ عَلِيٍّ وَابْنِ عَبَّاسٍ , وَجَمَاعَةٍ مِنْ الصَّدْرِ الْأَوَّلِ , وَقَالَ بِهِ أَهْلُ الظَّاهِرِ , وَطَائِفَةٌ مِنْ الْعُلَمَاءِ , وَأَخَذَ بِهِ جَمَاعَةٌ مِنْ شُيُوخِ قُرْطُبَةَ ابْنُ زِنْبَاعٍ وَابْنُ عَبْدِ السَّلَامِ وَأَصْبَغُ بْنُ الْحُبَابِ , وَغَيْرُهُمْ مِنْ الْأَنْدَلُسِيِّينَ , وَقِيلَ : يَلْزَمُهُ الثَّلَاثُ فَلَا تَحِلُّ لَهُ حَتَّى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ , وَهُوَ قَوْلُ مَالِكٍ , وَعَلَيْهِ جُمْهُورُ فُقَهَاءِ الْأَمْصَارِ , وَجُلُّ الْعُلَمَاءِ ( وَسُئِلَ ) ابْنُ رُشْدٍ عَنْ , وَثِيقَةٍ بِرَجْعَةٍ مِنْ الطَّلَاقِ الْمَذْكُورِ دُونَ زَوْجٍ . فَقَالَ : هُوَ رَجُلٌ جَاهِلٌ ضَعِيفُ الدِّينِ فَعَلَ مَا لَا يَسُوغُ لَهُ بِإِجْمَاعٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ إذْ لَيْسَ مِنْ أَهْلِ الِاجْتِهَادِ فَيَسُوغُ لَهُ مُخَالَفَةُ مَا أَجْمَعَ عَلَيْهِ فُقَهَاءُ الْأَمْصَارِ , وَإِنَّمَا يَجِبُ عَلَيْهِ تَقْلِيدُ الْعُلَمَاءِ فِي وَقْتِهِ , وَلَا يَسُوغُ لَهُ أَنْ يُخَالِفَهُمْ بِرَأْيِهِ فَالْوَاجِبُ أَنْ يُنْهَى عَنْ ذَلِكَ فَإِنْ لَمْ يَنْتَهِ أُدِّبَ , وَكَانَتْ جُرْحَةً فِيهِ تُسْقِطُ إمَامَتَهُ , وَشَهَادَتَهُ ا هـ مِنْ ابْنِ سَلْمُونٍ

الكتاب : تنوير القلوب ص361
ﻭﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺄﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﺃﺟﻤﻊ ﺍﻟﺜﻼﺙ ﻓﻲ ﻛﻠﻤﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﺍﻭ ﻣﺠﻠﺲ ﻭﺍﺣﺪ ﻳﻘﻊ ﺑﻪ ﻃﻠﻘﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﺭﺟﻌﻴﺔ ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻟﻠﻜﺘﺎﺏ ﻭﻟﺼﺮﻳﺢ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﻻﺟﻤﺎﻉ ﺍﻻﻣﺔ ﻭﻟﺬﻟﻚ ﺻﺮﺡ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻻﺭﺑﻌﺔ ﺑﺄﻧﻪ ﻳﻨﻘض ﻓﻴﻪ ﻗﻀﺎﺀ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻟﻮ ﻗﻀﻰ ﺑﻪ

(Piss-ktb)