Jumat, 03 Juli 2015

Kajian Kitab Jurumiyyah Bagian 1




Bab Kalam : Bagian 1
ُ
الكلامُ : هو اللفظُ المُرَكَّبُ المُفيدُ بالوَضْع، وأقسامُه ثلاثة: اِسمٌ ، وفعلٌ، وحَرفٌ جاءَ لمَعنى.

فالاسم يُعرَفُ بالخَفضِ، والتنوينِ ،ودخولِ الألف واللام، وحروفِ الخَفضِ وهي: مِن، واِلى ،وعَن، وعلى، وفِي ، ورُبَّ، والباءُ، والكافُ، واللامُ، وحروفِ القَسَم وهي:الواو، والباء، والتاء.

والفعلُ يُعرَفُ بقد، والسِّين، وسَوف،وتاء التأنيث الساكنة.

والحرفُ ما لا يَصلُحُ معه دليلُ الاسم ولا دليل الفعل.

(قوله: الكَلامُ هُوَ اللـَّفظ.......إلخ)
Sebelum kita membahas lebih lanjut. Perlu diketahui bahwa Pembahasan Ilmu Nahwu kali ini secara sistematik akan mengikuti sistematika klasifikasi berdasarkan kitab Jurumiyyah, baik dalam segi klasifikasi bab maupun permasalahannya. Namun, penjelasannya akan diperluas mecakup kitab-kitab lain, meliputi kitab Imrithi, Alfiyah, Nadzmul Maqshud, Qowaa’idul I’rob, bahkan jauharul maknun. Selamat berselancar di samudra ilmu nahwu....!!!

الكلام

Mengapa pembahasan tentang Kalam di dahulukan daripada yang lain?
 لِأنَّ الكَلامَ هُوَ مَقصُوْدٌ بعِلمِ النـَّحْوِ ,
artinya, karena kalam sendiri adalah maksud utama dari ilmu nahwu

(قوله: الكَلامُ هُوَ اللـَّفظ.......إلخ)

Dalam bahasa arab, pembacaan tulisan كلام  yang mengandung ma’na ada 3 :

1.    الكِلامْ : الجراحات  artinya luka (jama)
2.    الكُلامْ: الأرْضُ الصـُّعْبَة ُ , artinya tanah yang tandus
3.    الكَلامْ: القول , artinya ucapan

Selain dalam ilmu Nahwu, istilah kalam juga digunakan dalam disiplin ilmu lainnya. Berikut adalah pengertian kalam menurut berbagai macam disiplin ilmu :

1.    Kalam perspektif Lughoh

كُلُّ مَا أفادَ مِنْ كِتابَةٍ أوْ إشَارَةٍ أوْ عُقـَدٍ أوْ نـُصَبٍ أوْ لِسَانٍ حَالٍ

“Segala sesuatu yang berfaidah, baik yang berasal dari tulisan, isyarat, tanda dengan benda mati, maupun ucapan.”

Melambaikan tangan merupakan salah satu contoh isyarat untuk memanggil atau mengisyaratkan sampai jumpa. Menurut Lughoh, hal tersebut disebut Kalam.

2.    Kalam Perspektif Fiqh

كُلُّ مَا أبْطلَ الصَّلاة َمِنْ حَرْفٍ مُفهِمٍ كقِ مِنَ الوِقايَةِ وَعِ مِنَ الوِعَايَةِ أوْ حَرْفيْنِ وَإنْ لمْ يُفهَمَا

“Segala sesuatu yang membatalkan shalat yang berupa ucapan dari satu huruf yang difahami seperti  قِ dari lafadz وقاية dan ع dari lafadz وعاية atau dua huruf meskipun tidak dapat difahami.”

3.    Kalam Perspektif Ushul

اللـَّفظ ُالمُنزَّلُ عَلى مُحَمَّدٍ صَلـَّى اللهُ عَليْهِ وَسَلـَّمَ المُعْجِزُ وَلوْ بأقصَرِ سُوْرَةٍ المُتعَبَّدُ بتِلاوَتِهِ

“Lafadz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang berupa mu’jizat meskipun merupakan surat terpendek dari seluruh surat, dan bernilai ibadah dalam membacanya.”

4.    Kalam Perspektif Mutakallim/tauhid

صِفة ٌقدِيْمَة ٌقائِمَة ٌبذاتِهِ تعَالى ليْسَ بحَرْفٍ وَلاصَوْةٍ

“Sifat Maha terdahulu yang berlaku pada Allah SWT dengan tanpa huruf dan suara.”
5.    Kalam Perspektif Nahwu

مَا اجْتمَعَ فِيْهِ قيُوْدُ الأرْبَعَةِ الـَّتِيْ هِيَ اللـَّفظ ُالمُرَكَّبُ المُفِيْدُ بالوَضْعِ

“Sesuatu yang padanya terkumpul Qoyyid yang empat, yaitu Lafadz, Murokkab, Mufid, dan Wadho.”
Syekh Al-Imrithi dalam Kitabnya,

                 كـَلامُهـُمْ لـَفظ ٌ مُفِـيْدٌ مُسْنـَدُ   *    وَالكِلمَة ُاللفظ ُالمُفِيْدُ المُفرَدُ

Syair,

إنَّ الكَلاَمَ لَفِى الفُؤَادِ وَاِنَّمَا       *    جُعِلَ الِّلسَانُ عَلَى الفُؤَادِ دَلِيْلاَ

Kalam perspektif Nahwu terdapat 4 qoyyid, yaitu :

1.    Lafadz

Etimologi : الطـُّرْحُ وَالرَّمْيُ , artinya melempar. Contoh : لـَفظتُ الحَجَرَ , artinya Saya melempar Batu.

Terminologi :

 الصَّوْتُ المُشْتَمِلُ عَلى بَعْضِ حُرُوْفِ الهجَائِيَّةِ ,

“Suara yang mencakup terhadap huruf hijaiyyah." Contoh : زَيْدٌ

Apabila ada suara yang mencakup terhadap huruf hijaiyyah yang berasal dari suara hewan atau benda mati disebut Isim Shout (إسم صوت).

Alfiyyah,

وَمَا بهِ خُوْطِبَ مَا لا يَعْقِلُ                 *       مِنْ مُشْبهِ اسْمِ الفِعْلِ صَوْتا يُجْعَلُ
كذا الـَّذِيْ أجْدَى حِكايَة ًكقـــَبْ            *        وَالزَمْ بـِنا النـَّوْعَيْنِ فـَهْوَ قدْ وَجَبْ

Lafadz terbagi 2 :

a.    Musta’mal : مَا يُسْتَعْمَلُ فِي كلامِ العَرَبيَةِ , artinya Lafadz yang biasa digunakan dalam Kalam araby.
Contoh : زَيْدٌ

b.    Muhmal : مَا لايُسْتَعْمَلُ فِي كلامِ العَرَبيَةِ , artinya Lafadz yang tidak biasa digunakan dalam Kalam araby. Contoh : Asep, Tejo, Sukiyem, dll.

2.    Murokkab

Etimologi : وَضْعُ شَيْئٍ عَلى شَيْئٍ آخَرَ , artinya menempatkan sesuatu terhadap sesuatu yang lain.

Terminologi :  مَا ترَكَّبَ مِنْ كَلِمَتيْنِ فأكْثرَ, artinya "Sesuatu yang tersusun dari 2 kalimat atau lebih."
Contoh : زَيْدٌ قائِمٌ

Murokkab terbagi menjadi 3 :

a.    Murokkab Isnady :

إسْنادُ شَيْئٍ عَلى شَيْئٍ آخَرَ لِأجْلِ الحُكْمِ

Artinya, “Menghubungkan kalimat terhadap kalimat lain dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah hukum.”

Contoh :  زَيْدٌ قائِمٌ, ungkapan ini mengandung ma’na hukum, yaitu  إثبات القيام على زيد, artinya Menetapkan hukum berdiri kepada zaid.

Rukun Murokkab Isnady ada 2 :

-    مسند : " مَا حَكَمْتَ بهِ عَلَى شيْئٍ "
-    مسند اليه : " مَا حَكَمْتَ عَلَيْهِ بِشَيْئٍ "

b.    Murokkab Idhofy :

ضَمُّ اسْمٍ إلى اسْمٍ بقصْدِ تَخْصِيْصِهِ أوْ تَعْرِيْفِهِ

Artinya, “Mengumpulkan Isim terhadap Isim yang lain dengan tujuan takhsis dan Ta’rif.”.
Murokkab Idhofy disebut juga Tarkib Idhofah, yang penjelasanya telah dijelaskan pada artikel lalu dalam pembahasan Basmalah.

c.    Murokkab Mazji :

جَعْلُ اسْمَيْنِ بمَنزَلـَةِ اسْمٍ وَاحِدٍ

Artinya, “Menjadikan dua isim bertempat pada status satu isim” (Dua Isim menjadi Satu).
Contoh : بَعْلٌ بَكٌ، جدي بَعْلبَكَ

Rukum Murokkab Mazji ada 2 :

-    صَدَرْ, merupakan isim pertama
-    عَزجَ, merupakan isim kedua

Dari pembagian tersebut, Murokkab terklarifikasi lagi menjadi 2, yaitu :

1.    تام (sempurna), yaitu Murokkab Isnady
2.    ناقص (Tidak sempurna), yaitu Murokkab Idhofy dan Mazji

Yang menghasilkan kalam adalah Murokkab yang Tam (Isnady) karena murokkabnya menghasilkan sebuah hukum. Sedangkan Murokkab yang Naqis (Idhofy, Mazji) tidak menghasilkan sebuah hukum.

Murokkab Isnady terbagi 2, yaitu :

1.    Lafdzi, ada 3, yaitu

-    Jumlah Ismiyyah
-    Jumlah Fi’liyyah
-    Jumlah Syartiyyah

2.    Ma’nawi, ada 4, yaitu

-    فعل مضارع مفرد مذكر مخاطب
-    فعل مضارع متكلم وحده
-    فعل مضارع متكلم مع الغير
-    فعل امر مفرد مذكر مخاطب

3.    Mufid

Etimologi : مَا اسْتُفِيْدَ مِنْ عِلمٍ أوْ مِنْ مَالٍ, artinya sesuatu yang diambil faidahnya, baik berupa ilmu maupun harta.

Terminologi :

مَا أفادَ فـَائِدَة ً تـَامَّة ً بحَيْثُ يَحْسُنُ السُّكُوْتُ مِنَ المُتـَكَلـِّمِ وَالسَّامِعِ عَليْهَا

Artinya, “Sesuatu yang berfaidah sempurna ditandai dengan baiknya respon diantara pembicara dan lawan bicara.”

Deskripsi dari Mufid :

-    Fiil lazim mempunyai fail. Contoh : فرح زيد
-    Fiil muta’addi mempunyai maf’ul bih. Contoh : ضرب زيد عمرا
-    Mubtada mempunyai Khobar. Contoh : زيد فارح
-    Syarat mempunyai Jawab. Contoh : إن قام زيد قام عمر

4.    Wadho

Etimologi : مُطلـَقُ الوِلادَةِ, artinya Melahirkan. Contoh : وَضَعَتِ المَرْأة ُ, artinya Perempuan itu telah melahirkan.

Terminologi : جَعْلُ اللـَّفظِ دَلِيْلا عَلى المَعْنـَى, Artinya, “Menjadikan lafadz menunjukkan sebuah ma’na.”

_____________________________


(قوله: وَأقسَامُهُ ثـَلاثـَة.......إلخ) “Isim

 Wawu pada lafadz وأقسامه disebut واو إستئناف بيانى , yaitu مَا صَحَّ وُقُوْعُهَا جَوَابًا عَنْ سُؤَالٍ مُقَدَّرٍ, artinya wawu yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan yang dikira-kirakan.

Hal ini dikarenakan sebelumnya kita membahas tentang pengertian kalam. Berdasarkan kebiasaan, setelah pengertian dari sebuah hal (dalam hal ini, kalam), maka akan dibahas pembagiannya. Maka secara tidak langsung, dalam pentaqdirannya terdapat pertanyaan yang mempertanyakan pembagian dari hal tersebut (pembagian kalam). Maka wawu ini berfungsi sebagai perantara yang menandakan sebuah pertanyaan sebelumnya.

Bahan Kalam seluruhnya ada 3 :
1.    Isim
2.    Fiil
3.    Huruf

لاسْمٍ وَفِعْلٍ ثمَّ حَرْفٍ تـَنقسِمْ        *    وَهَذِهِ ثـَلاثـُهَا هِيَ الكـَلِمْ    

1.    ISIM
Yang akan dibahas dari Isim ada 4 :
A.    Pengertian Isim
Etimologi : مَا دَلَّ عَلى مُسَمًّى . Artinya, Sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang dinamai
Terminologi :

كَلِمَة ٌ دَلـَّتْ عَلى مَعْنـًى فِيْ نـَفسِهَا وَلمْ تـُقتـَرَنْ بزَمَانٍ وَضْعًا

Artinya, Kalimah yang menunjukkan ma’na dari dirinya sendiri tanpa disertai kaidah zaman.

Qowaidul I’rob,

فالإسْمُ مَا دَلَّ عَلى مَعْنًى يَقعْ       *    بأزْمَانٍ ثـَلاثـَةٍ قدِ انـْقـَطعْ      

B.    Hukum Isim
Hukum Isim secara global adalah Mu’rob

Alfiyyah,

وَمُعْرَبُ الأَسْمَآءِ مَا قَدْ سَلِمَا    *    مِنْ شَبَهِ الحَرْفِ كاَرْضٍ وَسُمَا

Namun, apabila dilihat secara terperinci, hukum isim ada 2 :
-    Mu’rob : مَا لاَ يُشْبِهُ الحَرْفَ : Isim yang tidak menyerupai huruf
-    Mabni : مَا يُشْبِهُ الحَرْفَ : Isim yang menyerupai huruf
Alfiyyah,

وَالإسْمُ مِنْهُ مُعْرَبٌ وَمَبْنِىْ    *    لِشَبَهٍ مِنَ الحُرُوفِ مُدْنِىْ

Isim yang dihukumi mabni ada 6, yaitu
-    Isim Dhomir
-    Isim Isyaroh
-    Isim Istifham
-    Isim Syarat
-    Isim Fiil
-    Isim Maushul

Dalam menyerupai huruf, dari isim mabni tersebut terbagi kepada 4 bagian :
-    Menyerupai Isim dari segi wadho (penulisannya) : Isim Dhomir (karena jumlah hurufnya minim seperti huruf, mayoritas hanya 1 -3 huruf saja).
-    Menyerupai Isim dari segi ma'na (Arti) : Isim Isyaroh, Isim Istifham, Isim Syarat (Karena arti dari isim-isim tersebut tidak sempurna seperti halnya huruf).
-    Menyerupai Isim dari segi niyaabah (Penggantian) : Isim Fiil (Isim fiil sendiri mempunyai arti yang berasal dari kalimah lain, seperti halnya huruf).
-    Menyerupai Isim dari segi Iftiqoor (Kebutuhan) : Isim Maushul (Karena isim mausul membutuhkan shilah seperti halnya huruf yang membutuhkan madkhul/yang dimasuki huruf tersebut).

Alfiyyah,        

 كالشبه الوضعيِ فى اسمي جئتنا       *   والمعنوي فى متى وفى هنا
وكنيابة عن الفعل بلا                    *           تأثر وكافتقار أوصلا              

           
C.   Pencetak (Asal Muasal) Isim
Ada 2 pendapat ulama yang menyatakan asal muasal dari kalimat isim, yaitu :
a)    Ulama Bashroh
-    Shigotnya adalah masdar dari fiil bina naqis wawu ban pertama tsulatsi mujarrod
-    Ma’nanya العلوُّ والارتفاع , Tinggi
-    Tasrifannya سمى يسمو سموًا
b)    Ulama Kuffah
-    Shigotnya adalah Masdar dari fiil bina mitsal wawu bab kedua tsulatsi mujarrod
-    Ma’nanya العلامة , Ciri
-    Tasrifannya وسم يسم سمة ووسماً
Apabila dipilih dari kedua pendapat tersebut, yang paling bagus adalah pendapat ulama bashroh. Hal ini didasarkan pada 2 sebab, yaitu :
-     Ketika Jama’
•    Bashroh : أسماء
•    Kuffah : اوسام
-    Ketika Tasghir
•    Bashroh : سُمَيٌّ
•    Kuffah : وُسَيْمٌ
Dari klarifikasi tersebut, yang sering kita jumpai dalam penggunaannya dalam bahasa arab adalah ulama basroh.

Alfiyyah,

واستقَّ الإسْمَ مِنْ سَمَا البِصْرِيُّ          *        وَاسْتَقَّهُ مِنْ وَسَمَ الكُوْفِيُُّّ
 فَالمَذْهَبُ المُقَدَّمُ الجَلِيُّ                      *         دَلِيْلُهُ الأسْمَاءُ وَالسُّمَيُّ                  
   

D.    Pembagian Isim
Isim terbagi 3 :
#    Isim Dzohir
Pengertiannya,

مَا دَلَّ عَلى مُسَمَّاهُ بلا قـَيْدِ تَكَلـُّمٍ أوْ غائِبٍ أوْ خِطابٍ

Artinya, Isim yang menumjukkan sesuatu yang dinamai tanpa menggunakan qoyyid mutakallim, ghoib, dan mukhottob (tanpa kata ganti, langsung kalimat aslinya).
Isim Dzohir terbagi 2
-    Isim Shorih, مَا لاَ يَحْتَاجُ إلَى تَأْوِيْلٍ فِى كَوْنِهِ اسْمًاً , Isim yang tidak membutuhkan penta’wilan (penjelasan) dalam menunjukkan status keisimannya. Contoh : زيدٌ
-    Isim Muawwal Bissorih, مَا يَحْتَاجُ اِلَى تَأْوِيْلٍ فِى كَوْنِهِ اسْماً , Isim yang membutuhkan penta’wilan (penjelasan) dalam menunjukkan status keisimannya. Contoh : أعجب أن يشربَ زيدٍ العسلَ

أن يشربَ Merupakan isim yang harus dijelaskan keisimannya, karena secara lafadz adalah fiil mudhore. Namun ternyata secara ma’na, أن يشربَ adalah isim, yaitu شربَ (masdar). Yang menyebabkan fiil mudhore berubah menjadi isim muawwal bissorih adalah أن مصدريّة.

#    Isim Dhomir
Pengertiannya,

مَا دَلَّ عَلى مُسَمَّاهُ بقـَيْدِ تَكَلـُّمٍ أوْ غائِبٍ أوْ خِطابٍ

Artinya, Isim yang menunjukkan sesuatu yang dinamai dengan menggunakan qoyyid Mutakallim, ghoib dan mukhottob (Menggunakan kata ganti).

  كأنتَ وَهُوَ سَمِّ بالضَّمِيْرِ   *      فمَا لِذِيْ غَيْبَةٍ أوْ حُضُوْرِ

Isim dhomir terbagi 2 :
-    Domir Muttasil

مَا لا يُبْتـَدَءُ بهِ وَلا يَقـَعُ بَعْدَ إلاَّ فِي الإخْتِيَارِ

Artinya, Isim dhomir yang tidak bisa menjadi awal kalam dan tidak pernah jatuh setelah lafadz الا , terkecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan.
Contohnya (dalam syair) :

وما نبالي إذا ما كنت جارتنا * الا يجاورنا إلّا ك دايار

Alfiyyah,

وَذو اتـِّصَالٍ مِنهُ مَا لا يُبْتدَا           *    وَلا يَلِيْ إلاّ اخْتِيَارًا أبَدَا
     

•    Dhomir tidak bisa dijadikan awal kalam لأنَّ المُتَّصِلَ لاَ يَكُوْنُ اِلاَّ بَعْدَ المُتَّصَلِ بِهِ, karena yang menempel itu pasti terdapat setelah sesuatu yang ditempeli.
•    Dhomir tidak bisa jatuh setelah lafadz الا yaitu,  , لان ما بعد الا لايكون الامستثنى، والمستثنى هو مفعول دون، والاصل فى المفعول ان ينفصل , karena kalimat yang jatuh setelah lafadz الا harus berupa mustasna, sedangkan mustasna disebut juga maf’ul duuna, yang mana seluruh maf’ul itu asalnya adalah infishol/terpisah.

Alfiyyah,

وَالأصْلُ فِىْ الفَاعِلِ أنْ يَتَصِّلَ     *    وَالأصْلُ فِىْ المَفْعُوْلِ اَنْ يَنْفَصِلَ

Dhomir muttashil terbagi 2 :
•    Baariz : مَا لهُ صُوْرَة ٌ فِي اللَّفظِ , artinya, dhomir yang lafadznya tergambar ( terlihat/konkrit).
Contoh : نصَرْتَ
•    Mustatir: -, artinya, dhomir yang lafadznya tidak tergambar (tidak terlihat/abstrak).

Mustatir terbagi 2 :
-    Jawaaz : مَا يَحِلُّ مَحَلـَّهُ الظـَّاهِرُ , artinya dhomir yang bisa diganti kedudukannya dengan isim dzohir. Ada 4 tempat :
    فعل ماضى وقوع مُفرَدْ مُذكَّرْ غائِبْ. Contoh : نصَرَ
    فعل ماضى وقوع مُفرَدَة ْ مُؤنـَّثة ْغائِبَة. Contoh : نصَرَتْ
    فعل مضارع وقوع مُفرَدْ مُذكَّرْ غائِبْ. Contoh : يَنصُرُ
    فعل مضارع وقوع مُفرَدَة ْ مُؤنـَّثة ْغائِبَة. Contoh : تـَنصُرُ

-    Wujuub : مَا لا يَحِلُّ مَحَلـَّهُ الظـَّاهِر , artinya dhomir yang tidak bisa diganti kedudukannya dengan isim dzohir. Ada 4 tempat
      فعل مضارع وقوع مُفرَدْ مُذكَّرْ مُخَاطبْ, contoh : تـَنصُرُ
    فعل مضارع وقوع مُتكَلـِّمْ وَحْدَهْ, contoh : أنصُرُ
    فعل مضارع وقوع مُتكَلـِّمْ مَعَ الغيْر, contoh : نـَنصُرُ
    فعل أمر وقوع مُفرَدْ مُذكَّرْ مُخَاطبْ, contoh : أنصُرْ

Selain itu ada 5 tempat lagi, yaitu :
    إسم فعل أمر, contoh : صه
    إسم فعل مضارع, contoh : أوه
    فعل إستثناء, contoh : خلا، عدا، حاش
    أفعل تفضيل, contoh : أفعل
    فعل تعجب, contoh : ما أجمل زيدا

Alfiyyah,

وَمِنْ ضَمِيْرِ الرَّفعِ مَا يَسْتـَتِرُ       *      كافعَلْ أوَافِقْ نَغْتـَبـِط ْإذ ْتـَشْكـُرُ
وَسَتْرُ مَرْفُوْعٍ بِأَمْرٍ خُتِمَا            *         وَدُوْنَ يَا مُضَارِعٍ وَاسْمَيْهِمَا
وَفِعْلُ   الإِسْتِثْنَاءِ     وَالتَعَجُبِ     *     وَأَفعَالُ التَفْضِيْلِ  فاَحْفَظْ  تُوْجِبِ      

Dhomir muttasil mempunyai 3 mahaal (tempat i’rob) :
o    Mahal Rofa : Jadi Fail/Naibul Fail. Contoh : نَصَرَ / نُصرَ
o    Mahal Nashob : Jadi Maf’ul bih/ isim إنّ. Contoh : ضربه / إنّه
o    Mahal Jer : Jadi Mudof Ileh/ Jer Majrur. Contoh : غلامه / بِهِ

Alfiyyah,

لِلرَّفعِ وَالنـَّصْبِ وَجَرِّ نا صَلحْ   *    كاعْرِفْ بنا فإنـَّنا نِلنا المِنـَحْ

-    Dhomir Munfashil

مَا يُبْتـَدَءُ بهِ وَيَقـَعُ بَعْدَ إلاَّ

Artinya, Dhomir yang bisa terletak diawal kalam dan bisa jatuh setelah lafadz الا. Contoh : هُوَ

Dhomir munfashil mempunyai 2 mahal i’rob :
o    Mahaal Rofa’. Contoh :
 هُوَ، هُمَا، هُمْ، هِيَ، هُمَا، هُنَّ، أنتَ، أنتُمَا، أنتـُمْ، أنتِ، أنتـُمَا، أنتـُنَّ، أنا، نـَحْنُ

Alfiyyah,

وَذو ارْتِفاعٍ وَانفِصَالٍ أنا هُوْ     *       وَأنتَ وَالفـُرُوْعُ لاتـَشْتبـِهُ

o    Mahal Nashob. Contoh :
 إيَّاهُ، إيَّاهُمَا، إيَّاهُمْ، إيَّاهَا، إيَّاهُمَا، إيَّاهُنَّ، إيَّاكَ، إيَّاكُمَا، إيَّاكُمْ، إيَّاكِ، إيَّاكُمَا، إيَّاكُنَّ، إيَّايَ، إيَّانا

Alfiyyah,

وَذو انـْتِصَابٍ فِي انفِصَالٍ جُعِلا   *     إيَّايَ وَالتـَّفرِيْعُ ليْسَ مُشْكِلا

#    Isim Mubham
مَا ليْسَ بظاهِرٍ وَلا مُضْمَرٍ.
Artinya, Isim selain isim dzohir dan dhomir

Isim Mubham ada 2 :
-    Isim Isyaroh :
  مَا دَلَّ عَلى مُعَيَّنٍ بإشارة حسّيّة .
Isim yang menunjuk terhadap sesuatu yang ditentukan dengan menngunakan isyarat panca indera.
Contoh :
 ذا، ذان، أولاء، تا، تان، أولاء

-    Isim Maushul :
 مَا دَلَّ عَلى مُعَيَّنٍ بوَاسِطةِ جُمْلـَةٍ أوْ شِبْهِهَا تـُذكَرُ بَعْدَهُ تـُسَمَّى صِلـَة
Isim yang menunjukkan terhadap sesuatu yang ditentukan dengan perantara jumlah/syibeh (yang menyerupai jumlah) yang akan jatuh disebut setelah maushul yang disebut sebagai shilah.
Contoh :
 الـَّذِيْ، الـَّذان، الـَّذِيْنَ، الـَّتِيْ، الـَّتان، اللاَّءِ، اللاَّتِ،......إلخ

Identitas isim ada 4, yaitu :
1.    Wadho’nya (penulisannya) : Penulisan isim tidak kurang tersusun dari 3 huruf. Apabila mujarrod maksimal hingga 5 huruf, apabila maziid hingga 7 huruf.
Bentuk wazan isim terbagi 3 :
-    Isim tsulatsi, ada 12 wazan, yaitu :

فـَعْلٌ فـَعَلْ فـَعُلْ فـَعِلْ فِعْلٌ فِعِلْ      *      فِعُلْ فِعَلْ فـُعْلٌ فـُعُلْ فـُعَلْ فـُعِلْ
فَلْسٌ فَرَسْ عَدُدْ كَبِضْ عِلْمٌ اِبِلْ     *    حِبُكْ عِنَبْ كُفْلٌ عُنُقْ صُرَدْ دُئِلْ

Alfiyyah,

وَمُنْتَهَى اسْمٍ خَمْسٌ إنْ تَجَرَّدَا      *         وَإنْ يُزَدْ فِيْهِ فَمَا سَبْعًا عَدَا
وَغَيْرَ آخِرِ الثُلاَثِى افتَحْ وَضُمْ     *    وَاكْسِرْ، وَزِدْ تَسْكِيْنَ ثاَنِيْهِ تَعُمْ

-    Isim Ruba’i, ada 6 wazan, yaitu :
•    فَعْلَلٌ
•    فِعْلِلٌ
•    فِعْلَلٌ
•    فُعْلُلٌ
•    فِعَلٌّ
•    فُعْلَلٌ
-    Isim Khumasi, ada 4 wazan, yaitu :
•    فـَعَلـَّلٌ
•    فـَعْلـَلِلٌ
•    فـُعَلـِّلٌ
•    فِعْلـَلٌّ

Alfiyyah,

لاِسْمٍ مُجَرَّدٍ رُبَاعٍ فَعْلَلُ      *                 وَفِعْلِلٌ وَفِعْلَلٌ وَفُعْلُلُ
 فَمَعْ فَعَلَّلٍ حَوَىْ فَعْلَلِل        *          وَمَعْ فِعَلٍّ فُعْلَلٍ، وَإنْ عَلاَ
كَذاَ فُعَلِّلٌ وَفِعْلَلٌ، وَمَا         *       غَايَرَ لِلزَّيْدِ أَوِ النَقْصِ انْتَمَىْ

2.    Hukumnya : Mu’rob
3.    Ma’nanya : غنيّ. Artinya,  Kaya Ma’na
4.    Tabiatnya (wataknya) : تأثر بالعامل . Artinya, Menerima masuknya amil.

___________________
Demikian pembahasan Bab Kalam Bagian 1, Tunggu Pembahasan Bab Kalam Bagian 2 di artikel selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar