Minggu, 21 Oktober 2018

MAKMUM SHOLAT FARDHU SEDANG IMAM SHOLAT SUNNAH, BOLEHKAH ???

MAKMUM SHOLAT FARDHU SEDANG IMAM SHOLAT SUNNAH, BOLEHKAH ???

Jawabnya BOLEH (SAH).

- الرابع: أن يتافق نطم صلاتيهما، أي: أن يتفقا في الأفعال الظاهرة وإن لم يتفقا في العدد والنية، فلا تصح مكتوبة خلف جنازة أو كسوف، وتصح الظهر خلف العصر، والمغرب خلف العشاء، والقضاء خلف الأداء، والفرض خلف النفل، وكذلك عكس كل ذلك

- Syarat sah pelaksanaan sholat berjama'ah yang ke empat :

Kedua sholat Imam dan Makmum bersesuain bentuknya, yaitu mencocoki dalam gerakan-gerakan yang nampak, meskipun berbeda jumlah rakaat dan niatnya.

Maka tidak sah melakukan sholat 5 waktu dibelakang orang yang sholat Jenazah (yang sepanjang sholat sampai akhirnya hanya berdiri saja, melakukan 4 kali takbir) atau dibelakang orang yang sholat gerhana (yang prakteknya melakukan 2 kali berdiri dan 2 kali takbir dalam setiap rakaat).

Dan sah sholat Zhuhur di belakang orang yang sholat 'Ashar, sholat Maghrib di belakang orang yang sholat 'Isya, sholat Qodho' (sholat yang dilaksanakan di luar waktunya) di belakang orang yang sholat Ada' (sholat yang dilaksanakan sesuai dengan waktunya), dan SHOLAT FARDHU dibelakang orang yang SHOLAT SUNNAH, demikian pula (sah pelaksanaan) kebalikan masing-masing dari sholat-sholat di atas.

(At Taqrîrât As Sadîdah)

Wallahu a'lam....

Jumat, 19 Oktober 2018

SHOLAT DHUHĂ‚


WAKTU SHOLAT DHUHÂ :

وقتها من ارتفاع الشمس قدر رمح الى الزوال
.
Waktu sholat Dhuhâ dimulai dari naiknya matahari sekitar SATU TOMBAK sampai ZAWÂL (Matahari mulai condong - ke arah barat - dari tengah-tengah langit)

KONVERSI KETINGGIAN 1 TOMBAK KE DALAM HITUNGAN MENIT :

أي: ما يساوي ۱٦ دقيقة
لأن الرمح = أربع درجات، والدرجة = أربع دقائق
.
Yaitu 16 menit, karena :

1 tombak = 4 derajat
1 derajat = 4 menit

- Jadi apabila hari ini di daerah saya matahari terbit jam 05.11 (menurut data dari aplikasi digifal falak), maka masuknya waktu Dhuha adalah 16 menit setelahnya, yaitu jam 05.27

(At Taqrîrât as Sadîdah)

Ket :

Sholat Dhuha disebut juga dengan sholat Awwabîn. Sahabat Ibnu Abbas ra mengatakan bahwa Shalat Isyraq adalah Sholat Dhuha, pendapat ini adalah pendapat yang kuat sedangkan Imam Ghozâli dan ulama lain yang mengikuti pendapat beliau memiliki pendapat yang berbeda.

Wallahu a'lam....

PERMASALAHAN SHOLAT BERJAMAH UNTUK SHOLAT SUNNAH YANG TIDAK DISUNNAHKAN BERJAMAAH

.

ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ﺝ ١ ﺹ ١٣٦
‏( ﻣﺴﺄﻟﺔ : ﺏ ﻙ ‏) : ﺗﺒﺎﺡ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﻲ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﻮﺗﺮ ﻭﺍﻟﺘﺴﺒﻴﺢ ﻓﻼ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻭﻻ ﺛﻮﺍﺏ ، ﻧﻌﻢ ﺇﻥ ﻗﺼﺪ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﻤﺼﻠﻴﻦ ﻭﺗﺤﺮﻳﻀﻬﻢ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺛﻮﺍﺏ ، ﻭﺃﻱ ﺛﻮﺍﺏ ﺑﺎﻟﻨﻴﺔ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ، ﻓﻜﻤﺎ ﻳﺒﺎﺡ ﺍﻟﺠﻬﺮ ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻊ ﺍﻹﺳﺮﺍﺭ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﻟﻠﺘﻌﻠﻴﻢ ﻓﺄﻭﻟﻰ ﻣﺎ ﺃﺻﻠﻪ ﺍﻹﺑﺎﺣﺔ ، ﻭﻛﻤﺎ ﻳﺜﺎﺏ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺒﺎﺣﺎﺕ ﺇﺫﺍ ﻗﺼﺪ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻘﺮﺑﺔ ﻛﺎﻟﺘﻘﻮّﻱ ﺑﺎﻷﻛﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻄﺎﻋﺔ ، ﻫﺬﺍ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻘﺘﺮﻥ ﺑﺬﻟﻚ ﻣﺤﺬﻭﺭ ، ﻛﻨﺤﻮ ﺇﻳﺬﺍﺀ ﺃﻭ ﺍﻋﺘﻘﺎﺩ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ ﺛﻮﺍﺏ ﺑﻞ ﻳﺤﺮﻡ ﻭﻳﻤﻨﻊ ﻣﻨﻬﺎ
.
DIPERBOLEHKAN SHOLAT BERJAMAH dalam kasus sholat Witir (selain bulan Ramadhan) dan sholat Tasbih (serta sholat-sholat sunah lain yang tidak disunnahkan dilakukan dengan cara berjamaah, seperti sholat Dhuha, Rawatib, Tahajjud, Hajat, Istikhoroh, dll), maka pelaksanaannya TIDAK MAKRUH namun pelakunya TIDAK MENDAPATKAN PAHALA (berjama'ah). Ya, memang pelakunya tidak mendapatkan pahala (dari sisi berjamaah) namun apabila pelaksanaannya ditujukan untuk MENGAJARI (tata cara sholat) bagi para makmum dan MEMOTIVASI mereka (agar rajin ibadah), maka dia MENDAPATKAN PAHALA (dari sisi ini) dan pahala apa saja dengan sebab niat-niat baik yang dipasangnya. Sebagaimana kasus diperbolehkannya MENGERASKAN SUARA di tempat-tempat (bacaan sholat-sholat yang seharusnya di baca pelan) dimana hukumnya makruh (kalo dibaca dengan keras) karena ada tujuan untuk TA'LIM (mengajari orang lain), maka hukumnya menjadi AULA (lebih utama) dimana asal hukumnya adalah MUBAH, sebagaimana perkara yang mubah itu bisa mendapatkan pahala apabila ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti mencari kekuatan dengan cara makan dalam rangka untuk menjalankan ketaatan (kepada Allah).
Demikian ini apabila dalam pelaksanaannya tidak dibarengi dengan adanya perkara-perkara lain yang dilarang, seperti terjadinya gangguan (kepada orang lain) atau adanya keyakinan dari orang-orang awam bahwasanya sholat tersebut memang disyariatkan dilakukan dengan cara berjamaah, kalau tidak demikian maka TIDAK ADA PAHALA, bahkan HARAM dan DIA HARUS MENCEGAHNYA.

(Bughyatul Mustarsyidîn)

Wallahu a'lam.....

MINUM SISA AIR WUDHU

MINUM SISA AIR WUDHU ???

Salah satu kesunahan wudhu adalah :

(وشربه) من فضل (وضوئه) لخبر إن فيه شفاء من كل داء
.
Meminum sisa air wudhu, karena ada sebuah hadis yg menjelaskan bahwa di dalamnya terkandung obat dari segala macam penyakit...!!

(I'anatuth Tholibin Juz 1 Hal. 44)

Wallahu A'lam....

Boleh komentar asal jangan sampe kurang piknik.....!!!

KEADAAN MATA KETIKA SHOLAT

Termasuk KESUNAHAN di dalam sholat diantaranya adalah :

- فتح بصره وعدم تغميضه: طوال صلاته

وقد يجب التغميض كما إذا كان أمامه نساء أجنبية، وقد يسن كما إذا كان أمامه ما يسغله، ويكون خلاف الأولى إذا كان لغير حاجة
.
- MEMBUKA PENGLIHATANNYA dan tidak memejamkannya sepanjang sholat.

Namun terkadang MEMEJAMKAN MATA itu hukumnya WAJIB seperti ketika di depannya ada wanita ajnabiyyah (yang bukan mahromnya), terkadang dihukumi SUNNAH yaitu ketika di depannya terdapat perkara yang bisa menyibukkannya (mengganggu kekhusyu'annya) dan terkadang hukumnya KHILÂFUL AULÂ (menyelisihi keutamaan) yaitu ketika dilakukan tanpa ada hajat sama sekali.

- النظر إلى موضع السجود: ولو صلى خلف الكعبة أو خلف نبي فينظر إلى موضع السجود مطلقا إلا عند قوله (( إلا الله )) فينظر إلى المهللة إلى أن سيلم
.
- Melihat ke arah TEMPAT SUJUD, meskipun dia sholat di belakang ka'bah atau dibelakang seorang nabi, maka secara muthlaq dia tetap harus menghadap ke arah tempat sujud, kecuali ketika dia mengucapkan illallaah (ketika tasyahhud), maka pandangannya diarahkan ke JARI TELUNJUK (terus) sampai salam (selesai sholatnya).

(At Taqrîrâtus Sadîdah)

- Jadi di sepanjaang sholat, seseorang DISUNNAHKAN SELALU MEMBUKA MATA DAN MENGHADAPKAN PANDANGAN MATANYA KE ARAH TEMPAT SUJUD kecuali pada hal-hal yang telah dijelaskan diatas....

Semoga bermanfaat .....

Wallahu a'lam....

POSISI TANGAN KETIKA TAKBIR (OTUL IHRAM)

POSISI TANGAN KETIKA TAKBIR (OTUL IHRAM)

(ورفع كفيه) أو احداهما إن تعسر رفع الأخرى (بكشف)أي مع كشفهما ويكره خلافه ومع تفريق أصابعهما تفريقا وسطا، (حذو) أي مقابل (منكبيه) بحيث يحاذي أطراف أصابعه أعلى أذنيه وإبهاماه شحمتي أذنيه، وراحتاه منكبيه للإتباع وهذه الكيفية تسن (مع) جميع تكبير (تحرم)بأن يقرنه به ابتداء وينهيهما معا
.
Dan mengangkat kedua telapak tangan atau salah satunya saja jika sulit mengangkat telapak tangan yang lain dengan cara membuka (jari-jari) keduanya - sedangkan menutup/menggengam keduanya hukumnya makruh - dengan posisi jari-jari agak direnggangkan berhadapan dengan kedua bahunya, yaitu sekiranya ujung jari-jarinya sejajar dengan (daun) telinga yang paling atas, ibu jarinya berhadapan dengan cuping telinga sedangkan (bagian luar) telapak tangannya menghadap ke arah kedua pundak karena ittiba' (mengikuti perbuatan nabi saw) dan seperti inilah yang disunnahkan. (Pengangkatan kedua tangan) dilakukan bersamaan dengan mulai awal dari takbiratul ihram dan menurunkan keduanya bersamaan (dengan berakhirnya bacaan takbir tsb).

(Fathul Mu'în)

ارفع يديك وبها فاستقبلا #واكشف وفرق وسطا محاذيا
بالكف منكبا والإبهام أذن # واحن الرؤوس حاذي أعلاها وكن
مبتدئا بالرفع عند الإبتدا # ومنهيا للرفع عند الإنتها
.
Angkatlah kedua tanganmu berhadapan dengan pundak, buka serta renggangkan (jari-jarimu) sedang-sedang saja. Tekuklah ujung-ujung jari sejajar dengan (daun) telinga yang paling atas. Mulailah (bacaan takbir) ketika mulai mengangkat tangan dan berakhirnya ketika sudah selesai gerakan menurunkan keduanya.

Keterangan :

وعند الرملي فيسن ميل أطراف الأصابع للقبلة، خلافا لابن حجر
.
Menurut Imam Ramli disunnahkan mencondongkan ujung jari-jari menghadap ke arah kiblat, sedangkan Imam Ibnu Hajar pendapatnya berbeda (jari-jari lurus ke atas, tidak usah dicondongkan ke arah kiblat).

(At Taqrîrâtus Sadîdah)

KAPAN DISUNNAH MENGANGKAT TANGAN ???

رفع اليدين: ويسن في أربعة مواضع: عند تكبيرة الإحرام، وعند الركوع، وعند الإعتدال، وعند القيام من التشهد الأول. ويفوت وقتها بانتهاء التكبير
.
Mengangkat tangan disunnahkan pada 4 posisi, yaitu ketika :

1. Takbîratul Ihrâm
2. Rukû'
3. I'tidâl
4. Berdiri dari Tasyahhud awwâl

Waktu kesunnahan mengangkat tangan berakhir dengan selesainya takbîr

(At Taqrîrâtus Sadîdah)

Wallahu a'lam.....