Minggu, 17 September 2017

Makna Qolbu

Jangan Salah Kaprah, Qalbu Itu Artinya Jantung, Bukan Hati

Pernahkah Anda bertanya-tanya dalam hati, ketika kita bertanya dalam hati, sebenarnya letak hati itu dimana? Ketika kita sakit hati, apakah ini hanya ungkapan, atau memang ada wujudnya? Kenapa setiap kita sakit hati, yang terasa sesak dan nyeri secara harfiah adalah jantung kita, bukan organ hati kita?

Pengertian dari kata "hati" mungkin adalah salah kaprah orang Indonesia yang paling membingungkan. Bagaimana tidak, kata "hati" ternyata memiliki kontradiksi arti. Kebanyakan orang menerjemahkan heart (bahasa Inggris) dan qalbu (bahasa arab) sebagai "hati".

Padahal dalam bahasa Inggris, hati adalah "liver", organ tubuh disebelah bawah dada kanan yang berfungsi menyaring racun dan penyakit dari darah. Dan dalam bahasa arab, hati disebut "kibdun" atau "kibdatun".

Coba Anda perhatikan, ketika seorang ulama menasehati kita untuk menjaga hati, ia akan menunjuk ke bagian dada tengah sedikit kekiri, padahal organ hati terletak di bagian dada sebelah kanan bawah. Dan yang ditunjuk ulama tersebut sebenarnya adalah letak jantung.

Umumnya kita akan membedakan arti kata "hati" menjadi dua makna dan tempat berbeda, hati secara jasmani; berupa organ liver dan hati secara ruhani, yang letaknya ghaib berada di sebelah dada kiri. Sementara, kata "heart" dalam bahasa inggris dan "qalbu" dalam bahasa arab sama-sama mengartikannya sebagai jantung yang letaknya berada di bagian tengah dada sedikit kekiri. Dan rupanya, istilah heart dan qalbu juga memiliki makna harfiah dan ruhani namun berada di satu tempat yang sama.

Sekarang mari kita pahami makna Qalbu secara jasmani dan ruhani:

1. Qalbu Jasmani, yaitu Jantung
Dalam kamus bahasa Arab, qalbu dalam bentuk fisik didefenisikan sebagai "organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri." Dari definisi ini dipastikan qalbu adalah jantung. Dokter qalbu adalah dokter jantung.

Sebuah hadist yag amat populer menyebutkan :

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
"Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh juga baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah Qalbu". (HR Muslim, no. 1599. Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasâ`i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan ad-Darimi, dengan lafazh yang berbeda-beda namun maknanya sama. Hadits ini dimuat oleh Imam an-Nawawi dalam Arba’in an-Nawawiyah, hadits no. 6, dan Riyadhush-Shalihin, no. 588)

Kebanyakan orang mengartikan kalimat terakhir menjadi: "segumpal daging itu adalah hati," padahal merujuk pembahasan diatas, dimana qalbu berarti jantung, maka seharusnya menjadi "segumpal daging itu adalah jantung." Hadits di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia. Bongkahan daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan rusak? jawabnya adalah jantung.

Jadi, hadist yang selama ini diartikan hanya secara ruhiyah, ternyata bila kita gunakan tata bahasa yang benar, maka ia juga akan memiliki makna jasmaniah.

2. Qalbu Ruhani, yakni hati nurani
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ
Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya. (Hadist Riwayat Ibnu Majah)

Qalbu yang dimaksud dalam hadits itu adalah qalbu rohani. Roh (jiwa) memiliki inti, itulah qalbu. Karena roh (jiwa) adalah wujud yang tidak dapat dilihat secara visual (intangible) maka qalbu yang menjadi inti (sentral) roh ini pun qalbu yang tidak kasat mata. Dalam bahasa Indonesia ‘qalbu ruhani’ disebut dengan ‘hatinurani’. Mungkin karena dianggap terlalu panjang dan menyulitkan dalam pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi ‘hati’ saja. Padahal ada perbedaan besar antara ‘hati’ dengan ‘hatinurani’ sebagaimana berbedanya ‘mata’ dengan ‘mata kaki’.

Qalbu orang yang berdosa akan menghitam. Ungkapan ‘menghitam’ di sini adalah ungkapan perumpamaan (majâzi, metaphoric) bukan ungkapan sesungguhnya (haqîqi). Dalam bahasa inggris pun disebutkan heart sebagai pusat seluruh kepribadian, terutama yang berhubungan dengan intuisi, perasaan dan emosi. seperti pada “His head told him not to fall in love, but his heart had the final say”.

Nah, dengan memahami makna sebenarnya dari Qalbu, kita takkan lagi bingung dengan kontadiksi artinya dalam bahasa Indonesia. Mulai sekarang kita bisa menyebut Qalbu, atau Heart sebagai jantung. Ungkapan "Kaulah jantung hatiku" mungkin sebuah transisi sederhana untuk memperbaiki salah kaprah ini.

Mungkin yang agak repot ketika kita sedang patah hati dan berkata "Kau sudah membuatku sakit hati," kemudian kita rubah menjadi "Kau sudah membuatku sakit jantung," orang akan menganggap Anda terserang penyakit medis, dan hilanglah unsur melankolis disini. Dan bila kita minta Aa Gym merubah lirik lagu "Jagalah Hati" menjadi "Jagalah Jantung," apa beliau mau? repot juga, ya.

Oya, bila Anda lebih memilih mengganti kata "hati" menjadi "qalbu" daripada memakai kata "jantung," maka pastikan Anda menulis atau mengatakannya sebagai Qalbu, jangan Kalbu. Kalbu dengan huruf 'k' adalah transliterasi dari (kaf) dan kalau ditulis "kalbu", maknanya akan berubah menjadi anjing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar